Selamat membaca...
____
Ke esokan harinya Bella datang ke mansion, saat itu Nelvan sedang duduk di sofa ruang baca memegang sebuah buku tebal dengan kaca mata bertengger di hidung mancungnya, bola mata hazel milik Nelvan melirik ke pintu saat Bella datang menghampiri.
“Nelvan, kau-“ tangan Bella di tahan oleh Nelvan dengan sebelah tangan sebelum perempuan itu berhasil memukul wajahnya, perlahan kepala Nelvan menoleh sedikit mendongak menatap Bella.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” ucap Nelvan dengan tenang, Bella menarik tangannya dari Nelvan.
“Kenapa kamu membatalkan acara pernikahan kita, kau tau betapa malunya aku di depan semua para tamu undangan yang hadir? Kenapa tidak kamu katakan sejak awal jika kamu tidak ingin menikahiku, apa kau sudah tidak lagi mencintaiku seperti dulu?”
Nelvan berdecih pelan dia sama sekali tidak peduli seberapa besar rasa malu yang Bella rasakan karena yang memulai masalah ini terjadi adalah Bella sendiri. Buku yang ia pegang oleh Nelvan di tutup kemudian di letakkan di meja sebelum kaca mata yang ia pakai juga di letakkan di meja.
“Cinta? Sejak kapan aku mengatakan cinta di depanmu? Bukankah yang ingin menikah denganku adalah dirimu?” Nelvan tersenyum miring, “aku sudah mengabulkan permintaanmu, tapi untuk melakukan sumpah pernikahan di hadapan Tuhan?, sayang sekali aku tidak akan melakukannya” imbuh Nelvan.
Bella bersimpuh di depan Nelvan memegang tangan pria yang nyaris menjadi suaminya ini, Nelvan menarik tangannya dari Bella.
“Keluarlah, kehadiranmu di sini sudah tidak aku butuhkan” katanya.
“Nelvan, No. Aku masih mencintamu jadi ayo kita menikah dan hidup bahagia, aku tidak masalah jika kamu membatalakn acara pernikahan kita kemarin asalkan kita bisa melakukan acara kedua untuk menikah” ucap Bella.
Nevan tersenyum geli dengan apa yang di ucapkan Bella, “Tidak akan ada pernikahan, jadi keluarlah” sahut Nelvan, lagi pula siapa yang akan menikah dengan orang yang sudah ketangkap basah telah melakukan tindakan penghianatan.
Semua orang pasti membenci tindakan penghianatan termasuk dirinya, di hianati oleh calon istrinya sendiri beberapa jam sebelum pernikahan tentu saja membuat Nelvan tidak akan pernah melupakan kesalahan sebesar itu sampai kapanpun.
Terlebih orang yang bekerja sama dengan Bella dalah Romy, orang yang selama ini Nelvan anggap sebagai teman. Mereka semua penghianat dan penghianat harus di singkirkan dari kehidupannya.
Nelvan menjentikkan jari lalu tak lama kemudian penjaga datang menggeret Bella keluar dari ruang baca.
“Nelvan! Aku belum selesai denganmu! Lepas, biarkan aku berbicara pada Nelvan” seru Bella sambil memberontak dari pengusiran para penjaga sedangkan Nelvan dengan santai memakai kembali kaca mata baca sebelum melanjutkan membaca buku yang sempat tertunda.
Untuk beberapa saat Nelvan sibuk membaca sampai seseorang datang menghampiri, “Tuan, maid yang Anda butuhkan sudah tiba” ucap Hans - asisten Nelvan.
“Kemarikan kursi rodaku, mereka tidak ada yang boleh tau jika ternyata aku bisa berjalan dengan normal” jawab Nelvan, Hans mengangguk lalu pergi dan datang kembali dengan membawakan kursi roda yang di minta oleh Nelvan, lantas kemudian Hans mendorong kursi roda itu untuk menghamipiri para calon maid yang akan di pilih oleh Nelvan secara langsung.
