Share

Chapter 5

Penulis: Irma W
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apa orang itu yang menangkap paman Atmaja?” tanya Andy.

Atmaja kembali duduk di ruang tengah bersama yang lainnya. “Ya, dia orangnya.”

“Sepertinya orang itu sangat berkuasa,” timbruk Putri.

“Kau lihat wajahnya?” sambung Ambar. “Apa dia tampan?”

“Ish, ibu!” sembur Putri. “Apa urusannya?”

Ambar menoyor kepala Putri hingga membentur pundak Andy. “Kalau dia bisa berbaik hati membebaskan ayahmu, bisa jadi dia juga mudah kau rayu. Kau paham maksud ibu kan?”

“Ambar!” hardik Atmaja. “Kau mengajari anakmu untuk merayu? Dimana pikiranmu?”

“Memangnya kenapa?” Ambar mencebik. “Siapa tahi memang jodoh Putri kan?”

“Kita bahkan belum tahu bagaimana Tuan Gery bisa membebaskanku. Jangan berkhayal yang aneh-aneh.”

“Benar. Ibu itu aneh. Aku kan suka dengan Andy untuk apa harus mendekati pria bermuka kejam itu?” dengan manjanya, Putri merangkul lengan Andy. Andy hanya meringis kaku.

“Kau ini!” Ambar menoyor pelipis Putri lagi. “Andy itu kan kekasih Amora. Carilah yang lain!”

Dari balik tirai, Amora yang sedang berdiri sambil membawa nampan berisi gelas yang isinya hanya tinggal separuh, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Pembicaraan di dalam sana sama sekali tidak ada manfaatnya sama sekali.

Amora masih sempat berpikir. Di umurnya yang saat ini menginjak 25 tahun, harus dihadapkan dengan situasi yang benar-benar sulit. Masa dewasa yang seharusnya ia fokuskan bersama Andy, harus terganggu karena Amora harus disibukkan dengan sesuatu. Budak. Ya, menjadi budak.

Seperti masa penjajahan atau tidak, tapi pasti akan berat.

Begitu Amora masuk, semua pandangan mata refleks memutar ke arah Amora. Merasa risih, Amora mendengkus dan berjalan begitu saja menuju dapur. Saat Atmaja hendak berdiri, Andy sudah berdiri lebih dulu.

“Biar aku yang bicara, Paman.”

Atmaja duduk kembali sementara Andy menyusul Amora ke belakang.

“Kau baik-baik saja?” Andy merangkul bagian pinggang Amora dari belakang.

Amora berdehem pelan lalu berbalik. “Tentu saja aku baik-baik saja.”

Kali ini Andy mendaratkan satu tangan di pipi Amora. “Kau tidak mau cerita padaku apa yang terjadi?”

Amora justru melengos dan menyingkir. “Aku hanya sedang lelah. Apa kau bisa pulang dulu?”

Ini bukan terdengar seperti Amora yang biasanya. Semenjak musibah menimpa ayahnya, Amora memang lebih sering murung. Andy hanya merasa aneh. Ayah sudah dibebaskan, tapi kenapa Amora tetap bersedih? Andy ingin tahu, tapi untuk saat ini memang Amora tetap memilih bungkam.

“Baiklah ...” Andy mengusap pipi Amora lagi kemudian memberi kecupan di kening. “Telpon aku kalau sudah baikan.”

Bukan seperti ini yang Amora inginkan. Mengacuhkan Andy tentunya sangatlah tidak berhati. Namun, jika dipaksa tersenyum dengan cara bercengkrama dengannya, Amora juga tak bisa melakukannya.

“Maafkan aku,” lirih Amora saat Andy sudah beranjak pergi.

Dalam perjalanan pulang, Andy melihat dua orang yang bertamu ke rumah Amora. Mereka tak lain adalah Gery dan Dion. Mereka sedang berdiri di depan sebuah kafe. Nampaknya mereka baru saja turun dan mungkin hendak cari makan siang.

Sebelum mereka masuk, Andy buru-buru memarkirkan motornya. Melepas helmnya kemudian bergegas menghampiri mereka berdua.

“Tunggu!” cegah Andy tepat beberapa langkah sebelum Gery dan Dion masuk.

Mereka berdua menoleh bersamaan. Gery yang tidak kenal, tentunya memberi lirikan angkuhnya. “Siapa kau?”

