Home / Rumah Tangga / Pelarian Nikah Siri / Sama-sama menuntut

Share

Sama-sama menuntut

Author: Yellow_fun
last update Last Updated: 2023-10-08 21:46:20

Suara yang tak asing di telinga Laila, sedikit melegakan hati berkecamuk kala itu. Kedatangan Aban tepat waktu membuat Desy memberi perintah kepada dua petugas kepolisian untuk melepaskan tangan mereka dari tubuh Laila.

"Anda siapa?" tanya Desy.

Cepat Aban mengulurkan tangannya di hadapan Desy, sambil melirik ke arah Laila yang tampak menangis pilu. "Perkenalkan saya Aban Sartika, suami dari Laila Pratiwi!"

Mendengar kalimat tegas seperti itu dari Aban, Desy selaku petugas yang telah diberi mandat untuk menangani kasus Laila hingga selesai mengangguk mengerti. Ia kembali membuka pintu ruangan untuk melaksanakan pemeriksaan lanjutan. "Baik, kita bicara di ruangan saya!"

Aban menoleh ke arah Laila yang masih tampak ketakutan akan tuntutan sang mantan suami yang tidak pernah terlintas dalam benaknya.

"Kamu bilang sudah selesai dengan mantan suamimu, kenapa dia menuntut?" tanya Aban sedikit berbisik, berjalan beriringan menuju ruangan Desy yang sudah terbuka.

Laila menghela nafas berat, ia menjawab pelan dengan nada datar, "Ya, kita sama-sama belum selesai! Tapi saat ini aku terancam di pecat karena tuntutan mantan, paham!"

Kening Aban kembali mengernyit, ia tak mengerti apa yang dimaksud Laila. Kali ini, kedatangannya ke kantor polisi karena sang istri menghubungi keponakannya.

Kini dua insan suami istri tersebut duduk bersebelahan. Wajah keduanya tampak kaku ketika mendengar penjelasan Desy yang semakin memberatkan Laila sebagai seorang istri.

"Pidana?" tanya Aban kembali menoleh ke arah Laila juga Desy.

"Iya, Pak!" jawab Desy, kemudian melanjutkan ucapannya, "Ini termasuk tindakan pidana, karena Laila Pratiwi masih dinyatakan istri sah dari Pak Very!"

Pria mana yang bisa menerima penjelasan tentang status istri orang dari pihak ketiga. Aban menggeleng tak percaya, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Laila. "Apa benar kamu masih menjadi istri sah dari Very?" tanyanya penuh penekanan, dan dapat didengar oleh Desy.

Laila semakin terpojok. Ia menjawab dengan tegas, "Secara agama, kami sudah berpisah sejak dua tahun lalu, tapi belum mengajukan permohonan ke pengadilan agama hingga saat ini demi menjaga psikologis anak-anak!"

Mendengar pernyataan seperti itu dari Laila, Desy selaku petugas yang menangani kasus tersebut kembali berkata, "Bagaimana pun, pernikahan siri antara Anda dan Pak Aban telah terjadi. Saya sudah menerima bukti surat nikah siri kalian, jadi tuntutan Pak Very tetap berlanjut!"

Aban menggeleng tidak terima. "Bisa nggak, kami berdua masuk penjara?" tanyanya spontan.

Sementara Laila tampak kebingungan mendengar lelucon yang keluar dari mulut sang suami. "Kamu sedang bercanda?" sesalnya dengan wajah memerah.

Tanpa pikir panjang Aban kembali menjawab, "Siapa yang bercanda, Laila Darling, aku serius!"

Desy yang sejak awal sangat serius menghadapi Laila, tersenyum tipis menatap dua insan suami istri yang ternyata jauh dari kata serius. "Maaf Pak Aban, ini tuntutan dari suami Ibu Laila! Apakah Anda sedang mempermainkan hukum di negara kita?" tegasnya sambil menautkan kedua tangannya di atas meja.