____
“Linda!” panggil seseorang, merasa namanya di panggil Linda pun menoleh melihat sahabatnya datang berlari sambil memberikan selembar kertas untuknya, Linda menerima kertas itu tapi sebelum sebelum ia baca, Linda berkata.
“Kenapa kamu berlari seperti ini, apa ada yang mengejarmu?” Linda melihat ke belakang Mia tapi gadis yang sedang mengatur pernafasannya itu segera menggeleng.
“Aku mendapat pekerjaan dan kita bisa mendaftar bersama, untuk kita yang hanya lulusan senior high school mendapat pekerjaan dengan bayaran mahal seperti ini cukup sulit” ucap Mia.
Linda melihat kertas yang di bawa oleh Mia sembari membaca dengan teliti pekerjaan seperti apa yang di tawarkan.
“Kenapa mencari yang belum berpengalaman jika ada yang sudah ahli?” Linda mengernyitkan keningnya tidak paham, Mia menjawab dengan kedikan bahu tidak tau.
“Untuk kita yang pemula ini, dua ribu dolar cukup banyak dan kita bisa mencoba untuk bekerja di sana lebih dulu, lalu jika tidak suka dengan cara mereka memperkerjakan kita lebih baik kita mundur saja dari pekerjaan ini, tapi aku dengar jika beruntung maka kita bisa melayani tuan muda. Aah..., aku sekarang sedang berpikir betapa tampannya tuan muda itu” Mia berkedip-kedip sembari membayangkan.Linda memastikan sekali lagi selembar kertas dengan informasi pengumuman yang membutuhkan seorang maid yang belum berpengalaman, bayaran dua ribu dolar yang di tawarkan memang bukan jumlah yang begitu besar di jaman sekarang tapi di dalam lembaran tersebut tertulis bahwa bayaran akan di naikkan berkali-kali lipat asalkan bisa bertahan bekerja di sana minimal selama satu bulan.
“Jadi bagaimana? Kau ingin pergi denganku besok untuk mencoba pekerjaan ini ‘kan?” tanya Mia tidak sabaran.
Linda berpikir untuk beberapa saat.
“Linda, C’mon! Jangan terlalu lama berpikir atau nanti tidak ada lowongan pekerjaan lagi untuk kita yang baru berusia sembilan belas tahun ini” mohon Mia.
Linda menghela nafas, “Baiklah kita akan coba pekerjaan ini, tapi apa tidak apa-apa menjadi seorang maid? Bukankah itu pekerjaan untuk melayani seseorang?” tanya Linda masih merasa ragu.
“Apa salahnya di coba, aku penasaran seperti apa tuan muda di rumah itu, dia pasti sangat tampan seperti komik dan film yang aku lihat, sekarang ayo kita siapkan diri untuk pergi besok” Mia menggandeng lengan Linda dengan semangat.
Ke esokan hari pun tiba, semua orang yang ingin mendaftar berkumpul di sebuah tempat. Mia dan Linda sudah berpakaian rapih dan siap untuk di wawancara jika memang itu di perlukan, tapi ternyata yang ingin mendaftar menjadi maid tidak sedikit.
Mia menghela nafas rendah kemudian menoleh ke arah Linda yang sedang mengikat tali rambutnya yang lepas.
“Apa kita sebaiknya pulang saja?” ucap Mia.
Linda menoleh lalu melihat deretan memanjang para orang yang ingin mendaftar, ada seseorang di depan sana yang bertanya sesuatu, apakah calon maid pantas untuk di bawa ke mansion atau tidak.
“Kemarin kamu yang begitu bersemangat untuk pergi tapi kenapa sekarang ingin kembali?” tanya Linda.
“Mereka semua sepertinya jauh lebih baik dari kita jadi aku merasa tidak akan lolos dalam seleksi awal ini, lebih baik kita kembali dan cari pekerjaan yang lain” Mia berbalik tapi Linda menahan bahu Mia.
“Kita sudah jauh-jauh pergi ke sini jadi aku tidak mau menyianyiakan uang yang aku keluarkan untuk membayar bus hilang percuma” katanya menolak, Mia merendahkan bahu dan akhirnya ia menerima yang di katakan oleh Linda.