Pandangan Andy juga terlihat acuh dan tak bersahabat. Sebelum Andy menjawab, di sampingnya Dion lebih dulu menyikut lengan Gery. “Dia yang tadi ada di rumah Amora juga.”

Gery mulai menatap Andy mulai dari atas hingga ke ujung bawah. “Ada perlu apa? Dasar sangat tidak sopan!” sembur Gery.

Dion sedikit mendorong tubuh Gery saat ada pengunjung yang hendak masuk ke kafe.

“Apa yang sudah kalian lakukan pada Amora?” tanya Andy tanpa basa-basi.

Gery mengerutkan kening dan sedikit mendengkus. “Apa maksudmu?”

“Maaf, Tuan. Bicaralah yang sopan,” kata Dion.

“Katakan saja, apa yang sudah kalian lakukan pada Amora?” sekali lagi Andy bertanya. Andy sangat yakin, diamnya Amora pasti ada hubungannya dengan dua orang ini.

“Memangnya Amora kenapa? Dan lagi, kau itu siapa? Kenapa ikut campur?” seloroh Gery dengan gayanya yang angkuh.

“Aku kekasihnya,” jawab Andy. “Aku mohon, berhentilah mengganggu Amora.”

“Oh, jadi kau kekasih Amora.” Gery manggut-manggut sambil mengusap dagu. “Tahu apa kau sampai berani mencegahku mengganggu Amora? Memang siapa yang mengganggu Amora? Justru Amoralah yang sudah mengusik kehidupanku.”

“Kurang ajar!” sembur Andy. Hampir saja Andy menampar Gery, tapi dihalau oleh Dion.

“Berani sekali kau!” geram Gery. “Kalau kau tidak tahu apa-apa, mending diam! Ini urusanku dengan Amora. Kau pikir Atmaja bebas karena siapa?”

Gery mendecih lalu berbalik masuk ke dalam kafe. Saat Andy hendak maju untuk mengejar, lagi-lagi Dion menghalangi.

“Sebaiknya kau pergi. Kalau kau kekasihnya, harusnya kau tahu.”

Andy melongo dan membiarkan Dion menyusul Gery masuk ke dalam.

“Sebenarnya ada apa? Apa yang sudah mereka lakukan pada Amora?” gumam Andy.

Tetap berdiri disini, sepertinya akan percuma. Andy tidak akan mendapat jawaban.

“Sepertinya akan lebih menarik,” kata Gery sambil menarik kursi lalu duduk. “Aku jadi lebih bersemangat.”

“Apa rencanamu?” Dion ikut duduk. “Jangan aneh-aneh. Pikirkan dulu matang-matang.”

Gery tertawa renyah. “Santai saja. Aku hanya akan membuat Amora dan ayahnya merasakan sakit yang aku rasakan karena telah kehilangan.”

“Aku mau tanya,” kata Dion tiba-tiba. “Kau jangan marah, aku hanya sekedar penasaran.”

“Bukankah kalian sudah putus?” tanya Dion.

“Siapa?”

“Kau dan mendiang Tania.”

Gery lantas tersenyum datar. “Memang.”

“Lalu kenapa kau sangat bersemangat sekali membalaskan dendam. Bukankah yang namanya kecelakaan memang kapan saja bisa terjadi?” tanya Dion lagi.

Dari pandangan Dion, mungkin sebentar lagi Gery akan marah. Namun, rasa heran lebih kuat untuk mendorong Dion menanyakan hal tersebut.

“Kita memang sudah putus. Tapi aku masih mencintainya. Dan saat ada harapan kembali, aku tidak menyangka kalau dia mengalami kecelakaan,” ujar Gery. “Biar bagaimanapun, Atmaja dan Amora tetap bersalah.”

Kemauan Gery sudah membulat. Ajang balas dendam tidak bisa lagi terelakkan. Seperti apa awalnya, semua akan dimulai di hari esok. Sekedar menjadikannya budak, atau bahkan ada sesuatu yang lebih kejam.

“Biarkan aku bermain-main dulu. Aku bukan orang jahat. Kau tahu itu kan?” Gery tersenyum getir.

Memang, Gery bukanlah orang yang akan berulah jika tidak ada yang memulai lebih dulu. Jika semua karena rasa cinta pada Tania, pantaskah balas dendam itu ada?

