Home / Romansa / Pelampiasan / Chapter 6. Membayar kompensasi

Share

Chapter 6. Membayar kompensasi

Author: SILAN
last update Last Updated: 2021-07-07 10:00:00

Linda mendorong kursi roda Nelvan menuju parkiran rumah sakit, saat ini Linda merasa sangat lapar karena belum sempat makan siang, terlebih sejak tadi pagi ia membersihkan rumah besar Nelvan sehingga energinya banyak terkuras.

Hans membukakan pintu membantu Nelvan masuk lalu Linda mengambil kursi roda dan meletakan di bagasi sebelum ia ikut masuk ke dalam mobil tepat di samping Hans.

Sesekali Hans melihat Linda memelintir jari-jari tangannya sendiri, wajah Linda menatap lurus ke jalanan di depan tanpa menoleh ataupun berbalik melihat Nelvan yang duduk di belakang, Hans yakin pasti Linda habis di marahi oleh Nelvan.

Tidak tau apakah Linda akan bertahan atau tidak untuk menghadapi Nelvan, ini baru hari pertama dan kondisi Linda seolah ingin menceburkan diri ke dalam sungai yang dalam. Hans melihat spion depan, pantulan Nelvan terlihat juga sedang melihatnya, kepala Hans menggeleng pelan, helaan nafas rendah keluar dari bibirnya sebelum mobil yang di kemudikan Hans memasuki daerah rumah Nelvan yang sangat luas.

Linda segera turun menyiapkan kursi roda di saat Hans membantu Nelvan turun dari mobil, kemudian Linda mendorong Nelvan masuk ke dalam rumah.

Kruuukkk...

“Sebentar.” ucap Nelvan, keningnya mengernyit, “Apa itu suara perutku?” tanya nya.

Linda memejamkan matanya, barusan yang berbunyi adalah perutnya karena ia sedang kelaparan, pasti cacing perutnya juga sedang berdemo ingin segera di isi.

“Maaf Tuan Xander, itu saya.” jawab Linda malu.

Nelvan menoleh tanpa ekspresi, Linda dengan polosnya nyengir tanpa dosa.

“Hans!” panggil Nelvan, Hans datang dengan berlari, “suruh anak ini makan, aku tidak ingin melihat ada orang mati kelaparan di rumahku.” ucapnya.

Hans menatap Linda, “Kenapa kamu tidak bilang kalau lapar.” ucap Hans, “kamu tunggu di sini saya antar Tuan muda ke kamarnya dulu.” lanjut Hans yang di angguki oleh Linda. 

Saat tiba di kamar, Nelvan turun dari kursi rodanya dan berdiri sendiri tanpa bantuan, “Karena dia aku hampir saja mati tapi tentu saja aku tidak akan membiarkan dia mati kelaparan, dia harus membayar perbuatannya.” Nelvan pindah ke atas tempat tidur.

“Setelah dia selesai makan suruh Linda kemari.” ucapnya ke arah Hans.

“Apa Anda yakin mengijinkan gadis itu memasuki kamar Anda Tuan muda?” tanya Hans.

“Jangan banyak tanya dan segera urus apa yang aku suruh!” ujarnya.

Hans segera melenggang keluar dari kamar Nelvan tak lupa menutup kembali pintunya. Hans menghampiri Linda yang tidak pindah dari tempat terakhir Hans melihat gadis itu.

“Baru hari ini kamu kerja di sini jadi jangan terlalu menganggapnya sebagai beban, sekarang ayo, kamu harus makan, di sini kamu tidak boleh kelaparan dan jika kamu lapar kamu harus makan, Tuan muda memang emosian tapi dia tidak suka melihat orang kelaparan berada di rumahnya,” Hans mengarahkan Linda agar gadis itu bisa menikmati makanan.

“Setelah makan, kamu di perintah untuk masuk ke kamar Tuan muda,” lanjut Hans.

Linda mendelik, “Aku kesana? Bagaimana kalau hanya aku dan dia di dalam ruangan yang sama lalu Tuan Xander memarahiku habis-habisan?” ucap Linda.