Cukup lama mereka menunggu giliran sampai akhirnya tiba waktunya untuk mereka di tanya mengenai beberapa hal. Untuk seleksi awal ini ternyata Mia dan Linda berhak untuk ikut ke mansion.
Namun, masih ada satu seleksi terakhir yang harus mereka lewati di mana yang di butuhkan hanya satu orang maid di mansion tersebut untuk melayani tuan muda mereka. Tapi, masih ada hal yang membuat Linda kepikiran, kenapa harus menunggu satu bulan untuk mendapatkan gaji yang berlipat, apakah sebelumnya sudah ada orang yang mendaftar menjadi maid tapi tidak pernah ada yang bertahan selama satu bulan?
Lalu apakah tuan muda yang di maksud adalah sosok yang kejam dan tidak berperasaan? Entah kenapa tiba-tiba bulu kuduk Linda berdiri membayangkan ia akan di hadapkan dengan tuan muda yang seperti itu.
“Mia, bagaimana kalau kita akhiri sampai di sini” ucap Linda dan Mia pun langsung membulatkan matanya tidak setuju.
___
Bersambung...
Selamat membaca.. ____ Sebuah rumah yang begitu besar, pekarangan yang sangat luas bagaikan taman istana yang sering muncul di serial disney, bibir Linda terbuka takjub melihat pemandangan dari rumah besar itu. “Mereka kaya sekali tapi kenapa gajinya cuman dua ribu dolar ya?” gumam Mia, Linda menoleh melihat sahabatnya setelah melihat luas rumah dari orang yang di panggil Tuan Muda, tapi Linda tidak mengatakan apapun karena dia juga tidak tau. Ada sekitar delapan orang yang lolos seleksi tahap awal dan sekarang adalah waktunya untuk berhadapan langsung dengan si pemilik rumah yang akan memilih satu dari delapan orang calon maid. “Apa menurutmu wajah tuan muda itu seperti pangeran disney yang tampan? Dia sangat kaya tapi aku penasaran apakah wajahnya juga setampan pangeran?” Mia bergumam lagi di samping Linda. “Kita akan melihat tuan muda itu nanti jadi bersabarlah, kita hanya perlu menunggu beberapa menit lagi,” bisi
“Kamu mau kemana pagi-pagi begini?” tanya Allexin, adik dari Linda yang baru berusia lima belas tahun. Linda menoleh ketika selesai memakai sepatu, “Aku akan bekerja untuk biaya sekolahmu jadi belajarlah dengan baik agar suatu hari nanti kamu harus membayarku atas apa yang sudah aku lakukan hari ini.” jawabnya. “Kamu tidak perlu bekerja keras untukku, aku akan berusaha mencari kerja sendiri” Allexin menahan tangan Linda, “pekerjaan untuk perempuan sepertimu di luar sana sangat berbahaya, aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu,” lanjut Allexin khawatir. Linda melepaskan tangan remaja itu dari lengannya sembari tersenyum kemudian Linda menatap Allexin, “Kamu tidak perlu khawatir, saat ini aku akan membayar sekolahmu dan hal yang perlu kamu lakukan adalah fokuslah dalam belajar, kau harus lebih sukses dari kakakmu ini, kau paham? Kalau begitu aku akan berangkat bekerja,” Linda menepuk wajah Allexin lalu keluar dari rumah mereka yang tidak begitu luas. “B
Waktu telah menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit, sedangkan Linda bahkan belum bisa menyelesaikan seper enam rumah besar itu seorang diri, ia sudah merasa cukup lelah hanya merampungkan beberapa bagian di rumah tersebut dan masih banyak lagi yang belum ia bersihkan. Linda baru saja ingin duduk karena lelah bekerja tapi seruan nelvan membuat Linda langsung terlonjak kaget. “LINDA!” “Iya Tuan Xander, tunggu sebentar!” Linda meletakkan kain yang pakai untuk bersih-bersih ke atas meja lalu berlari menghampiri suara yang memanggilnya berada. Setelah tiba di hadapan Nelvan, Linda mengatur nafasnya beberapa detik, “Anda membutuhkan sesuatu?” tanya nya. “Siapkan makan siang.”perintah Nelvan. “Anda ingin saya memasak apa hari ini?” Linda melihat Nelvan menoleh ke arahnya, “Apapun asal tidak membuatku mati kelaparan.” jawab Nelvan bernada dingin. Linda mengangguk dengan cepat lalu kembali ke dapur menyiapkan masakan, untungnya ia tela