“Sudahlah, jangan terlalu tegang begitu.” Gery menendang kaki Dion di bawah kolong meja. “Ini karena aku terlalu mencintai Tania.”

“Aku bisa apa?” Dion menghela napas. “Lakukan saja sesukamu.”

Gery tertawa. Sebuah tawa yang terasa berat. Apa artinya ini, yang Gery tahu saat ini hanyalah ingin menyiksa orang yang sudah membuatnya kehilangan.

***

Bab terkait

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 6

    Siap ataupun tidak, hari ini Amora akan memulai hidup baru. Memulai perjalanan panjang yang seperti apa kisahnya, Amora sendiri tidak tahu.Pagi sekali Amora terbangun. Semalaman ia gelisah dan susah tidur. Beberapa kali mencoba memejamkan mata, pada akhirnya Amora terlelap hanya beberapa jam saja. Dan tepat pukul lima pagi, Amora segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah seorang pria yang akan menjadikannya budak.Dikarenakan bingung, sebelum beranjak pergi, Amora menuliskan sebuah pesan dalam secarik kertas. Berisi sebuah pesan untuk ayah kalau Amora sedang ada pekerjaan yang tidak boleh ditinggal. Amora kemudian letakkan kertas tersebut di atas meja makan.“Aku pamit dulu, Ayah,” kata Amora dengan suara lirih. Tentunya tidak ada siapapun yang dapat mendengarnya.Sampai di halaman rumah, Amora meraih helm yang tergantung di dekat garasi. Memakainya kemudian secara perlahan, Amor mendorong motornya keluar dari area rumahnya.Untuk saat ini, Amora masih bingung bagaimana cara berp

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 7

    Sepanjang perjalanan balik dari rumah Gery, Amora hanya menggerutu. Apapun yang bisa ia maki, Amora lakukan dengan mengoceh tanpa henti. Menginjakkan kaki di halaman rumah itu saja belum terjadi, bagaimana mungkin Gery sudah menyuruh kembali pulang. “Dia memang sengaja mempermainkan aku! Dasar brengsek!” Amora mengencangkan laju motornya kemudian berbelok menuju sebuah laundry yang baru ia kelola sebelum ayah mengalami musibah. Sudah hampir satu bulan tempat itu terbengkalai karena Amora hanya fokus menemani ayah. Tempat yang seharusnya Amora jadikan tempat usaha harus terabaikan begitu saja. Berapa uang yang sudah Amora keluarkan, tak akan dipikirkan. Berhubung hari ini ada kesempatan, Amora pun memilih berbenah di tempat tersebut. Tempat tersebut sebenarnya milik almarhum ibu. Amora hanya sekedar meneruskan usaha dari pada harus terhenti. Berhubung beberapa mesin cuci rusak, jadi Amora akhirnya merogoh kantongnya sendiri. “Aku harus bereskan tempat ini,” kata Amora sambil membuk

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   Chapter 8

    Rencana Gery untuk balas dendam pada Amora benar-benar berubah haluan. Rencana menghancurkan Amora karena ayahnya telah menabrak sang kekasih hingga tiada, kini malah berujung membutuhkan sebuah bantuan dari Amora.Benar kata Dion. Gery mendadak berpikir untuk apa balas dendam tidak penting? Toh bisa jadi apa yang dilakukan Gery hanya akan membuat Tania merasa sedih di alam sana. Namun, bukan berarti rencana itu urung dan Gery melepaskan Amora. Namun, Gery akan memanfaatkan Amora karena dalam kesehariannya sebentar lagi akan ada Theo dan Belva. Dua orang yang pernah membuat Gery merasa sakit hati.“Kau dimana?” tanya Gery dengan seseorang di balik telepon.“Aku masih di rumah, Tuan,” sahut Amora. Ia sendiri sedang sibuk dengan rambutnya yang basah karena baru saja keramas.“Berpakaianlah yang bagus. Setelah itu datanglah ke rumahku,” kata Gery. “Ingat, jangan berkata apapun sebelum aku yang memulai.”Glek! Amora menjatuhkan handuk bersamaan dengan saliva yang lolos masuk ke dalam

