Share

chapter 54

Penulis: Irma W
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Halo!” sapa Gery ketika sudah sampai di dalam kamar.

Amora yang kala itu sedang berdiri di depan cermin, sedikit terlonjak kaget. Sisir yang sedang ia gunakan sampai terjatuh di atas lantai.

Gery berjalan mendekat dan tertawa kecil. “Apa suaraku begitu mengerikan?”

“Ti-tidak,” sahut Amora sambil berjongkok sesaat, kemudian berdiri lagi dan meletakkan sisir di tempatnya lagi.

“Maaf, aku kesiangan.” Amora berbalik dan tertunduk.

Seolah marah, Gery melengos dan duduk acuh di tepi ranjang. “Kau selalu kesiangan setelah bertempur malam.”

“A-apa?” Amora ternganga dengan bola mata membesar. Hanya sesaat, karena setelah itu Amora berdehem pura-pura membuang muka. “Maaf.”

“Untuk apa minta maaf,” kata Gery. “Kau sudah melakukan tugas sebagai istri.

Amora masih berdiri sambil meremas-remas ujung bajunya yang terbuat dari bahan katun. “Semalam pasti sangat memalukan. Apa aku terlalu bersemangat?” batin Amora.

“Hei!” Gery menjentikkan kedua jarinya hingga membuat Amora berkedip dari lamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 55

    Sampai di rumah, semua orang sedang berkumpul di meja makan untuk makan malam. Amora yang merasa lapar, awalnya sudah memutar tumit untuk ikut bergabung, tapi Gery menyuruhnya langsung masuk ke kamar.“Kenapa kau tak ajak istrimu makan?” tanya ayah.“Dia tidak enak badan,” sahut Gery. Yang lain hanya diam memperhatikan.“Kalian berdua dari mana? Kenapa baru pulang?” timbruk Belva.Gery acuh. Dia sedang mengambil nasi dan beberapa lauk untuk di bawa ke kamar. Merasa pertanyaannya diabaikan, Belva terlihat mengeraskan rahang hingga giginya saling menekan.“Aku langsung ke kamar,” kata Gery sambil membawa sepiring makan malam.“Kalian tidak usah mengganggu mereka,” kata Ayah saat Gery sudah tidak terlihat.Merasa menjadi pusat utama yang ayah tatap, Theo dan Belva pura-pura diam saja.“Kalian kan sama-sama sudah menikah, urus saja kehidupan rumah tangga masing-masing.” Ayah berkata lagi.“Hei suamiku,” kata Wenda. “Apa maksudmu berkata begitu?” Wenda melirik putra dan menantunya

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 56

    Pagi hari rumah terlihat gempar. Gery yang semalam harus melihat sang istri menangis, merasa tidak terima dan akan memberi peringatan pada pelakunya. Tepat pukul enam pagi, sebelum sang istri bangun, Gery sudah gembor-gembor turun ke lantai satu.Gery awalnya menggedor kamar Theo untuk mencari keberadaan Belva. Namun, setelah mendapat jawaban sedikit mengejutkan dari Theo, Gery segera beranjak turun ke lantai satu.“Dia tidak tidur bersamaku semalam,” kata Theo. “Aku malas dengannya.”Sambil menahan rasa emosi yang sudah meluap dari semalam, Gery juga merasa penasaran mengapa Theo dan Belva bisa bertengkar.Kalau mereka berdua yang bertengkar, lalu kenapa Amora yang menangis?Gery sudah sampai di lantai satu. Pandangannya mengedar ke setiap ruangan mencari sosok Belva. Berakhir di meja makan, Gery mendapati Belva tengah membantu ibu menyiapkan sarapan.Ini tidak nyata. Maksudnya, Belva hanya sedang mencari muka supaya ibu mertua semakin menyayanginya.“Pagi, Sayang,” sapa Wenda

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 57

    Amora beranjak pergi tanpa berpamitan pada sang suami. Amora merasa enggan usai melihat rangkulan tangan Gery pada Belva. Itu terlihat seperti sebuah perhatian. Dari mata Gery, Amora merasa kalau memang ada rasa untuk Belva.Ya, Amora sudah terlanjur cemburu.Selama perjalanan dan sampai di tempat tujuan, wajah Amora masih ditekuk. Lela yang sedari memperhatikan mulai bertanya-tanya. Mulai dari cara Amora membereskan pakaian dan memasukkan ke dalam mesin cuci, terlihat jelas ada rasa jengkel. Lela juga mendengar Amora tengah menggerutu.“Hei,” tegur Lela sambil memiringkan kepala. “Kau baik-baik saja?”Amora kembali memasukkan kain ke dalam mesin cuci dengan keras lagi. Wajahnya merengut saat menoleh ke arah Lela, lalu membuang muka hingga membuat Lela menjerit kecil.“Dia itu jahat!” omel Amora.Brak! Tutup mesin cuci ia banting kuat sebelum mencolokkan kabelnya.“Siapa yang jahat?” tanya Lela.“Tidak. Tidak ada.” Amora melengos. “Kau jaga laundry. Aku lapar, mau cari makan d