Linda mendorong kursi roda Nelvan menuju parkiran rumah sakit, saat ini Linda merasa sangat lapar karena belum sempat makan siang, terlebih sejak tadi pagi ia membersihkan rumah besar Nelvan sehingga energinya banyak terkuras. Hans membukakan pintu membantu Nelvan masuk lalu Linda mengambil kursi roda dan meletakan di bagasi sebelum ia ikut masuk ke dalam mobil tepat di samping Hans. Sesekali Hans melihat Linda memelintir jari-jari tangannya sendiri, wajah Linda menatap lurus ke jalanan di depan tanpa menoleh ataupun berbalik melihat Nelvan yang duduk di belakang, Hans yakin pasti Linda habis di marahi oleh Nelvan. Tidak tau apakah Linda akan bertahan atau tidak untuk menghadapi Nelvan, ini baru hari pertama dan kondisi Linda seolah ingin menceburkan diri ke dalam sungai yang dalam. Hans melihat spion depan, pantulan Nelvan terlihat juga sedang melihatnya, kepala Hans menggeleng pelan, helaan nafas rendah keluar dari bibirnya sebelum mobil yang di kemudikan H
Pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, Allexin mengantarkan Linda untuk pergi kerumah boss baru Linda. Namun, di perjalanan sebuah mobil hitam berhenti di depan Linda dan Allexin, Hans kembali menjemput Linda. “Apa dia boss mu?” tanya Allexin ketika Hans keluar dari mobil untuk menghampiri dua orang yang berdiri di tepi jalan. Linda menggeleng, “Bukan, dia sisten nya.” jawab Linda. “Nona Linda, silahkan masuk.” ucap Hans yang sudah membantu Linda memasukkan koper Linda yang tidak terlalu besar ke dalam bagasi. “Aku akan baik-baik saja, jangan cemaskan aku dan fokuslah pada pelajaran sekolahmu.” Linda menepuk bahu Allexin kemudian masuk ke dalam mobil bersama Hans, Allexin berdiri melihat mobil hitam melaju dari hadapannya. Hembusan nafas keluar dari bibir remaja itu, “Syukurlah kalau boss mu kali ini adalah orang baik, jadi aku tidak begitu mencemaskanmu saat jauh dari rumah.” gumam Allexin lalu ia pergi ke sekolah walaupun
Waktu sudah malam, Linda menyiapkan makan malam untuk Nelvan setelah itu memberi tahu jika makanan sudah siap agar Nelvan datang untuk menyantap makan malam yang sudah Linda siapkan. Linda merasa sangat lelah, sepertinya jika ia berbaring akan langsung menuju ke alam mimpi. Linda melihat Nelvan menyantap makan malam setelah itu tanpa mengucapkan kata terima kasih, lelaki itu pergi. Hembusan nafas di hela oleh Linda, ia membereskan kembali sisa makanan yang ada, hari ini terasa sangat panjang sekali, tidak ada waktu istirahat selain waktu makan, dan sekarang sudah malam tapi ia masih juga belum selesai membereskan rumah Nelvan agar lebiih bersih. Tiba waktu sepuluh malam, Linda tidak bisa lagi menahan rasa lelah yang ia rasakan, pintu kamar di tutup dan Linda langsung menjatuhkan diri di atas tempat tidur. “Nyaman sekali.” ucapnya sambil mengusap seprai lembut dan kasur yang empuk untuk menikmati menuju alam mimpi sebentar lagi, mata