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   Chapter 9

    Di ruang makan belum ada siapapun. Abraham dan Wenda sepertinya masih bersiap di dalam kamar. Kalau Theo dan Belva, Gery tadi sempat melihat mereka berdua masuk ke kamar. Entah apa yang mereka lakukan, Gery tak mau membayangkannya. “Kau duduk dulu di sana.” Gery menunjuk ke arah meja makan. “Aku mau ambil ponselku dulu.” Amora menurut saja dan melangkah sendiri menuju ruang makan. Di sana, di atas meja tentunya, sudah tersedia berbagai hidangan makanan berbeda-beda. Mulai dari makanan pembuka, pencuci mulut hingga makanan penutup. Semua sudah tertata rapi. Dari ruang belakang yang tak jauh dari ruang makan, Amora merasa ada seseorang yang tengah mengamatinya. Sepertinya dua pelayan berbaju putih dengan celemek biru yang sedang memandangi Amora. “Hai,” tegur Wenda saat sudah datang ke ruang makan. “Kau siapa?” tanya Wenda kemudian. Sambil menari kursi mundur, Wenda menoleh ke arah suaminya yang berjalan di belakangnya. Satu tangannya melambai supaya sang suami cepat mendekat. Amor

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 10

    Amora tidak langsung turun melainkan mengamati kemana langkah Gery terhenti di luar sana. Gery melangkah sambil mengedarkan pandangan pada setiap sudut taman yang bisa dikatakan sudah tua. Taman ini jauh dari keramaian dan memang lebih banyak dikelilingi pohon akasia selama perjalanan. Gery berdiri mengusap sandaran kursi besi mulai dari tempatnya berdiri hingga ke ujung di dekat ayunan. Amora tak tahu apa yang sedang Gery lakukan, tapi sepertinya sedang mengenang sesuatu. “Apa Tuan baik-baik saja?” tanya Amora. Gery menoleh. Ia terkejut saat tiba-tiba Amora sudah berdiri di belakangnya. Gery lantas duduk pada kursi yang masih ia genggam sandarannya. “Aku baik-baik saja.” Suasana kembali sunyi. Gery sudah duduk sambil mencondong dan menangkup wajah. Sementara Amora, ia yang bingung harus berbuat apa sedang memikirkan cara untuk menghibur Gery. Meski tidak tahu pasti masalahnya apa, tapi Amora merasa kalau Gery tengah bersedih hati. Amora secara perlahan berjalan memutari bangku ke

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 11

    Sampai di dalam kamar, Gery segera merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur. Kepalanya terasa berat dan begitu penat. Gery mana tahu kalau setelah kepergian Tania ternyata akan muncul Belva dalam kehidupannya. Mereka adalah dua wanita yang pernah mengisi hidup Gery penuh tawa dan penuh tangis juga. Memejamkan mata, kepala Gery tengah terbayang-bayang akan masa lalu. Mulai dari yang paling indah, hingga ada dua kata yang sangat menusuk hati. “Kita Selesai.” “Aku sudah tidak bisa melanjutkan hubungan kita,” kata Belva dengan wajah penuh sesal. “Aku harus pergi.” Saat itu, Gery sedang dalam keadaan bahagia karena tepat saat hari ulang tahunnya. Sayangnya, bahagia itu berubah kesedihan dan kekecewaan. “Apa maksudmu?” Gery balik bertanya. Dua tangan Belva ia genggam dengan erat dan memandangnya penuh nanar. “Aku harus meneruskan sekolahku di singapura,” jelas Belva. “Tapi kita bisa berhubungan jarak jauh. Kita bisa komunikasi lewat ponsel atau apapun itu.” Gery mulai panik. Belva mend

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 12

    “Hei tunggu!” teriak Andy saat menarik lengan Amora dengan paksa. “Aku sedang bicara dengan Amora. Kau sangat tidak sopan menyeretnya begitu!” Bukan Gery namanya jika tidak acuh. “Masuk!” perintah Gery pada Amora. Amora yang memang tak berani melawan Gery tentunya menurut saja dan segera masuk ke dalam mobil. “Aku akan jelaskan nanti,” kata Amora sebelum pintu ditutup oleh Gery. “Tunggu Amora!” Andy masih berteriak dan mencoba meraih gagang pintu. Sayangnya tangan Gery lebih cepat menangkis. “Sudahlah! Kau menyingkir dulu. Aku ada urusan dengan Amora.” Gery mendorong tubuh Andy hingga terjengkang. Amora yang kaget, hanya bisa menjerit tanpa bisa membantu karena Gery sudah masuk ke dalam mobil. Mobil melaju, Amora memandangi Andy yang juga sedang memandangnya. Di luar sana, Andy sudah berdiri dibantu oleh Atmaja dan Putri yang mungkin mereka mendengar karena ada keributan. Setelah itu, Amora tak tahu lagi apa yang terjadi di sana karena mobil sudah melesat jauh. “Tuan kan tidak