Hans tersenyum, “Kamu harus menerimanya, apa kamu lupa jika beberapa saat lalu kamu nyaris membuat Tuan muda kehilangan nyawa?” jawab Hans sembari menahan senyum geli, Linda berkedip-kedip, yang di katakan Hans benar jika Linda harus bertanggung jawab atas perbuatannya tadi.

“Aku tidak tau akan jadi seperti ini.” batin Linda mendesah pasrah.

Begitu selesai makan tanpa semangat, Linda berdiri di depan pintu kamar Nelvan, pintu hitam yang sangat kokoh itu seolah mengatakan jika pemilik dari kamar tersebut sangat kejam. Helaan nafas berat di hela oleh Linda lalu mengetuk pintu beberapa kali.

Sampai terdengar suara Nelvan mempersilahkan masuk, dengan hati-hati pintu di buka oleh Linda, itu adalah pertama kali ini masuk ke kamar tersebut saat tadi pagi Hans mengatakan tidak ada yang boleh masuk ke sana kecuali di perbolehkan sang pemilik.

“Tuan Xander, apa Anda membutuhkan sesuatu?” tanya nya.

“Untuk menebus kesalahanmu kau harus merawatku jadi mulai sekarang kau tinggal di rumah ini agar ketika aku membutuhkanmu kau bisa datang tepat waktu.”

“Hah? Tapi tuan Xander ak—“

“Tidak ada penolakan, lakukan tugasmu sebagai maid di rumah ini, kau adalah satu-satunya orang yang akan melayaniku, gara-gara kau juga alergi kembali kambuh.” sahut Nelvan menyela kalimat Linda.

Bibir Linda mengatup, bagaimana cara Linda mengatakan ia memiliki adik bernama Allexin yang masih berusia lima belas tahun dan masih sekolah, jika ia menginap di rumah besar ini lalu bagaimana dengan Allexin?.

“Apa kamu keberatan? Kalau begitu kau bisa angkat kaki dari rumah ini tapi seperti yang aku katakan di rumah sakit tadi, kau hanya boleh keluar setelah selesai membayar kompensasi atas perbuatanmu hingga membuatku masuk rumah sakit.” lanjut Nelvan.

Linda memainkan jari-jari tangannya, “Tuan Xander, aku akan melakukan yang Anda minta tapi bisakah aku pulang nanti untuk mempersiapkan barang-barangku?” tanya Linda.

“Semua yang kamu butuhkan ada di rumah ini jadi kau tidak perlu susah payah membawa barangmu dari sana.” jawab Nelvan.

“Tuan Xander, hari ini saja, aku janji tidak akan melarikan diri dan besok pagi akan kembali ke sini.” ucap Linda.

Nelvan menatap Linda, beberapa saat hening yang terasa dan suasan beku yang tidak menyenangkan, “Hanya malam ini, kau boleh pulang, tapi jika besok aku tidak melihatmu datang tepat pukul tujuh pagi maka jangan salahkan aku jika masalah besar siap menantimu.” ancam Nelvan, Linda mengangguk mengerti.

“Kalau kau mengerti silahkan keluar dan lanjutkan pekerjaanmu,” lanjut Nelvan.

Linda mengangguk lagi kemudian keluar, di luar pintu kamar Nelvan, Linda menghela nafas.

“Bagaimana caraku mengatakan pada Allexin nanti?” batin nya.

Sore hari yang nyaris gelap, Linda pulang melihat Allexin sedang duduk membelakanginya sambil belajar, “Kau baru pulang? Ini sudah hampir gelap.” ucap Allexin sembari berbalik dalam kondisi duduk.

Linda meletakkan tas di gantungan kemudian memeluk adiknya yang sedang duduk itu, “Hei kau kenapa? Apa pekerjaanmu kali ini sangat sulit?” tanya remaja lima belas tahun itu.

“Kamu lapar? Apa ingin aku memasak mi instan untukmu?” kata adik Linda menawarkan.

Linda melepaskan pelukan dari Allexin kemudian mengangguk, “Buatkan aku yang pedas, aku ingin makan yang pedas hari ini.” jawabnya, Allexin tersenyum.

“Tunggu sebentar aku akan membuatkan untukmu,” Allexin berdiri berjalan ke arah dapur mengambil panci untuk merebus air.