Tak berhenti Linda menghembuskan nafas karena pekerjaan yang di berikan oleh Nelvan, pekerjaan yang bisa di lakukan dengan mudah justru di persulit oleh lelaki itu. Menguras kolam? Yang benar saja, jika itu kolam akuarium dengan dia meter setengah meter mungkin Linda masih bisa melakukannya, tapi yang di suruh Nelvan adalah kolam renang dengan dia meter sembilan dan lebar nyaris empat meter. “Apa dia masih waras? Sepertinya setelah aku berhasil menguras kolam ini aku akan memiliki bisep kekar seperti laki-laki.” Linda menatap lengan ototnya sambil merendahkan bahu, “kau akan menerima pekerjaan kuat jadi kau harus bersiap menerima otot kuat juga.” kata Linda pada lengannya sendiri. Linda tidak tau berapa dalam kolam itu, semoga saja hanya sebatas lutut, ia tidak akan bisa menguras air sebanyak ini dengan kekuatan tangan. “Kau tidak boleh menyerah, lakukan yang terbaik dan buat pria itu puas.” ucap Linda menyemangati dirinya sendiri. Satu persat
Linda menyentuh bibirnya, pintu di tutup dari dalam tanpa membiarkan ada orang masuk bahkan pemilih rumah itu sekalipun. Jika tidak salah tadi Linda merasakan sesuatu di permukaan bibirnya, apa itu nafas buatan yang Nelvan berikan? Kedua bola mata Linda membola, mau nafas buatan atau apapun itu yang jelas lelaki tadi telah mengambil first kissnya. Dan Linda juga tidak mengira Nelvan akan memberikan perintah untuk membuka baju, meskipun Nelvan yang meminta dengan sendirinya tapi Linda masih waras untuk tidak melakukan tindakan seperti itu. Selain tidak sopan membuka baju orang lain, ia juga tau Nelvan adalah pria normal, jangan sampai sentuhan yang tanpa sengaja Linda lakukan berhasil membuat lelaki itu bangun dan bersikap agresif. Linda segera menggeleng dan segera membersihkan tubuhnya sebelum berganti pakaian kering, jangan sampai ia sakit atau Nelvan akan memakinya semakin banyak lagi. Menatap pantulan diri di cermin. Ada sedikit lebam di lengan at
Beberapa bulan kemudian. Musim telah berganti, gaun putih yang memiliki kain panjang ke belakang menarik perhatian para tamu undangan, veil di kepala Linda juga melengkapi kecantikan dan keistimewaan hari pernikahan yang akan Linda lakukan bersama Nelvan hari ini. Senyum tak pudar dari bibir Linda, satu tangan Linda memegang rangkaian bunga pernikahan dan satu tangan menggandeng tangan Allexin melewati karpet menuju sebuah altar di mana Nelvan telah berdiri di sana dengan seorang pastor. Nelvan memakai tuksedo berwarna hitam, kemeja putih dan juga dasi kupu-kupu berwarna senada dengan tuksedo, Nelvan pun terlihat tersenyum seolah tak sabar untuk segera menggapai Linda. Bagi Nelvan, saat ini Linda terlihat sangat cantik, tak ada wanita secantik Linda di matanya sekarang ini. Dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih dan tambahan taburan berlian sungguh memperindah penampilan Linda, Nelvan sampai terharu jika yang berjalan ke arahnya saat ini adalah wanita yang sebentar lagi
Hari sudah cukup pagi, Linda membangunkan Allexin untuk sarapan tapi remaja itu sudah tidak ada. Jika bukan musim dingin Linda tau kemana Allexin pergi, tapi sekarang ia benar-benar tidak tau kemana Allexin pergi di pagi hari begini?Ponsel Linda raih untuk menghubungi Allexin, tapi ponsel Allexin justru berbunyi di kamar yang ternyata sedang di isi daya. Linda duduk dan menunggu sampai Allexin pulang baru mereka menikmati makanan bersama.Pintu terbuka, Linda langsung berdiri mengira jika itu adalah Allexin, tapi ketika yang mucul adalah Mia, Linda langsung berlari cepat berhambur ke pelukan sahabatnya itu.“Mia! Aku sangat merindukanmu!” ujar Linda.Mia tertawa membalas pelukan Linda, “Aku juga sangat merindukanmu.” Jawab Mia.Linda tersenyum lebar, tadinya Linda pikir Mia datang sendirian tapi melihat ada sosok lain di belakang Mia membuat Linda penasaran, pasalnya orang tersebut membawa banyak barang sampai