Dengan penuh keyakinan Aban menjawab pertanyaan Desy, "Yang menikahi Laila saya! Yang melaporkan itu mantan suami Laila. Di sini, Laila sudah sah secara agama bercerai dari Very dan sah menjadi istri saya secara agama," tuturnya penuh penekanan.

Aban menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, kemudian mengusap lembut punggung Laila yang terasa sangat ramping. "Jadi, karena kami sudah menikah secara agama, tidak ada salahnya kami berdua yang masuk sel tahanan."

Kening Desy mengkerut, wajahnya tampak tidak senang. Ia menyunggingkan senyuman sinis seraya menjawab, "Saya tidak akan memenjarakan orang yang tidak bersalah, Pak!"

"Bukannya Anda tahu kalau suami istri harus saling melindungi, Bu Desy?" tanya Aban dengan wajah serius.

Desy mengangguk membenarkan.

"Baik, Bu Desy. Kalau begitu, silahkan masukkan kami di sel tahanan yang sama!" tegas Aban lagi dengan wajah polos tanpa senyuman.

Mendengar ucapan sang suami yang menganggap bahwa semua lelucon itu sangat tidak lucu, Laila justru mencubit kecil perut rata Aban agar berhenti bercanda. "Please, kita ini lagi di kantor, bukan kedai kopi, Baby!"

Kedua alis Aban yang tebal kembali menaut, kembali ia berkata, "Saya minta Laila untuk menjadi tahanan kota, hingga persidangan. Semua administrasi akan saya selesaikan malam ini!"

Sejujurnya, hanya kalimat itu Desy inginkan. Laporan dari Very yang ia kenali sebagai adik kandung dari Rita membuat otaknya bekerja cukup baik untuk merebut kebahagiaan Laila.

Desy kembali menegaskan, "Baik, kalau begitu saya menunggu kuasa hukum Pak Aban hadir di ruangan ini!"

Aban yang baru beberapa bulan keluar dari penjara karena kasus penggelapan, mengangguk mengerti. "Tidak usah pakai kuasa hukum, Bu! Saya sebagai suami dari Laila, akan bertanggung jawab penuh atas dia!"

Ini kali pertama dalam hidup Laila ada seorang pria yang mau melakukan apa pun untuk melindungi dirinya dari jeratan hukum yang menimpa saat ini.

Bagaikan ombak besar yang siap menggulung Laila hingga terhempas ke dasar lautan, hanya untuk membalas sakit hati dan dendam Very selama ini.

Apa yang dilakukan Very selama pernikahannya dengan Laila sudah lebih dari cukup. Laila selalu berpikir, bahwa dirinya berhak bahagia bersama Aban walau menikah tanpa cinta.

"Kalau boleh tahu, apakah pernikahan kalian ini di ketahui oleh keluarga?" tanya Desy kembali mempersiapkan semua berkas untuk ditanda tangani.

"Ogh, tentu! Laila, saya lamar ke papanya setelah tiga minggu dia berada di rumah. Apa ada masalah?" Aban menaikkan satu alisnya, sambil mengembangkan bibir lebar yang menghitam karena perokok berat.

Tampak senyuman Desy kembali seperti meremehkan siapa Aban. Melihat penampilan pria yang hanya mengenakan celana pendek, dibalut baju kaos tanpa merk terkenal. Membuat ia berpikir bahwa Aban hanyalah pria biasa saja.

"Berarti Anda yang suka deluan dengan Laila, Pak Aban?" Desy mencoba mencari informasi lanjutan tentang pernikahan kilat tersebut.

Dengan penuh percaya diri Aban tertawa kecil, "Ya iya lah," jawabnya terdengar angkuh. "Mana mungkin saya akan melepaskan janda cantik seperti Laila dengan pria lain. Sebelum orang lain maju, saya harus maju lebih dulu!"

Ucapan Aban membuat Laila terdiam seribu bahasa. Ia tidak berkutik sama sekali, karena penjelasan sang suami benar adanya. 'Sial nih anak, pede banget dia bicara!' umpatnya dalam hati.