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 13

    Saat semua orang rumah sedang berkumpul di ruang tengah, Gery datang. Awalnya Gery hendak langsung nyelonong masuk ke kamar, tapi ayah buru-buru mencegahnya. “Kau baru pulang? Duduklah dulu kemari.” Memutar bola mata malas dan mendesah, Gery akhirnya ikut duduk. Sepertinya Belva sudah pulang. Gery sempat mengedarkan pandangan tapi memang tidak menemukan sosok Belva. Perlu diketahui, yang tahu tentang hubungan Gery dan Belva di masa lalu hanyalah Theo. Ayah dan ibu hanya tahu kalau Gery dan Belva sempat satu kampus dan dekat saat masa SMA. “Ada apa, Ayah?” tanya Gery malas. Gery duduk di samping ibunya yang langsung mengusap bagian pundak. “Ikut kita ngobrol,” jawab Wenda. “Kakakmu kan sebentar lagi menikah, kau harus ikut bersiap-siap.” Gery mendengkus lirih. “Aku juga akan menikah, Bu,” kata Gery kemudian. Ketiga orang di sini sontak menoleh menatap Gery penuh tanya. “Apa dengan wanita yang kemarin malam kau ajak ke sini?” tanya Wenda. Gery mengangguk. “Tentu saja. Aku bahka

Bab terbaru

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 88 (Tamat)

    Setelah kejadian sudah berlalu, kini Gery dan Amora memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Mereka berdua berlibur ke bali dengan tujuan menenangkan pikiran dan memadu kasih. Keduanya sadar betul, kalau dalam rumah tangga terkadang memang selalu memiliki masalah. Entah itu masalah yang ringan maupun berat sekalipun. Dan kini semua sudah usai. Nomor satu adalah saling percaya. "Kau suka?" tanya Gery pada Amora yang sedang begitu lahap memakan makanan laut. Dengan mulut penuh, Amora mengangguk. "Ini sangat enak." Gery tertawa kecil. Di sebuah restoran yang tidak jauh dari pantai, memang sangat cocok untuk menenangkan pikiran. Deburan ombak dan angin sepoi-sepoi yang terdengar, membuat suasana di sore hari begitu romantis. Selesai menyantap makanan, keduanya memutuskan untuk menuju bibir pantai. Berjalan menyusuri pasir yang basah, keduanya kini saling merangkul menunggu sang surya membenamkan diri untuk istirahat. "Aku senang karena semua sudah isai," kata Amora. Dua tanganny

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 87

    Amora ingin marah dan pergi saja saat melihat adegan di dalam ponsel. Dadanya terasa terbakar dan ingin menangis. Namun, saat menoleh kearah Lina, Amora terpaksa tetap diam karena Lina menggenggam erat tangannya. Lina ingin Amora ada di sini sampai urusannya selesai.“Kau pikir dengan foto itu bisa membuktikan kalau Gery melakukan hal tak senonoh padamu?” cibir Lina. “Bagaimana mungkin ada orang yang mengambil gambar sedekat itu sementara kau dan Gery di sana? Ya, terkecuali kau sudah merencanakan dan menyuruh orang.”“Kau!” Belva melotot ke arah Belva.Menyadari Belva ketakutan, semakin membuat Lina ingin menyudutkannya. Wajah Belva yang mendadak gugup, juga membuat Wenda dan Abraham semakin yakin kalau Gery memang dijebak. Amora yang awalnya ingin sekali pergi, kini mulai penasaran dan ingin tahu kebenarannya.“Aku benar kan?” Lina tersenyum sambil mendengkus lirih.“Apanya yang benar!” salak Belva. “Apa kalian sedang mencoba mengeroyokku?” Belva bergantian menatap mereka semua