Allexin menepuk bahu Linda berusaha untuk menenangkan, tapi bukannya berhasil membuat Linda tenang, kakaknya itu justru tambah menangis, tak peduli jika saat ini Linda terlihat sangat memalukan menangis seperti anak kecil yang ingin permen di depan adiknya.Hembusan nafas berkali-kali di hela oleh remaja itu, “Apa benturan di kepalanya sangat keras sehingga dia tidak mengenalmu?” ucap Allexin.Linda menoleh tapi kemudian menangis lagi, Allexin memijit keningnya. “Sudah jangan menangis lagi, aku tau luka di kepalanya waktu itu memang cukup parah tapi tidak menyangka sampai membuatnya tidak mengingatmu. Mungkin saja itu hanya lupa ingatan sementara, kamu tenang saja, dia pasti akan mengingatmu kembali.” Allexin mengusap lengan Linda.Perasaan Linda masih sangat sakit, ia menjaga Nelvan siang dan malam untuk memastikan lelaki itu sadar kembali, namun begitu Nelvan membuka mata dan berbicara, dia justru tidak mengenal Linda. Hal apa lagi yang
Tak terasa sudah berlalu tujuh hari, dan selama itu Nelvan masih belum mau membuka matanya. Memar di tubuh Nelvan juga sudah berkurang sangat banyak, kemungkinan besar kondisi Nelvan akan segera membaik.Saat Linda membersihkan tubuh Nelvan dengan handuk basah, Allexin datang dengan senyum lebarnya.“Linda.”panggil remaja itu, Linda menoleh dan Allexin memamerkan sertifikat kemenangannya, “aku memang kejuaraan turnamen beladiri kemarin. Kau tenang saja, ini legal dan buktinya aku mendapatkan sertifikat penghargaan.” Lanjut Allxin sebelum Linda marah.“Benarkah?” Linda meletakkan handuk basah ke dalam baskomnya, sertifikat yang di pegang oleh Allexin di ambil oleh Linda, terlihat raut wajah Linda saat membaca nama Allexin tertulis sebagai pemenang di dalamnya.“Maaf, aku tidak bisa menyemangatimu saat kamu bertanding kemarin.” Ucap Linda merasa bersalah.Allexin menggeleng, “Bukan m
Seorang laki-laki yang di kenal Linda sebagai sepupu Nelvan datang, kejadian kecelakaan kemarin masih membuat Nelvan belum sadarkan diri, beberapa bagian di tubuh Nelvan mulai membiru akibat luka.Bagian bahu dan kepala pun sama, melihat kondisi Nelvan yang seperti itu tentu saja membuat siapapun yang melihatnya merasa kasihan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Julius.“Masih belum ada tanda jika Nelvan akan segera bangun.” Jawab Linda, kemudian Linda balik bertanya, “apa ibu dan ayah Nelvan sudah di beritahu mengenai hal ini?”Julius menggeleng.“Entahlah, tapi Nelvan sudah biasa seperti ini. Maksudku, jika dia sakit kedua orang tuanya memang jarang ada yang peduli.” Julius meletakkan bunga sekaligus vasnya di meja.Linda menatap Nelvan, Nelvan punya keluarga yang lengkap tapi tak satupun dari mereka datang menjenguk saat Nelvan sakit, sekalinya yang datang menjenguk dia adalah Julius.Tak be