Sejujurnya, Laila menerima Aban sebagai seorang suami karena mengikuti semua keinginan keluarga agar mendapatkan suami orang kampung halaman sang ibunda yang telah tiada beberapa bulan lalu.

Setelah melakukan beberapa negosiasi dengan pihak kepolisian, Aban berhasil membawa sang istri kembali ke kediaman keluarga Laila yang telah menunggu anak menantu sejak tadi siang dengan wajah penuh kecemasan.

"Datuk Kayo? Datuk Sirajo?" Kedua bola mata Aban membulat besar, ketika melihat kedua orang Niniak mamak yang sudah mendengar pernikahan siri mereka berdua.

Laila yang melihat kedua orang terpandang di tanah kelahiran sang ibunda telah duduk di ruang tamu bersama Nasir--sang papa, hanya menunduk malu.

"Kenapa kalian menikah siri, tanpa memberi tahu kami selaku Niniak mamak?" tanya Kayo menatap Aban penuh amarah.

Mendengar pertanyaan dari sang datuk, Aban menunduk sambil menelan ludahnya. "Bisa tenang dulu, Kayo? Kami baru sampai rumah, karena Laila ..."

"Tidak bisa tenang lagi, Ban! Saat ini, mantan istrimu akan menuntut ke kepolisian, ngerti! Kamu baru keluar dari penjara, apa mungkin harus masuk tahanan lagi?" tegas Kayo memilih berdiri menghampiri pasangan suami istri tersebut.

Bagaikan disambar petir di siang bolong, Laila dan Aban kembali ternganga lebar saling bertatapan.

"Ternyata pasangan kita sama-sama menuntut saat ini! Ogh Tuhan, apa yang harus kita lakukan, Aban?" usap Laila pada wajahnya.

Related chapters

  • Pelarian Nikah Siri    Pembatalan pernikahan

    Mendengar namanya disebut begitu saja oleh Laila, Aban menatap kebingungan. Ia tidak pernah mendengar sang istri menyebut nama walau dalam keadaan kalut sekali pun."Apa maksudmu menyebut nama saja?" tanya Aban dengan rahang menggeram. "Ogh, tidak-tidak! Maaf, aku permisi!" jawab Laila meninggalkan ruang tamu yang masih ada pihak keluarga menantikan pernyataan dari mereka berdua. Akan tetapi, ketika Laila meninggalkan ruang tamu yang masih ada pihak Niniak mamak di sana. Gegas Sirajo menahan langkah kaki Laila agar mengehentikan langkahnya. "Tunggu Laila!" Mendengar suara bariton dari abang sepupunya di hadapan Nasir juga Kayo selaku abang kandung dari Aban, Laila menelan ludahnya. Ada rasa ketakutan yang ia rasakan, ketika menghentikan langkahnya menunju kamar. Laila menoleh ke arah Sirajo, berusaha tersenyum, walau hatinya enggan untuk bersahabat malam itu. "Ya, Bang!" Ia mengedarkan pandangannya ke arah lain, menutupi rasa gugup akan kesalahan fatal yang mereka lakukan berdua.

    Last Updated : 2023-10-08
  • Pelarian Nikah Siri    Didoktrin

    Malam semakin larut, erangan dua insan suami istri itu semakin terdengar mendayu-dayu. Tubuh ramping yang senantiasa menggairahkan itu tak mampu menahan gejolak gairah seorang Aban. "Tubuhmu ramping sekali, dan aku sangat menyukainya," ucap Aban ketika mendekap erat tubuh Laila yang putih bersih. Tak ingin menjawab, Laila justru memejamkan matanya menikmati indahnya pernikahan ketiganya yang jauh dari pesta besar seperti biasa dilakukan keluarga. Laila mendekap erat tubuh Aban, dengan kaki masih melingkar di pinggang sang suami ketika mencapai pelepasan. Nafas keduanya menderu, keringat membasahi tubuh telanjang saling mengusap. "I love you ..." tutur Laila dengan lembut dan wajah merona merah. "Sama, aku juga cinta sama kamu. Jangan pernah tinggalkan aku," jawab Aban melepas penyatuan mereka berdua. Keduanya terlelap saling berpelukan. Tak ingin membahas kejadian siang dan malam itu. Namun, ketika pukul dua dini hari, Laila mendengar suara langkah kaki yang berjalan mengendap