Linda melihat bahu adiknya dari belakang, Allexin tumbuh menjadi lelaki yang tinggi, dirinya bahkan sudah kalah tinggi dengan Allexin padahal lelaki itu baru berusia lima belas tahun, lalu bagaimana jika nanti usia Allexin sudah dua puluh tahun? Apakah adiknya akan setinggi atap rumah?.

“Jika kamu tidak suka bekerja di tempat barumu kau bisa keluar, aku akan mencari pekerjaan paruh waktu untuk biaya sekolahku,” ucap Allexin sembari membelakangi Linda.

“Kamu fokus saja dengan sekolahmu, aku menyukai pekerjaanku kali ini, aku bahkan ingin mengatakan padamu jika besok aku akan menginap di tempat kerjaku.”

Allexin langsung berbalik, “Apa kamu bercanda? Kenapa tiba-tiba ingin menginap? Bagaimana jika terjadi sesuatu saat kamu ada di sana? Aku tidak bisa melihatmu setiap hari, lalu—“

“Shhtt.., boss ku orang yang baik maka dari itu dia mengijinkan aku tinggal di rumahnya karena dia tidak ingin aku kecapekan, jarak rumah ini dengan tempat kerjaku cukup jauh jadi dia menawarkan untuk aku tinggal di rumahnya, kamu jangan berpikir negatif, aku akan baik-baik saja, lagi pula siapa yang berani menyakitiku jika punya adik pintar bela diri sepertimu,” Linda mengusap wajah Allexin.

“Kamu serius kan, kamu harus mengirimiku pesan sesering mungkin dan kalau boss mu melakukan sesuatu padamu kau harus mengatakan padaku, mengerti?”

Linda tersenyum dan mengangguk, ia tau sedang berbohong dengan adiknya tapi apa boleh buat, dari pada harus membayar kompensasi yang jumlahnya sangat banyak, lebih baik dirinya menggunakan uang itu untuk biaya sekolah Allexin.

“Apa kamu akan baik-baik saja tinggal sendirian?” tanya Linda.

Allexin meletakkan masakan mi instan ke dalam mangkuk, “Tentu saja, aku bisa menjaga diri sendiri, aku justru khawatir denganmu, kau adalah seorang wanita jadi aku sebagai pria harus melindungimu, ini aku sudah memasak untukmu jadi ayo kita makan bersama.” Allexin duduk menghadap mi instan miliknya lalu memberikan satu mangkuk lagi untuk Linda.

“Kau bersikap seolah menjadi kakak ketimbang adik.” Linda terkekeh pelan.

“Aku hanya punya kau sebagai keluarga, lalu jika kamu pergi dan tidak kembali menurutmu siapa yang aku miliki di dunia ini? Sudahlah, kamu tidak akan mengerti jadi makan makananmu sebelum dingin.” jawab Allexin.

“Anak pintar, jadilah adik yang baik untuk kakakmu ini ya.” Linda mengusap rambut Allexin, kedua bola mata Allexin memutar jengah.

Linda menerima makanan nya sembari sesekali menatap Allexin, harapan Linda adalah membuat adiknya bisa menjadi orang sukses dengan terus sekolah. Linda akan melakukan apapun untuk Allexin, remaja laki-laki ini adalah satu-satunya alasan untuk Linda bertahan hingga sekarang.

Tak peduli kerja sana-sini untuk mendapatkan uang, asalkan Allexin hidup dengan nyaman dan tidak pernah kelaparan hal itu sudah cukup membuat Linda merasa tenang, tapi tentu saja hal seperti belum cukup. Allexin butuh uang untuk biaya sekolah atau adiknya ini akan di keluarkan dari sekolah karena tak mampu membayar uang sekolah.

Semoga keputusannya untuk bekerja melayani Nelvan adalah pilihan yang tepat, Linda hanya perlu membuat dirinya kebal dari kemarahan Nelvan agar bisa bertahan di rumah lelaki itu. Namun, Linda tidak akan bisa memprediksi apa yang akan terjadi setelah dirinya tinggal di rumah lelaki itu.

__

Bersambung...