Kedua tangan Nelvan mengepal kuat seolah bisa mengancurkan apapun dari genggamannya, wajahnya terlihat jelas menahan diri agar tidak memukul siapapun yang ada di sana.Lewat kedua matanya, Nelvan melihat posisi Linda yang berada dalam posisi paling berbahaya, Nelvan merasa sangat bersalah karena dirinyalah Linda berada di posisi seperti ini.“Apa yang kalian inginkan?” ucap Nelvan dengan suara tertahan, ia tidak ingin basa-basi jika hal itu menyangkut keselamatan Linda.Gilbert mengambil dokumen yang di pegang oleh lelaki yang dari tadi ikut dengannya.“Tandatangi ini, kau akan mendapatkan wanitamu dengan selamat setelah menandatangani surat peralihan ini.”Nelvan mengambil dokumen tersebut.“Jangan coretkan tinta di atasnya!” seru Linda, Nelvan menoleh, sejujurnya Nelvan ingin berlari dan menggantikan posisi Linda, tapi ia tidak bisa langsung bertindak seperti itu.Nelvan balik menatap Gilbert
Nelvan menuju lokasi Allexin, tapi tentunya tidak untuk menjemput remaja itu melainkan berencana untuk menghadang mobil yang membawa Linda.Gerakan Nelvan ternyata tidak tepat, orang-orang suruhan Nelvan pun ikut terjun untuk mencari Linda sampai ketemu tapi sudah sekitar tiga puluh menit Nelvan mencari, ia masih juga belum mendapatkan tanda-tanda keberadaan Linda di mana.Kecemasan Nelvan tidak bisa membuat lelaki itu berpikir jernih, yang ia inginkan hanya segera bisa menemukan Linda dengan keadaan selamat.Pangilan dari Allexin kembali masuk dan Nelvan segera menerima panggilan tersebut.“Kamu menemukan Linda?” tanya Nelvan.“Belum, aku dan anak-anak lainnya juga sedang mencari Linda tapi belum ketemu.” Jawab Allexin.Nelvan mematikan ponsel dan menfokuskan diri mencari Linda, Nelvan juga menunggu salah satu dari anggotanya menelfon dengan tujuan mengatakan bahwa Linda baik-baik saja. Namun, sudah lebih dari satu j
Musim dingin tak terasa akan tiba, Nelvan duduk di ruang baca dengan memegang sebuah buku, tapi bukan tulisan di buku tersebut yang ia lihat melainkan sebuah foto gadis cantik yang sedang tersenyum manis.Satu hal yang di rasakan oleh Nelvan saat ini, yaitu bersalah. Bersalah karena dulu ia membiarkan Julia mengantikannya dalam kecelakaan, dan karena kecerobohan yang Nelvan lakukan akhirnya Julia telah tenang di tempat istirahat terakhir.Tak disangka, setelah bertahun-tahun lamanya ada orang yang meniru wajah Julia untuk penipu Nelvan, pantas saja sejak kejadian di rumah sakit waktu itu keberadaan Bella sangat sulit di temukan dan ternyata wanita licik itu merubah wajahnya dengan sosok wanita yang sempat Nelvan lindungi.Rasa bersalah Nelvan bukan hanya untuk Julia, tapi juga untuk Linda. Saat sibuk melamun, tiba-tiba saja Bella yang berwajah Julia datang, sejujurnya Nelvan ingin langsung melemparkan wanita itu ke penjara atau ke dasar laut jika per
Wanita cantik turun dari mobil berwarna biru yang di kemudikan sendiri, wajah yang memiliki sedikit kemiripan dengan Nelvan itu pun memasuki rumah besar di depannya, pintu ruang kerja di buka tanpa perlu di ketuka lebih dulu, hal itu tentu saja membuat terkejut orang di dalamnya.“Kau harus menjelaskan mengenai kenapa ada Julia di rumahmu?” pertanyaan Vania langsung terlontar begitu saja.Nelvan melihat ke arah di mana alat yang di sembunyikan Julia ada di sana, Nelvan berdiri dari kursi lalu mengajak Vania ikut dengannya ke ruang baca, sesampainya di sana tak lupa menutup pintu dan mempersilahkan Vania duduk.“Aku tidak ingin mendangar kata yang terlalu panjang, katakan dengan singkat yang bisa dengan mudah aku mengerti.” Ujar Vania sebelum Nelvan mulai berbicara.Nelvan duduk di sofa lain di ruangan tersebut, “Apa kamu penasaran dengan siapa Julia yang ada di rumah ini?” bukan jawaban melainkan pertanyaan balik.