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 58

    Gery membawa Amora ke sebuah restoran lebih dulu. Sejujurnya Gery juga belum sarapan.“Kenapa kesini?” tanya Amora.“Tentu saja mau makan,” jawab Gery acuh. “Duduk!” perintahnya kemudian.Amora masih merengut, tapi tetap menurut saja.“Kau makan apa?” tanya Gery.“Aku sudah makan,” jawab Amora.“Di mana?”“Di sini.”Ya, tadi memang Amora makan di restoran ini, dan terpaksa tidak tuntas karena diganggu oleh Andy. Hari ini sepertinya memang hari menyebalkan untuk Amora.Beberapa menit kemudian, hidangan pun datang. Dua buah minuman rasa jeruk dan dua piring nasi goreng dengan taburan daging suwir.“Kan aku sudah bilang, aku sudah makan,” kata Amora. Wajahnya masih merengut. Rasa cemburu ternyata bisa membuat seseorang jadi lebih berani.Gery memicingkan mata. “Kau makan dengan siapa, ha?”“Sendiri.”“Di mana-mana, istri itu sarapan ya bersama suami,” kata Gery. “Bukan seperti kau yang pergi tanpa pamit sementara suami belum kau siapkan sarapan.” Sendok garpu mengacung dan b

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 59

    Pertengkaran antara Theo dan Belva masih berlanjut. Wenda sudah sempat mewanti-wanti Theo supaya tidak berlaku kasar lagi pada Belva. Apa yang Gery ceritakan tadi, sempat membuat Wenda khawatir. Namun, karena percaya Wenda tetap membiarkan mereka berdua tetap di dalam kamar. Maksudnya untuk menyelesaikan masalahnya.“Sebenarnya kenapa mereka bisa bertengkar?” tanya Abraham.“Aku juga kurang tahu. Tidak ada yang menjelaskan dengan detail tadi,” kata Wenda. “Semoga saja mereka cepat baikan.”“Apa Gery dan Amora tidak di rumah?” tanya Abraham lagi.“Mungkin mereka menginap di apartemen.”Sepasang suami istri yang semakin menua ini, memilih membaringkan badan untuk tidur. Bagaimana keadaan di kamar atas, biarlah menjadi urusan si penghuni.“Bagaimana mungkin kau tega menamparku?” tanya Belva dengan nada menyalak.Theo baru saja selesai mandi karena baru pulang beberapa menit yang lalu dan sekarang harus dihadapkan dengan masalah tadi pagi.Sesantai mungkin, Theo berjalan mendekati

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 60

    Menembus jalanan yang padat, Gery sampai enggan peduli jika laju mobilnya tetap cepat. Suara klakson bersahutan untuk memperingatkan, ia abaikan dan terus saja melaju.Sampai di jalanan yang lumayan longgar, Gery menambah kecepatan hingga akhirnya sampai di halaman rumah yang tak lain rumahnya sendiri.Gery melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Pukul delapan pagi, itu artinya di rumah kemungkinan hanya ada Ibu dan Belva.“BELVA!” suara Gery menggelegar ke seluruh ruangan. “Belva!” sekali lagi Gery berteriak.“Gery?” Wenda keluar kamar nampak terkejut. Satu tangan menutup pintu lalu segera menghampiri Gery.“Belva! Di mana kau!” teriak Gery lagi. Wenda semakin terlihat penasaran.“Tenang Gery!” Wenda menghalangi langkah Gery yang hendak menuju tangga. “Ada apa memangnya.”Sudah tersulut emosi, Gery saat ini hanya mau bertemu dengan Belva saja. Gery butuh penjelasan dari wanita itu.“Gery ... ada apa dengan Belva?” Wenda menarik lengan Gery saat sudah menaiki anak ta