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
ceritax mengandung bawang ...nangis aku pas baca di bagian ini ...
goodnovel comment avatar
Syamsul Ardi
mantap luar biasa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pelampiasan   Chapter 7. Tinggal satu rumah

    Pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, Allexin mengantarkan Linda untuk pergi kerumah boss baru Linda. Namun, di perjalanan sebuah mobil hitam berhenti di depan Linda dan Allexin, Hans kembali menjemput Linda. “Apa dia boss mu?” tanya Allexin ketika Hans keluar dari mobil untuk menghampiri dua orang yang berdiri di tepi jalan. Linda menggeleng, “Bukan, dia sisten nya.” jawab Linda. “Nona Linda, silahkan masuk.” ucap Hans yang sudah membantu Linda memasukkan koper Linda yang tidak terlalu besar ke dalam bagasi. “Aku akan baik-baik saja, jangan cemaskan aku dan fokuslah pada pelajaran sekolahmu.” Linda menepuk bahu Allexin kemudian masuk ke dalam mobil bersama Hans, Allexin berdiri melihat mobil hitam melaju dari hadapannya. Hembusan nafas keluar dari bibir remaja itu, “Syukurlah kalau boss mu kali ini adalah orang baik, jadi aku tidak begitu mencemaskanmu saat jauh dari rumah.” gumam Allexin lalu ia pergi ke sekolah walaupun

    Last Updated : 2021-07-08
  • Pelampiasan   Chapter 8. Siksaan berupa perintah

    Waktu sudah malam, Linda menyiapkan makan malam untuk Nelvan setelah itu memberi tahu jika makanan sudah siap agar Nelvan datang untuk menyantap makan malam yang sudah Linda siapkan. Linda merasa sangat lelah, sepertinya jika ia berbaring akan langsung menuju ke alam mimpi. Linda melihat Nelvan menyantap makan malam setelah itu tanpa mengucapkan kata terima kasih, lelaki itu pergi. Hembusan nafas di hela oleh Linda, ia membereskan kembali sisa makanan yang ada, hari ini terasa sangat panjang sekali, tidak ada waktu istirahat selain waktu makan, dan sekarang sudah malam tapi ia masih juga belum selesai membereskan rumah Nelvan agar lebiih bersih. Tiba waktu sepuluh malam, Linda tidak bisa lagi menahan rasa lelah yang ia rasakan, pintu kamar di tutup dan Linda langsung menjatuhkan diri di atas tempat tidur. “Nyaman sekali.” ucapnya sambil mengusap seprai lembut dan kasur yang empuk untuk menikmati menuju alam mimpi sebentar lagi, mata

    Last Updated : 2021-07-12
  • Pelampiasan   Chapter 9. Tenggelam

    Tak berhenti Linda menghembuskan nafas karena pekerjaan yang di berikan oleh Nelvan, pekerjaan yang bisa di lakukan dengan mudah justru di persulit oleh lelaki itu. Menguras kolam? Yang benar saja, jika itu kolam akuarium dengan dia meter setengah meter mungkin Linda masih bisa melakukannya, tapi yang di suruh Nelvan adalah kolam renang dengan dia meter sembilan dan lebar nyaris empat meter. “Apa dia masih waras? Sepertinya setelah aku berhasil menguras kolam ini aku akan memiliki bisep kekar seperti laki-laki.” Linda menatap lengan ototnya sambil merendahkan bahu, “kau akan menerima pekerjaan kuat jadi kau harus bersiap menerima otot kuat juga.” kata Linda pada lengannya sendiri. Linda tidak tau berapa dalam kolam itu, semoga saja hanya sebatas lutut, ia tidak akan bisa menguras air sebanyak ini dengan kekuatan tangan. “Kau tidak boleh menyerah, lakukan yang terbaik dan buat pria itu puas.” ucap Linda menyemangati dirinya sendiri. Satu persat