    Last Updated : 2023-10-08
  • Pelarian Nikah Siri    Tawanan di kampung sendiri

    Setelah perdebatan panjangnya dengan Nasir. Laila yang merasa terzolimi dengan keadaan yang semakin memburuk, hanya bisa menahan rasa berkecamuk dalam benaknya. Wajah mulus tanpa make-up seperti biasa itu, mencoba menahan diri agar tidak berkata-kata kasar di depan sang papa yang berharap penuh padanya saat itu. "Laila!" Kembali terdengar suara Nasir memanggil sang putri yang akan masuk ke dalam kamar, mengantarkan sarapan pagi untuk Aban. Mendengar suara Nasir, Laila hanya tersenyum tipis kemudian meninggalkan pria paruh baya itu sarapan seorang diri di ruang makan. Begitu sedihnya perasaan Laila, melihat dari sudut mata, Nasir sarapan seorang diri tanpa ia temani seperti biasa. "Maafkan Laila, Pa. Bukan pernikahan seperti ini yang Laila mau berikan sama Papa ..." ucapnya dalam hati penuh penyesalan.Ingin rasanya Laila mengakhiri pernikahan yang berdampak buruk bagi karir juga kesehatannya. Namun, apalah daya, kini Laila sudah menjadi istri sah dari Aban walau secara agama. Kehi

    Last Updated : 2023-10-08
  • Pelarian Nikah Siri    Judi

    Pertanyaan yang membutuhkan jawaban langsung dari Aban untuk Laila, membuat wanita berambut panjang itu kembali berpikir keras. Ia tidak ingin pernikahan ketiganya gagal seperti pernikahan sebelumnya. Laila yang sudah dua kali gagal mengarungi bahtera rumah tangga selama hidup, hanya bisa pasrah menerima keputusan Aban yang mendadak tanpa berpikir panjang untuk membawanya hidup bersama yang tak tahu arah tujuan.Emang punya uang berapa dia untuk hidup bersama di luar sana! Hanya pertanyaan itu yang ada dalam benak Laila, sehingga membuatnya tidak ada pilihan lain. "Ya, aku ikut sama kamu, karena kamu suamiku!" tutur Laila kembali melunak menjawab pertanyaan Aban. "Bagus! Kemasi semua barang-barang kita, dan kita pergi meninggalkan kampung ini!" tegas Aban mengakhiri panggilan teleponnya. Rambut panjang Laila tampak kusam dan acak-acakan. Keputusan malam itu membuat emosinya menjadi tidak stabil. Ia masih menjadi tahanan kota, tidak bisa meninggalkan kota kecil tersebut, tapi harus

    Last Updated : 2023-12-20
  • Pelarian Nikah Siri    Salah

    Sudah lebih dari satu jam dua insan suami istri itu berada di restoran hotel, dengan menu makan siang satu mangkok sop buntut kesukaan Aban. Tangan pria itu justru sibuk dengan benda pipih milik Laila. Sementara sang istri menatap Aban dengan wajah cemberut penuh kesal. "Baby, please," ucap Laila penuh kelembutan. Aban menatap wajah Laila sesaat kemudian mengalihkan ke layar gawai kembali. "Jangan menggunakan bahasa inggris, Sayang Darling. Kamu mau apa lagi?" Ia masih fokus melihat layar gawai yang terus memutar perjudiannya. Ingin rasanya Laila membenamkan wajah sang suami ke mangkuk sop yang berada di hadapan mereka saat ini. Namun, ia masih memberikan ruang untuk mengenal sang suami lebih dekat. Laila memperbaiki posisi duduknya, kemudian merampas benda pipih itu. "Kamu maunya apa, sih?" Kening Aban mengerenyit, alisnya menaut dan menatap garang pada Laila. "Maksud kamu apa? Aku lagi main Sayang?" Ia berusaha merebut kembali gawai milik Laila dengan wajah memelas. "Kamu men