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 86

    Amora hampir saja menjerit saat menyadari ada Gery di dalam mobil. Lina yang sudah mengira ini akan terjadi, segera menutup mulut Amora dengan telapak tangannya.“Tenang Amora,” pinta Lina.“Aku tidak bisa ikut,” kata Amora.Amora sudah hampir berbalik, tapi dengan cepat Lina menghalangi. “Kumohon Amora. Ikutlah dengan kami, kau harus tahu kebenarannya.”“Kau baik-baik saja Amora?” panggil Andy yang merasa curiga dengan keadaan di dalam mobil itu.Masih beruntung kaca mobil tidak terlalu terang di bagian luar, jadi posisi Gery di dalam mobil tidak terlalu terlihat jika kurang jeli.“Kumohon Amora.” Gery memohon sebelum Andy berjalan mendekat karena penasaran.“Aku baik-baik saja.” Amora menatap Andy. “Aku pergi dulu.”Andy yang memang merasa aneh, pada akhirnya berhenti dan membiarkan Amora masuk ke dalam mobil.Amora sudah duduk di jok belakang, sementara Gery menyetir. Beberapa kali Lina melirik kaca spion untuk melihat Amora yang duduk sambil bersandar dan membuang pandang

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 85

    Keesokan harinya, Gery sudah bangun lebih awal. Dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dan menjemput sang istri pulang. Melihat wajah Gery yang sumringah saat di ruang makan, tentu membuat Abraham dan Wenda terheran-heran.“Kau sepertinya sedang bahagia, Ger?” tanya Wenda.Belum sempat Gery menjawab, Belva datang. Dia menyapa kedua mertuanya dan juga Gery. Wenda dan Abraham tersenyum tipis, sementara Gery acuh.“Aku mendadak kenyang,” kata Gery tiba-tiba. Gery hanya meneguk air putih lalu berdiri.Belva sudah mulai merasa tidak nyaman melihat sikap Gery pagi ini. Ditambah tentang ancaman Lina tadi malam. Ini pasti ada sesuatu yang sudah Gery tahu.“Sarapan dulu, Ger,” pinta Wenda.Gery berhenti melangkah lalu menoleh. “Aku tidak suka berdekatan dengan seorang pembohong!” tegas Gery. “Dan untuk ayah, Ibu, jangan percaya dengan omongan wanita itu. Dia hanya menjebakku.”Degh! Kini Belva yakin kalau Gery sudah tahu tentang kejadian malam itu yang sebenarnya memang tidak terjad

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 84

    Lina sudah sampai di dalam kamar Gery. Ia masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Amora sampai jatuh sakit dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit.“Kau bertengkar dengan Amora?” tanya Lina.Gery melempar kemeja ke sembarang tempat lalu beralih memakai kaos oblong. “Tidak bertengkar, tapi ... ah, entahlah!” Gery nampak frustasi.Lina berdecak lalu mendorong Gery supaya segera duduk. “Tenangkan dirimu dulu. Bicaralah dengan tenang, mungkin aku bisa membantu.”Gery meraup wajah sambil mendesah. “Ini semua salahku. Mungkin ini karma karena aku dulu sudah membuat Amora menderita.”Lina tiba-tiba mendecih dan membuang muka. “Bukan dulu, tapi sekarang pun kau masih membuatnya menderita.”“Hey!” teriak Gery tiba-tiba. Lina sampai membelalak. “Kau datang mau memberiku solusi atau mau menyalahkanku.”“Ya, ya, maaf. Aku hanya kesal padamu,” sahut Lina.“Aku harus bagaimana sekarang?” Gery menengadah lalu tertunduk pasrah. “Aku tidak mau kehilangan Amora. Dan jug

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 83

    Dokter mengatakan kalau keadaan Amora sudah baik-baik saja. Janin dalam kandungannya pun juga baik-baik saja. Menurut pemeriksaan dokter, Amora mengalami syok hingga perutnya terasa kram.Usai mendengar penjelasan dokter, Gery merasakan sekujur tubuhnya seolah sudah dihantam badai. Rasa bersalah muncul dan membuat dirinya seolah merasa tiada artinya.Hanya karena merasa takut kehilangan, Gery sampai membuang rasa percaya pada sang istri. Ini sangat salah. Sungguh salah.“Apa yang kau pikirkan sampai berbuat buruk pada Amora?” tanya Abraham.Di ruangan di mana Amora tengah berbaring, Gery tengah diinterogasi oleh ayah dan ibunya.“Aku hanya takut kehilangan dia, Ayah.” Jawab Gery seadanya. “Aku sangat takut sampai tidak tahu harus berbuat apa.”“Apa dengan begitu kau bisa tidur dengan Belva seenaknya?” salak Wenda. “Kau bilang mencintai Amora, tapi kau main di belakang bersama Belva. Astaga, Gery! Ibu tidak habis pikir kenapa kau bisa melakukan hal keji seperti itu.”Beberapa ka