    Last Updated : 2021-07-14
  • Pelampiasan   Chapter 10. Hal yang tidak biasa

    Linda menyentuh bibirnya, pintu di tutup dari dalam tanpa membiarkan ada orang masuk bahkan pemilih rumah itu sekalipun. Jika tidak salah tadi Linda merasakan sesuatu di permukaan bibirnya, apa itu nafas buatan yang Nelvan berikan? Kedua bola mata Linda membola, mau nafas buatan atau apapun itu yang jelas lelaki tadi telah mengambil first kissnya. Dan Linda juga tidak mengira Nelvan akan memberikan perintah untuk membuka baju, meskipun Nelvan yang meminta dengan sendirinya tapi Linda masih waras untuk tidak melakukan tindakan seperti itu. Selain tidak sopan membuka baju orang lain, ia juga tau Nelvan adalah pria normal, jangan sampai sentuhan yang tanpa sengaja Linda lakukan berhasil membuat lelaki itu bangun dan bersikap agresif. Linda segera menggeleng dan segera membersihkan tubuhnya sebelum berganti pakaian kering, jangan sampai ia sakit atau Nelvan akan memakinya semakin banyak lagi. Menatap pantulan diri di cermin. Ada sedikit lebam di lengan at

    Last Updated : 2021-07-17
  • Pelampiasan   Chapter 11. Selalu salah

    Pekerjaan yang sama perlahan mulai di tekuni oleh Linda, rumah Nelvan begitu luas ia tidak bisa menyelesaikan sekaligus jadi sedikit demi sedikit sesuai kemampuannya ia akan membersihkan rumah itu. “Siapa ya perempuan yang datang kemarin?” gumam Linda. “Kau tidak perlu tau dia siapa.” sahut Nelvan. Linda langsung berbalik kaget melihat ada suara Nelvan di belakangnya, lelaki itu mengendalikan kursi rodanya dengan remot kendali melewati Linda untuk menuju ke dekat kolam ikan hias, menenangkan diri dengan suara air yang mengalir. “Dia mengagetkanku,” ucap Linda. “Hans.” sapa Linda ketika melihat asisten Nelvan datang, Hans tersenyum ke arah Linda, “Kamu melihat Tuan muda?” tanya Hans, Linda mengangguk sambil menunjuk di mana Nelvan berada. Hans menuju ke arah yang Linda tujuk untuk menemui Nelvan, mereka berbicara mengenai pekerjaan yang tidak Linda ketahui, mengabaikan apa yang Hans dan Nelvan lakukan membuat Linda menggelengkan kepala

    Last Updated : 2021-07-17
  • Pelampiasan   Chapter 12. Keanehan

    Entah apa lagi yang harus Linda lakukan, ia berusaha untuk kebal terhadap bentakkan Nelvan dan kemarahan lelaki itu tapi ini sulit, perasaannya tidak suka di bentak ia akan merasa sangat tidak di hargai dan seolah teringat masa lalu yang menyakitkan terhadap bentakan. Buliran air mata menetes saat Linda bekerja, tatapan matanya menjadi blur saat terpenuhi oleh air mata, Linda ingin berhenti meski ia belum cukup lama bekerja di tempat itu tapi beberapa minggu lagi adalah pembayaran uang sekolah Allexin, jika ia tidak bekerja lalu dari mana uang yang cukup banyak itu ia dapatkan?. Linda akan berusaha bertahan hingga satu bulan ini berakhir, jika Nelvan tetap bersikap kasar maka Linda tidak punya pilihan lain untuk mengundurkan diri. Air mata di usap dari wajah Linda, ia tidak boleh cengeng, ini demi Allexin dan adiknya harus memiliki cita-cita yang bagus, menjadi pria yang mapan, jangan sampai Allexin mengikuti jejak kakaknya yang bekerja ke sana kemari han

    Last Updated : 2021-07-17
  • Pelampiasan   Chapter 13. Masalah Allexin

    Linda berganti pakaian dan segera menemui Allexin di tempat yang Mia sebutkan, Linda tidak ingin terjadi sesuatu dengan Allexin, sambil terus berlari akhirnya Linda melihat Allexin sedang duduk dengan kepala menunduk. “Allexin, what are you doing?” tanya Linda, antara cemas dan khawatir. Remaja itu mengangkat wajahnya yang memar di mana-mana, Linda menangkup wajah adiknya, Allexin di tarik ke pelukan oleh Linda, “Kamu kenapa berkelahi Al, sekarang kau seperti ini dan membuatku sangat cemas.” ucap Linda mendekap Allexin yang hanya diam merasa bersalah karena membuat Linda seperti ini. “Jangan menangis, aku melakukan ini karena mereka menghinamu, mereka bilang kau bekerja untuk melayani kebutuhan seorang laki-laki tua demi mendapatkan uang, mereka juga bilang kau menjual tubuhmu demi dapat membiayaiku, melihat kamu di hina seperti itu di depanku tentu saja aku tidak akan membiarkannya,” jawab Allexin, saat mengatakan hal itu ia tidak merasa bersalah sedikitpun