    Last Updated : 2023-12-24
  • Pelarian Nikah Siri    Mau ke mana

    "Aku tidak akan pernah menceraikan mu, Laila!" Suara Aban terdengar lantang dan tegas. Aban memeluk Laila erat. Ia tidak menyangka bahwa sang istri akan membaca semua chat-nya yang membuat Laila terbakar api cemburu. Bagaimana tidak, Laila yang rela melepaskan karir juga meninggalkan Nasir seorang diri setelah menikah dengan Aban. Namun ia harus menelan pil pahit kekecewaan. Apa salahku? Pertanyaan itu yang menari-nari dalam benak Laila. Kehidupan yang awalnya baik-baik saja, berubah drastis hanya karena pernikahan siri mereka terjadi begitu cepat.Sudah lebih dari tiga minggu kedua insan suami istri itu menghabiskan waktu bersama. Pernikahan siri dalam pelarian, membuat beberapa keluarga Laila ingin tahu keberadaan keduanya. "Kamu dimana, Laila?" tanya seorang wanita gendut di seberang sana. Laila yang tidak ingin keberadaannya diketahui oleh siapa pun, hanya menjawab singkat, "Di sesuatu tempat yang sangat jauh!" jawabnya masih mengusap layar gawai untuk melakukan pembayaran t

    Last Updated : 2024-01-02
  • Pelarian Nikah Siri    Pergi meninggalkan

    "Kamu mau ke mana, Laila?!" tanya Aban ketika melihat sang istri yang akan pergi meninggalkannya. "Bukan urusan mu!" tegas Laila tanpa menoleh ke arah Aban yang termangu menatap punggung ramping sang istri. Entah kenapa, Aban yang merasa bersalah sejak awal, sehingga membuat Laila bersedih hati sejak menikah dengannya hanya bisa terdiam. Perlahan Aban mendekati Laila berusaha meraih tubuh ramping itu dari belakang. Ia berkata pelan, "Apa kamu mau meninggalkan aku?" Laila menghela nafas berat, ia menghembuskan perlahan seraya menjawab, "Aku sudah lelah. Aku tidak ingin menghabiskan waktu seperti pengemis hanya untuk berharap." "Tidak Laila! Kamu tidak boleh pergi meninggalkan aku!" ucap Aban terdengar serak. "Terus?" Laila menaikkan satu alisnya. "Mau sampai kapan aku harus menunggu laki-laki yang masih mengemis pada mantan istri!" Ia berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain, karena tak ingin melihat wajah pria itu hanya untuk mengasihaninya. Mendengar ucapan seperti itu dari

    Last Updated : 2024-01-06
  • Pelarian Nikah Siri    Dua tahun penjara

    Stiletto seorang wanita berseragam coklat muda lengkap, terdengar nyaring di ruangan kantor Badan Narkotika Nasional untuk kesekian kalinya. Terlihat jelas nama dan jabatan di sana. Langkah kaki jenjang wanita berambut pendek itu terhenti di depan meja kerja seorang wanita yang menjabat sebagai sekretaris sang jenderal berbintang dua. "Selamat pagi, Laila!" sapa wanita berseragam coklat tersebut. Jemari yang sejak tadi berada di atas keyboard seketika terhenti. Kemudian mendongakkan kepala sambil tersenyum sumringah karena mengenal sosok wanita yang berdiri di hadapannya. "Pagi, Uni," jawab Laila, sambil berdiri dan memberi hormat dengan nada ramah seperti biasa.Mata Laila seakan liar, ketika melihat satu amplop berwarna putih yang langsung dibuka oleh wanita tersebut. "Bisa jelaskan, apakah kamu sudah menikah lagi?" tanya wanita itu tanpa mau menatap wajah Laila. Kening Laila mengerenyit, alisnya menaut, ia tersenyum tipis seakan tersedak, mengingat kembali pernikahan rahasia