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 82

    Baru saja Belva duduk, Gery dan Amora datang. Wajah keduanya begitu sumringah, membuat Wenda dan Abraham saling pandang sesaat dan merasa penasaran.“Sepertinya kalian sedang bahagia sekali pagi ini?” tanya Wenda dengan nada menyindir. Wajahnya mengulum senyum menahan rasa penasaran. “Ibu jadi ingin tahu.”Gery dan Amora bergandengan tangan kemudian duduk berdampingan.“Apa ada sesuatu?” tanya Abraham.Wajah Gery dan Amora sungguh membuat Ayah dan Ibu penasaran.Tidak melepas genggaman tangan, Gery menatap Amora sesaat sebelum kemudian beralih menatap Ayah dan ibu.“Berhubung kalian semua sedang di sini, aku ingin mengatakan sesuatu.” Gery kembali menoleh ke arah Amora sambil tersenyum.Ayah dan ibu saling pandang dan semakin penasaran, sosok Belva yang sebenarnya sudah tahu memilih pura-pura mendengarkan saja.“Ada apa, Sih? Ibu jadi penasaran,” kata Wenda.“Amora hamil.”Dua kata saja berhasil membuat ayah dan ibu membelalakkan mata. Mereka berdua terdiam sesaat tanpa berk

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 81

    Satu bulan berlalu, kandungan dalam perut Belva mulai sedikit membuncit. Namun, tiada yang tahu kalau dia hamil karena memang sudah berniat disembunyikan selama dua bulan ini. Tepatnya tak lama setelah kepergian Theo.Belva tengah sibuk mempersiapkan sesuatu, di kamar lain juga tak berbeda. Amora tengah berganti pakaian sebelum kemudian menyiapkan pakaian untuk sang suami.Sambil menata pakaian, sesekali Amora menengok ke arah pintu kamar mandi. Amora sudah tidak sabar memberi kejutan yang selama ini ia simpan dengan rapi. Amora sudah berniat memberitahu, tapi lebih dulu menunggu kepastian dari dokter.Sambil tersenyum, Amora meletakkan testpack dan surat keterangan dari dokter di atas baju ganti Gery. Setelah itu, Amora mundur dan sibuk membereskan kamar yang berantakan karena pertempuran keringat semalam.Ceklek!Amora membulatkan mata sesaat ketika sedang menyapu sudut ruangan. Amora gemetaran dan gugup sendiri.“Tenang Amora, semua akan baik-baik saja.” Amora mengusap dada

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 80

    Amora tersadar saat gedoran pintu kian kencang. Amora juga dapat mendengar suara sang suami beberapa kali memanggilnya. Dalam situasi yang remang-remang seperti ini, Amora pikir panggilan itu hanya sebatas ilusi atau mimpi. Namun, begitu Amora sempoyongan berjalan dan membuka pintu, barulah Amora sadar kalau suaminya memang ada di sini.“Ka-kau?” mata sayu, Amora masih belum yakin kalau orang yang berdiri di hadapannya saat ini adalah Gery.Gery tidak langsung menyerobot melainkan lebih dulu menatap lekat-lekat wajah sang istri yang tersorot lampu penerangan di bagian teras.Matanya bengkak, wajahnya sayu. Benarkah begitu? Gery tengah membatin.“Kenapa kau di sini?” tanya Gery. “kenapa tidak pulang?”Amora mengucek matanya yang terasa berat untuk terbuka. Kemudian masuk kembali tanpa bicara apapun. Gery berdecak mengikuti di belakang.“Jawab!” pinta Gery.“Tunggulah sebentar, nyawaku belum terkumpul,” sahut Amora jengkel.Amora menuju ruang belakang sementara Gery menunggu di

DMCA.com Protection Status