    Last Updated : 2021-07-17
  • Pelampiasan   Chapter 14. Kontrak

    Nelvan melihat pekerjaan Linda cukup rapih bahkan gadis itu bekerja lebih cepat dari sebelumnya, sifat Linda terlihat aneh sejak tadi siang sebenarnya ada apa dengan gadis itu. “Linda.” panggil Nelvan, gadis itu pun menoleh dan menghampiri, “apa ada yang kamu inginkan?” tanya Nelvan. Linda justru memainkan jari-jari tangannya dan Nelvan mulai memperhatikan jika Linda mulai gugup pasti gadis itu akan memainkan tangannya, Nelvan menghela nafas rendah, “Baiklah-baiklah, aku tidak akan marah tapi katakan apa yang kamu inginkan, sikapmu aneh sejak tadi siang,” ucap nelvan seolah tau jika Linda takut ia marah. “Tuan Xander, sebenarnya saya sedang butuh—“ “Kau butuh uang?” sahut Nelvan, Linda langsung memberanikan diri menatap Nelvan sembari mengangguk pelan. “Maaf, tapi aku tidak berminat meminta tapi aku akan meminjam dan Anda bisa memotong gaji saya selama bekerja di sini,” ucap Linda dengan hati-hati. Nelvan tersenyum miring ketika Li

    Last Updated : 2021-07-17

Latest chapter

  • Pelampiasan   Chapter 91. The ending

    Beberapa bulan kemudian. Musim telah berganti, gaun putih yang memiliki kain panjang ke belakang menarik perhatian para tamu undangan, veil di kepala Linda juga melengkapi kecantikan dan keistimewaan hari pernikahan yang akan Linda lakukan bersama Nelvan hari ini. Senyum tak pudar dari bibir Linda, satu tangan Linda memegang rangkaian bunga pernikahan dan satu tangan menggandeng tangan Allexin melewati karpet menuju sebuah altar di mana Nelvan telah berdiri di sana dengan seorang pastor. Nelvan memakai tuksedo berwarna hitam, kemeja putih dan juga dasi kupu-kupu berwarna senada dengan tuksedo, Nelvan pun terlihat tersenyum seolah tak sabar untuk segera menggapai Linda. Bagi Nelvan, saat ini Linda terlihat sangat cantik, tak ada wanita secantik Linda di matanya sekarang ini. Dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih dan tambahan taburan berlian sungguh memperindah penampilan Linda, Nelvan sampai terharu jika yang berjalan ke arahnya saat ini adalah wanita yang sebentar lagi

  • Pelampiasan   Chapter 90. Kejutan tak terduga

    Hari sudah cukup pagi, Linda membangunkan Allexin untuk sarapan tapi remaja itu sudah tidak ada. Jika bukan musim dingin Linda tau kemana Allexin pergi, tapi sekarang ia benar-benar tidak tau kemana Allexin pergi di pagi hari begini?Ponsel Linda raih untuk menghubungi Allexin, tapi ponsel Allexin justru berbunyi di kamar yang ternyata sedang di isi daya. Linda duduk dan menunggu sampai Allexin pulang baru mereka menikmati makanan bersama.Pintu terbuka, Linda langsung berdiri mengira jika itu adalah Allexin, tapi ketika yang mucul adalah Mia, Linda langsung berlari cepat berhambur ke pelukan sahabatnya itu.“Mia! Aku sangat merindukanmu!” ujar Linda.Mia tertawa membalas pelukan Linda, “Aku juga sangat merindukanmu.” Jawab Mia.Linda tersenyum lebar, tadinya Linda pikir Mia datang sendirian tapi melihat ada sosok lain di belakang Mia membuat Linda penasaran, pasalnya orang tersebut membawa banyak barang sampai