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 61

    Gery tidak langsung kembali ke apartemen untuk menjemput Amora. Gery harus mengurus pekerjaannya lebih dulu. Kata Dion, Gery harus datang dan ikut dalam pertemuan.Gery harusnya ingat, kalau ini sudah mulai siang menjelang sore, dan Amora pasti belum makan. Di dalam apartemen, Amora sedari tadi nampak gelisah. Mulai dari duduk di sofa dan menonton TV, lalu berjalan ke arah balkon dan berdiri di sana beberapa saat.Tok! Tok! Tok!Seseorang mengetuk pintu dengan sangat keras dan tidak sabaran. Awalnya Amora masih termenung menebak-nebak siapa gerangan yang datang. Amora harus waspada.Saat ketukan itu terdengar lagi, Amora sampai terjungkat kaget. Ragu-ragu Amora berjalan mendekati pintu.“Siapa ya?” gumam Amora.Amora maju semakin dekat, lalu mendekati lubang kecil di tengah pintu. Amora menempelkan satu matanya untuk memastikan siapa orang di luar sana.“Belva?” pekik Amora. Amora berjalan selangkah mundur. “Dia datang lagi? Untuk apa?”Tok! Tok! Tok!Ketukan itu terdengar la

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 62

    Gery masih melongo tidak paham dengan perkataan Amora. Amora yang masih terisak kini duduk di sofa sambil membuang muka.“Kau cemburu?” kata Gery sambil memiringkan badan.Amora masih sesenggukan dan tidak menoleh.“Benarkan?” Gery mendekat lalu berjongkok.Tiba-tiba saja Amora berdiri membuat Gery terjengkang ke belakang. Gery yang kaget membulatkan bola mata lebar-lebar dan melongo.“Aku tidak cemburu.” Amora melompati kaki Gery dan berjalan menjauh. Menghadap ke arah lain, Amora melipat kedua tangan di depan dada.“Kalau begitu, kenapa kau marah?” tanya Gery sambil bangun dari posisinya yang terjengkang. “Jelaskan saja supaya aku paham.”Amora mengusap wajahnya hingga air mata tak tersisa lagi. Amora kemudian berbalik sambil menghentakkan kakinya. Amora yang tidak pernah berani bicara dan selalu menunduk saat di hadapan sang suami, kini mendadak ingin merengek manja.“Bilang saja kalau kau masih peduli dengan Belva!” salak Amora. “Kau memperdulikan dia sampai lupa kalau ada

Bab terbaru

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 88 (Tamat)

    Setelah kejadian sudah berlalu, kini Gery dan Amora memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Mereka berdua berlibur ke bali dengan tujuan menenangkan pikiran dan memadu kasih. Keduanya sadar betul, kalau dalam rumah tangga terkadang memang selalu memiliki masalah. Entah itu masalah yang ringan maupun berat sekalipun. Dan kini semua sudah usai. Nomor satu adalah saling percaya. "Kau suka?" tanya Gery pada Amora yang sedang begitu lahap memakan makanan laut. Dengan mulut penuh, Amora mengangguk. "Ini sangat enak." Gery tertawa kecil. Di sebuah restoran yang tidak jauh dari pantai, memang sangat cocok untuk menenangkan pikiran. Deburan ombak dan angin sepoi-sepoi yang terdengar, membuat suasana di sore hari begitu romantis. Selesai menyantap makanan, keduanya memutuskan untuk menuju bibir pantai. Berjalan menyusuri pasir yang basah, keduanya kini saling merangkul menunggu sang surya membenamkan diri untuk istirahat. "Aku senang karena semua sudah isai," kata Amora. Dua tanganny

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 87

    Amora ingin marah dan pergi saja saat melihat adegan di dalam ponsel. Dadanya terasa terbakar dan ingin menangis. Namun, saat menoleh kearah Lina, Amora terpaksa tetap diam karena Lina menggenggam erat tangannya. Lina ingin Amora ada di sini sampai urusannya selesai.“Kau pikir dengan foto itu bisa membuktikan kalau Gery melakukan hal tak senonoh padamu?” cibir Lina. “Bagaimana mungkin ada orang yang mengambil gambar sedekat itu sementara kau dan Gery di sana? Ya, terkecuali kau sudah merencanakan dan menyuruh orang.”“Kau!” Belva melotot ke arah Belva.Menyadari Belva ketakutan, semakin membuat Lina ingin menyudutkannya. Wajah Belva yang mendadak gugup, juga membuat Wenda dan Abraham semakin yakin kalau Gery memang dijebak. Amora yang awalnya ingin sekali pergi, kini mulai penasaran dan ingin tahu kebenarannya.“Aku benar kan?” Lina tersenyum sambil mendengkus lirih.“Apanya yang benar!” salak Belva. “Apa kalian sedang mencoba mengeroyokku?” Belva bergantian menatap mereka semua