    Last Updated : 2023-10-08

Latest chapter

  • Pelarian Nikah Siri    Pergi meninggalkan

    "Kamu mau ke mana, Laila?!" tanya Aban ketika melihat sang istri yang akan pergi meninggalkannya. "Bukan urusan mu!" tegas Laila tanpa menoleh ke arah Aban yang termangu menatap punggung ramping sang istri. Entah kenapa, Aban yang merasa bersalah sejak awal, sehingga membuat Laila bersedih hati sejak menikah dengannya hanya bisa terdiam. Perlahan Aban mendekati Laila berusaha meraih tubuh ramping itu dari belakang. Ia berkata pelan, "Apa kamu mau meninggalkan aku?" Laila menghela nafas berat, ia menghembuskan perlahan seraya menjawab, "Aku sudah lelah. Aku tidak ingin menghabiskan waktu seperti pengemis hanya untuk berharap." "Tidak Laila! Kamu tidak boleh pergi meninggalkan aku!" ucap Aban terdengar serak. "Terus?" Laila menaikkan satu alisnya. "Mau sampai kapan aku harus menunggu laki-laki yang masih mengemis pada mantan istri!" Ia berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain, karena tak ingin melihat wajah pria itu hanya untuk mengasihaninya. Mendengar ucapan seperti itu dari

  • Pelarian Nikah Siri    Mau ke mana

    "Aku tidak akan pernah menceraikan mu, Laila!" Suara Aban terdengar lantang dan tegas. Aban memeluk Laila erat. Ia tidak menyangka bahwa sang istri akan membaca semua chat-nya yang membuat Laila terbakar api cemburu. Bagaimana tidak, Laila yang rela melepaskan karir juga meninggalkan Nasir seorang diri setelah menikah dengan Aban. Namun ia harus menelan pil pahit kekecewaan. Apa salahku? Pertanyaan itu yang menari-nari dalam benak Laila. Kehidupan yang awalnya baik-baik saja, berubah drastis hanya karena pernikahan siri mereka terjadi begitu cepat.Sudah lebih dari tiga minggu kedua insan suami istri itu menghabiskan waktu bersama. Pernikahan siri dalam pelarian, membuat beberapa keluarga Laila ingin tahu keberadaan keduanya. "Kamu dimana, Laila?" tanya seorang wanita gendut di seberang sana. Laila yang tidak ingin keberadaannya diketahui oleh siapa pun, hanya menjawab singkat, "Di sesuatu tempat yang sangat jauh!" jawabnya masih mengusap layar gawai untuk melakukan pembayaran t

  • Pelarian Nikah Siri    Salah

    Sudah lebih dari satu jam dua insan suami istri itu berada di restoran hotel, dengan menu makan siang satu mangkok sop buntut kesukaan Aban. Tangan pria itu justru sibuk dengan benda pipih milik Laila. Sementara sang istri menatap Aban dengan wajah cemberut penuh kesal. "Baby, please," ucap Laila penuh kelembutan. Aban menatap wajah Laila sesaat kemudian mengalihkan ke layar gawai kembali. "Jangan menggunakan bahasa inggris, Sayang Darling. Kamu mau apa lagi?" Ia masih fokus melihat layar gawai yang terus memutar perjudiannya. Ingin rasanya Laila membenamkan wajah sang suami ke mangkuk sop yang berada di hadapan mereka saat ini. Namun, ia masih memberikan ruang untuk mengenal sang suami lebih dekat. Laila memperbaiki posisi duduknya, kemudian merampas benda pipih itu. "Kamu maunya apa, sih?" Kening Aban mengerenyit, alisnya menaut dan menatap garang pada Laila. "Maksud kamu apa? Aku lagi main Sayang?" Ia berusaha merebut kembali gawai milik Laila dengan wajah memelas. "Kamu men