  • Pelampiasan   Chapter 89. Kesedihan Linda

    Allexin menepuk bahu Linda berusaha untuk menenangkan, tapi bukannya berhasil membuat Linda tenang, kakaknya itu justru tambah menangis, tak peduli jika saat ini Linda terlihat sangat memalukan menangis seperti anak kecil yang ingin permen di depan adiknya.Hembusan nafas berkali-kali di hela oleh remaja itu, “Apa benturan di kepalanya sangat keras sehingga dia tidak mengenalmu?” ucap Allexin.Linda menoleh tapi kemudian menangis lagi, Allexin memijit keningnya. “Sudah jangan menangis lagi, aku tau luka di kepalanya waktu itu memang cukup parah tapi tidak menyangka sampai membuatnya tidak mengingatmu. Mungkin saja itu hanya lupa ingatan sementara, kamu tenang saja, dia pasti akan mengingatmu kembali.” Allexin mengusap lengan Linda.Perasaan Linda masih sangat sakit, ia menjaga Nelvan siang dan malam untuk memastikan lelaki itu sadar kembali, namun begitu Nelvan membuka mata dan berbicara, dia justru tidak mengenal Linda. Hal apa lagi yang

  • Pelampiasan   Chalter 88. Syok!

    Tak terasa sudah berlalu tujuh hari, dan selama itu Nelvan masih belum mau membuka matanya. Memar di tubuh Nelvan juga sudah berkurang sangat banyak, kemungkinan besar kondisi Nelvan akan segera membaik.Saat Linda membersihkan tubuh Nelvan dengan handuk basah, Allexin datang dengan senyum lebarnya.“Linda.”panggil remaja itu, Linda menoleh dan Allexin memamerkan sertifikat kemenangannya, “aku memang kejuaraan turnamen beladiri kemarin. Kau tenang saja, ini legal dan buktinya aku mendapatkan sertifikat penghargaan.” Lanjut Allxin sebelum Linda marah.“Benarkah?” Linda meletakkan handuk basah ke dalam baskomnya, sertifikat yang di pegang oleh Allexin di ambil oleh Linda, terlihat raut wajah Linda saat membaca nama Allexin tertulis sebagai pemenang di dalamnya.“Maaf, aku tidak bisa menyemangatimu saat kamu bertanding kemarin.” Ucap Linda merasa bersalah.Allexin menggeleng, “Bukan m

  • Pelampiasan   Chapter 87. Kritis

    Seorang laki-laki yang di kenal Linda sebagai sepupu Nelvan datang, kejadian kecelakaan kemarin masih membuat Nelvan belum sadarkan diri, beberapa bagian di tubuh Nelvan mulai membiru akibat luka.Bagian bahu dan kepala pun sama, melihat kondisi Nelvan yang seperti itu tentu saja membuat siapapun yang melihatnya merasa kasihan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Julius.“Masih belum ada tanda jika Nelvan akan segera bangun.” Jawab Linda, kemudian Linda balik bertanya, “apa ibu dan ayah Nelvan sudah di beritahu mengenai hal ini?”Julius menggeleng.“Entahlah, tapi Nelvan sudah biasa seperti ini. Maksudku, jika dia sakit kedua orang tuanya memang jarang ada yang peduli.” Julius meletakkan bunga sekaligus vasnya di meja.Linda menatap Nelvan, Nelvan punya keluarga yang lengkap tapi tak satupun dari mereka datang menjenguk saat Nelvan sakit, sekalinya yang datang menjenguk dia adalah Julius.Tak be

  • Pelampiasan   Chapter 86. Bukti

    Kedua tangan Nelvan mengepal kuat seolah bisa mengancurkan apapun dari genggamannya, wajahnya terlihat jelas menahan diri agar tidak memukul siapapun yang ada di sana.Lewat kedua matanya, Nelvan melihat posisi Linda yang berada dalam posisi paling berbahaya, Nelvan merasa sangat bersalah karena dirinyalah Linda berada di posisi seperti ini.“Apa yang kalian inginkan?” ucap Nelvan dengan suara tertahan, ia tidak ingin basa-basi jika hal itu menyangkut keselamatan Linda.Gilbert mengambil dokumen yang di pegang oleh lelaki yang dari tadi ikut dengannya.“Tandatangi ini, kau akan mendapatkan wanitamu dengan selamat setelah menandatangani surat peralihan ini.”Nelvan mengambil dokumen tersebut.“Jangan coretkan tinta di atasnya!” seru Linda, Nelvan menoleh, sejujurnya Nelvan ingin berlari dan menggantikan posisi Linda, tapi ia tidak bisa langsung bertindak seperti itu.Nelvan balik menatap Gilbert