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 86

    Amora hampir saja menjerit saat menyadari ada Gery di dalam mobil. Lina yang sudah mengira ini akan terjadi, segera menutup mulut Amora dengan telapak tangannya.“Tenang Amora,” pinta Lina.“Aku tidak bisa ikut,” kata Amora.Amora sudah hampir berbalik, tapi dengan cepat Lina menghalangi. “Kumohon Amora. Ikutlah dengan kami, kau harus tahu kebenarannya.”“Kau baik-baik saja Amora?” panggil Andy yang merasa curiga dengan keadaan di dalam mobil itu.Masih beruntung kaca mobil tidak terlalu terang di bagian luar, jadi posisi Gery di dalam mobil tidak terlalu terlihat jika kurang jeli.“Kumohon Amora.” Gery memohon sebelum Andy berjalan mendekat karena penasaran.“Aku baik-baik saja.” Amora menatap Andy. “Aku pergi dulu.”Andy yang memang merasa aneh, pada akhirnya berhenti dan membiarkan Amora masuk ke dalam mobil.Amora sudah duduk di jok belakang, sementara Gery menyetir. Beberapa kali Lina melirik kaca spion untuk melihat Amora yang duduk sambil bersandar dan membuang pandang

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 85

    Keesokan harinya, Gery sudah bangun lebih awal. Dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dan menjemput sang istri pulang. Melihat wajah Gery yang sumringah saat di ruang makan, tentu membuat Abraham dan Wenda terheran-heran.“Kau sepertinya sedang bahagia, Ger?” tanya Wenda.Belum sempat Gery menjawab, Belva datang. Dia menyapa kedua mertuanya dan juga Gery. Wenda dan Abraham tersenyum tipis, sementara Gery acuh.“Aku mendadak kenyang,” kata Gery tiba-tiba. Gery hanya meneguk air putih lalu berdiri.Belva sudah mulai merasa tidak nyaman melihat sikap Gery pagi ini. Ditambah tentang ancaman Lina tadi malam. Ini pasti ada sesuatu yang sudah Gery tahu.“Sarapan dulu, Ger,” pinta Wenda.Gery berhenti melangkah lalu menoleh. “Aku tidak suka berdekatan dengan seorang pembohong!” tegas Gery. “Dan untuk ayah, Ibu, jangan percaya dengan omongan wanita itu. Dia hanya menjebakku.”Degh! Kini Belva yakin kalau Gery sudah tahu tentang kejadian malam itu yang sebenarnya memang tidak terjad

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 84

    Lina sudah sampai di dalam kamar Gery. Ia masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Amora sampai jatuh sakit dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit.“Kau bertengkar dengan Amora?” tanya Lina.Gery melempar kemeja ke sembarang tempat lalu beralih memakai kaos oblong. “Tidak bertengkar, tapi ... ah, entahlah!” Gery nampak frustasi.Lina berdecak lalu mendorong Gery supaya segera duduk. “Tenangkan dirimu dulu. Bicaralah dengan tenang, mungkin aku bisa membantu.”Gery meraup wajah sambil mendesah. “Ini semua salahku. Mungkin ini karma karena aku dulu sudah membuat Amora menderita.”Lina tiba-tiba mendecih dan membuang muka. “Bukan dulu, tapi sekarang pun kau masih membuatnya menderita.”“Hey!” teriak Gery tiba-tiba. Lina sampai membelalak. “Kau datang mau memberiku solusi atau mau menyalahkanku.”“Ya, ya, maaf. Aku hanya kesal padamu,” sahut Lina.“Aku harus bagaimana sekarang?” Gery menengadah lalu tertunduk pasrah. “Aku tidak mau kehilangan Amora. Dan jug