  • Pelarian Nikah Siri    Judi

    Pertanyaan yang membutuhkan jawaban langsung dari Aban untuk Laila, membuat wanita berambut panjang itu kembali berpikir keras. Ia tidak ingin pernikahan ketiganya gagal seperti pernikahan sebelumnya. Laila yang sudah dua kali gagal mengarungi bahtera rumah tangga selama hidup, hanya bisa pasrah menerima keputusan Aban yang mendadak tanpa berpikir panjang untuk membawanya hidup bersama yang tak tahu arah tujuan.Emang punya uang berapa dia untuk hidup bersama di luar sana! Hanya pertanyaan itu yang ada dalam benak Laila, sehingga membuatnya tidak ada pilihan lain. "Ya, aku ikut sama kamu, karena kamu suamiku!" tutur Laila kembali melunak menjawab pertanyaan Aban. "Bagus! Kemasi semua barang-barang kita, dan kita pergi meninggalkan kampung ini!" tegas Aban mengakhiri panggilan teleponnya. Rambut panjang Laila tampak kusam dan acak-acakan. Keputusan malam itu membuat emosinya menjadi tidak stabil. Ia masih menjadi tahanan kota, tidak bisa meninggalkan kota kecil tersebut, tapi harus

  • Pelarian Nikah Siri    Tawanan di kampung sendiri

    Setelah perdebatan panjangnya dengan Nasir. Laila yang merasa terzolimi dengan keadaan yang semakin memburuk, hanya bisa menahan rasa berkecamuk dalam benaknya. Wajah mulus tanpa make-up seperti biasa itu, mencoba menahan diri agar tidak berkata-kata kasar di depan sang papa yang berharap penuh padanya saat itu. "Laila!" Kembali terdengar suara Nasir memanggil sang putri yang akan masuk ke dalam kamar, mengantarkan sarapan pagi untuk Aban. Mendengar suara Nasir, Laila hanya tersenyum tipis kemudian meninggalkan pria paruh baya itu sarapan seorang diri di ruang makan. Begitu sedihnya perasaan Laila, melihat dari sudut mata, Nasir sarapan seorang diri tanpa ia temani seperti biasa. "Maafkan Laila, Pa. Bukan pernikahan seperti ini yang Laila mau berikan sama Papa ..." ucapnya dalam hati penuh penyesalan.Ingin rasanya Laila mengakhiri pernikahan yang berdampak buruk bagi karir juga kesehatannya. Namun, apalah daya, kini Laila sudah menjadi istri sah dari Aban walau secara agama. Kehi

  • Pelarian Nikah Siri    Didoktrin

    Malam semakin larut, erangan dua insan suami istri itu semakin terdengar mendayu-dayu. Tubuh ramping yang senantiasa menggairahkan itu tak mampu menahan gejolak gairah seorang Aban. "Tubuhmu ramping sekali, dan aku sangat menyukainya," ucap Aban ketika mendekap erat tubuh Laila yang putih bersih. Tak ingin menjawab, Laila justru memejamkan matanya menikmati indahnya pernikahan ketiganya yang jauh dari pesta besar seperti biasa dilakukan keluarga. Laila mendekap erat tubuh Aban, dengan kaki masih melingkar di pinggang sang suami ketika mencapai pelepasan. Nafas keduanya menderu, keringat membasahi tubuh telanjang saling mengusap. "I love you ..." tutur Laila dengan lembut dan wajah merona merah. "Sama, aku juga cinta sama kamu. Jangan pernah tinggalkan aku," jawab Aban melepas penyatuan mereka berdua. Keduanya terlelap saling berpelukan. Tak ingin membahas kejadian siang dan malam itu. Namun, ketika pukul dua dini hari, Laila mendengar suara langkah kaki yang berjalan mengendap