  • Pelampiasan   Chaptet 85. Dalam bahaya

    Nelvan menuju lokasi Allexin, tapi tentunya tidak untuk menjemput remaja itu melainkan berencana untuk menghadang mobil yang membawa Linda.Gerakan Nelvan ternyata tidak tepat, orang-orang suruhan Nelvan pun ikut terjun untuk mencari Linda sampai ketemu tapi sudah sekitar tiga puluh menit Nelvan mencari, ia masih juga belum mendapatkan tanda-tanda keberadaan Linda di mana.Kecemasan Nelvan tidak bisa membuat lelaki itu berpikir jernih, yang ia inginkan hanya segera bisa menemukan Linda dengan keadaan selamat.Pangilan dari Allexin kembali masuk dan Nelvan segera menerima panggilan tersebut.“Kamu menemukan Linda?” tanya Nelvan.“Belum, aku dan anak-anak lainnya juga sedang mencari Linda tapi belum ketemu.” Jawab Allexin.Nelvan mematikan ponsel dan menfokuskan diri mencari Linda, Nelvan juga menunggu salah satu dari anggotanya menelfon dengan tujuan mengatakan bahwa Linda baik-baik saja. Namun, sudah lebih dari satu j

  • Pelampiasan   Chapter 84. Pembalasan.

    Musim dingin tak terasa akan tiba, Nelvan duduk di ruang baca dengan memegang sebuah buku, tapi bukan tulisan di buku tersebut yang ia lihat melainkan sebuah foto gadis cantik yang sedang tersenyum manis.Satu hal yang di rasakan oleh Nelvan saat ini, yaitu bersalah. Bersalah karena dulu ia membiarkan Julia mengantikannya dalam kecelakaan, dan karena kecerobohan yang Nelvan lakukan akhirnya Julia telah tenang di tempat istirahat terakhir.Tak disangka, setelah bertahun-tahun lamanya ada orang yang meniru wajah Julia untuk penipu Nelvan, pantas saja sejak kejadian di rumah sakit waktu itu keberadaan Bella sangat sulit di temukan dan ternyata wanita licik itu merubah wajahnya dengan sosok wanita yang sempat Nelvan lindungi.Rasa bersalah Nelvan bukan hanya untuk Julia, tapi juga untuk Linda. Saat sibuk melamun, tiba-tiba saja Bella yang berwajah Julia datang, sejujurnya Nelvan ingin langsung melemparkan wanita itu ke penjara atau ke dasar laut jika per

  • Pelampiasan   Chapter 83. Julia ketahuan

    Wanita cantik turun dari mobil berwarna biru yang di kemudikan sendiri, wajah yang memiliki sedikit kemiripan dengan Nelvan itu pun memasuki rumah besar di depannya, pintu ruang kerja di buka tanpa perlu di ketuka lebih dulu, hal itu tentu saja membuat terkejut orang di dalamnya.“Kau harus menjelaskan mengenai kenapa ada Julia di rumahmu?” pertanyaan Vania langsung terlontar begitu saja.Nelvan melihat ke arah di mana alat yang di sembunyikan Julia ada di sana, Nelvan berdiri dari kursi lalu mengajak Vania ikut dengannya ke ruang baca, sesampainya di sana tak lupa menutup pintu dan mempersilahkan Vania duduk.“Aku tidak ingin mendangar kata yang terlalu panjang, katakan dengan singkat yang bisa dengan mudah aku mengerti.” Ujar Vania sebelum Nelvan mulai berbicara.Nelvan duduk di sofa lain di ruangan tersebut, “Apa kamu penasaran dengan siapa Julia yang ada di rumah ini?” bukan jawaban melainkan pertanyaan balik.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status