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 83

    Dokter mengatakan kalau keadaan Amora sudah baik-baik saja. Janin dalam kandungannya pun juga baik-baik saja. Menurut pemeriksaan dokter, Amora mengalami syok hingga perutnya terasa kram.Usai mendengar penjelasan dokter, Gery merasakan sekujur tubuhnya seolah sudah dihantam badai. Rasa bersalah muncul dan membuat dirinya seolah merasa tiada artinya.Hanya karena merasa takut kehilangan, Gery sampai membuang rasa percaya pada sang istri. Ini sangat salah. Sungguh salah.“Apa yang kau pikirkan sampai berbuat buruk pada Amora?” tanya Abraham.Di ruangan di mana Amora tengah berbaring, Gery tengah diinterogasi oleh ayah dan ibunya.“Aku hanya takut kehilangan dia, Ayah.” Jawab Gery seadanya. “Aku sangat takut sampai tidak tahu harus berbuat apa.”“Apa dengan begitu kau bisa tidur dengan Belva seenaknya?” salak Wenda. “Kau bilang mencintai Amora, tapi kau main di belakang bersama Belva. Astaga, Gery! Ibu tidak habis pikir kenapa kau bisa melakukan hal keji seperti itu.”Beberapa ka

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 82

    Baru saja Belva duduk, Gery dan Amora datang. Wajah keduanya begitu sumringah, membuat Wenda dan Abraham saling pandang sesaat dan merasa penasaran.“Sepertinya kalian sedang bahagia sekali pagi ini?” tanya Wenda dengan nada menyindir. Wajahnya mengulum senyum menahan rasa penasaran. “Ibu jadi ingin tahu.”Gery dan Amora bergandengan tangan kemudian duduk berdampingan.“Apa ada sesuatu?” tanya Abraham.Wajah Gery dan Amora sungguh membuat Ayah dan Ibu penasaran.Tidak melepas genggaman tangan, Gery menatap Amora sesaat sebelum kemudian beralih menatap Ayah dan ibu.“Berhubung kalian semua sedang di sini, aku ingin mengatakan sesuatu.” Gery kembali menoleh ke arah Amora sambil tersenyum.Ayah dan ibu saling pandang dan semakin penasaran, sosok Belva yang sebenarnya sudah tahu memilih pura-pura mendengarkan saja.“Ada apa, Sih? Ibu jadi penasaran,” kata Wenda.“Amora hamil.”Dua kata saja berhasil membuat ayah dan ibu membelalakkan mata. Mereka berdua terdiam sesaat tanpa berk

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 81

    Satu bulan berlalu, kandungan dalam perut Belva mulai sedikit membuncit. Namun, tiada yang tahu kalau dia hamil karena memang sudah berniat disembunyikan selama dua bulan ini. Tepatnya tak lama setelah kepergian Theo.Belva tengah sibuk mempersiapkan sesuatu, di kamar lain juga tak berbeda. Amora tengah berganti pakaian sebelum kemudian menyiapkan pakaian untuk sang suami.Sambil menata pakaian, sesekali Amora menengok ke arah pintu kamar mandi. Amora sudah tidak sabar memberi kejutan yang selama ini ia simpan dengan rapi. Amora sudah berniat memberitahu, tapi lebih dulu menunggu kepastian dari dokter.Sambil tersenyum, Amora meletakkan testpack dan surat keterangan dari dokter di atas baju ganti Gery. Setelah itu, Amora mundur dan sibuk membereskan kamar yang berantakan karena pertempuran keringat semalam.Ceklek!Amora membulatkan mata sesaat ketika sedang menyapu sudut ruangan. Amora gemetaran dan gugup sendiri.“Tenang Amora, semua akan baik-baik saja.” Amora mengusap dada

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 80

    Amora tersadar saat gedoran pintu kian kencang. Amora juga dapat mendengar suara sang suami beberapa kali memanggilnya. Dalam situasi yang remang-remang seperti ini, Amora pikir panggilan itu hanya sebatas ilusi atau mimpi. Namun, begitu Amora sempoyongan berjalan dan membuka pintu, barulah Amora sadar kalau suaminya memang ada di sini.“Ka-kau?” mata sayu, Amora masih belum yakin kalau orang yang berdiri di hadapannya saat ini adalah Gery.Gery tidak langsung menyerobot melainkan lebih dulu menatap lekat-lekat wajah sang istri yang tersorot lampu penerangan di bagian teras.Matanya bengkak, wajahnya sayu. Benarkah begitu? Gery tengah membatin.“Kenapa kau di sini?” tanya Gery. “kenapa tidak pulang?”Amora mengucek matanya yang terasa berat untuk terbuka. Kemudian masuk kembali tanpa bicara apapun. Gery berdecak mengikuti di belakang.“Jawab!” pinta Gery.“Tunggulah sebentar, nyawaku belum terkumpul,” sahut Amora jengkel.Amora menuju ruang belakang sementara Gery menunggu di

DMCA.com Protection Status