  • Pelarian Nikah Siri    Pembatalan pernikahan

    Mendengar namanya disebut begitu saja oleh Laila, Aban menatap kebingungan. Ia tidak pernah mendengar sang istri menyebut nama walau dalam keadaan kalut sekali pun."Apa maksudmu menyebut nama saja?" tanya Aban dengan rahang menggeram. "Ogh, tidak-tidak! Maaf, aku permisi!" jawab Laila meninggalkan ruang tamu yang masih ada pihak keluarga menantikan pernyataan dari mereka berdua. Akan tetapi, ketika Laila meninggalkan ruang tamu yang masih ada pihak Niniak mamak di sana. Gegas Sirajo menahan langkah kaki Laila agar mengehentikan langkahnya. "Tunggu Laila!" Mendengar suara bariton dari abang sepupunya di hadapan Nasir juga Kayo selaku abang kandung dari Aban, Laila menelan ludahnya. Ada rasa ketakutan yang ia rasakan, ketika menghentikan langkahnya menunju kamar. Laila menoleh ke arah Sirajo, berusaha tersenyum, walau hatinya enggan untuk bersahabat malam itu. "Ya, Bang!" Ia mengedarkan pandangannya ke arah lain, menutupi rasa gugup akan kesalahan fatal yang mereka lakukan berdua.

  • Pelarian Nikah Siri    Sama-sama menuntut

    Suara yang tak asing di telinga Laila, sedikit melegakan hati berkecamuk kala itu. Kedatangan Aban tepat waktu membuat Desy memberi perintah kepada dua petugas kepolisian untuk melepaskan tangan mereka dari tubuh Laila. "Anda siapa?" tanya Desy. Cepat Aban mengulurkan tangannya di hadapan Desy, sambil melirik ke arah Laila yang tampak menangis pilu. "Perkenalkan saya Aban Sartika, suami dari Laila Pratiwi!" Mendengar kalimat tegas seperti itu dari Aban, Desy selaku petugas yang telah diberi mandat untuk menangani kasus Laila hingga selesai mengangguk mengerti. Ia kembali membuka pintu ruangan untuk melaksanakan pemeriksaan lanjutan. "Baik, kita bicara di ruangan saya!" Aban menoleh ke arah Laila yang masih tampak ketakutan akan tuntutan sang mantan suami yang tidak pernah terlintas dalam benaknya. "Kamu bilang sudah selesai dengan mantan suamimu, kenapa dia menuntut?" tanya Aban sedikit berbisik, berjalan beriringan menuju ruangan Desy yang sudah terbuka. Laila menghela nafas be

  • Pelarian Nikah Siri    Dua tahun penjara

    Stiletto seorang wanita berseragam coklat muda lengkap, terdengar nyaring di ruangan kantor Badan Narkotika Nasional untuk kesekian kalinya. Terlihat jelas nama dan jabatan di sana. Langkah kaki jenjang wanita berambut pendek itu terhenti di depan meja kerja seorang wanita yang menjabat sebagai sekretaris sang jenderal berbintang dua. "Selamat pagi, Laila!" sapa wanita berseragam coklat tersebut. Jemari yang sejak tadi berada di atas keyboard seketika terhenti. Kemudian mendongakkan kepala sambil tersenyum sumringah karena mengenal sosok wanita yang berdiri di hadapannya. "Pagi, Uni," jawab Laila, sambil berdiri dan memberi hormat dengan nada ramah seperti biasa.Mata Laila seakan liar, ketika melihat satu amplop berwarna putih yang langsung dibuka oleh wanita tersebut. "Bisa jelaskan, apakah kamu sudah menikah lagi?" tanya wanita itu tanpa mau menatap wajah Laila. Kening Laila mengerenyit, alisnya menaut, ia tersenyum tipis seakan tersedak, mengingat kembali pernikahan rahasia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status