Tak berhenti Linda menghembuskan nafas karena pekerjaan yang di berikan oleh Nelvan, pekerjaan yang bisa di lakukan dengan mudah justru di persulit oleh lelaki itu.
Menguras kolam? Yang benar saja, jika itu kolam akuarium dengan dia meter setengah meter mungkin Linda masih bisa melakukannya, tapi yang di suruh Nelvan adalah kolam renang dengan dia meter sembilan dan lebar nyaris empat meter.
“Apa dia masih waras? Sepertinya setelah aku berhasil menguras kolam ini aku akan memiliki bisep kekar seperti laki-laki.” Linda menatap lengan ototnya sambil merendahkan bahu, “kau akan menerima pekerjaan kuat jadi kau harus bersiap menerima otot kuat juga.” kata Linda pada lengannya sendiri.
Linda tidak tau berapa dalam kolam itu, semoga saja hanya sebatas lutut, ia tidak akan bisa menguras air sebanyak ini dengan kekuatan tangan.
“Kau tidak boleh menyerah, lakukan yang terbaik dan buat pria itu puas.” ucap Linda menyemangati dirinya sendiri.
Satu persatu ember di isi air oleh Linda lalu membuangnya, ia melakukan itu bukan sekali dua kali tapi berkali-kali sampai tubuhnya terasa lelah, Linda berhenti untuk mengambil nafas tenang setelah itu baru mulai mengangkat air dari kolam menggunakan ember.
Sedangkan di atas Linda, tepatnya di lantai dua yang menghadap langsung ke kolam renang ada Nelvan yang sedang memperhatikankerja keras Linda yang pantang menyerah bahkan di perintah untuk menguras kolam pun perempuan itu melakukannya padahal para maid sebelumnya langsung mundur bahkan ketika mereka baru melihat luas kolam renang yang ia miliki di rumah itu.
“Kau pasti akan menyerah, lihat saja otot lengan kecilmu itu yang memberontak untuk kau berhenti, wanita memang lemah dan aku benci melihat wanita.” gumam Nelvan.
“Boss tidak punya hati.” gumam Linda yang masih dapat di dengar oleh Nelvan.
Mendengar gerutuan gadis itu membuat Nelvan membulatkan matanya, “Beraninya dia-“ tapi memiih untuk tidak membentak Linda, gadis itu tidak tau jika Nelvan memperhatikan dari lantai dua sejak tadi.
“Apa dia tidak punya hati, aku di suruh menguras air sebanyak ini, jika sampai aku berhasil menguras lalu mengisi air yang baru aku akan menenggelamkan dia kedalamnya.” gerutu Linda sambil mengangkut air bolakbalik.
Linda duduk di tepi kolam, bajunya sudah banyak yang basah tapi ia tidak peduli, “Kapan air kolam ini akan berkurang, rasanya sudah dari tadi aku membuang airnya tapi tidak terlihat kurang sedikitpun, sebenarnya seberapa dalam kolam ini?” Linda mengulurkan tangan ke air mencoba mengukur seberada dalam kolam tersebut, namun sialnya ia malah tergelincir hingga tercebut ke air.
Berusaha untuk menepi, tapi Linda yang tidak bisa berenang kesusahan memijakkan kaki ke dasar kolam yang ternyata cukup dalam.
“Help!” seru Linda, dia benar-benar tidak bisa berenang dan kolam memiliki ke dalaman dua meter sedangkan Linda hanya memiliki tinggi badan seratus enam puluh tiga senti meter, kakinya tidak menatap dasar kolam yang membuat Linda mengambang dengan deru nafas yang tinggal sedikit.
Nafas Linda terjeda, ia kesulitan bernafas di dalam air. Sedangkan di atas Nelvan tersenyum sinis, “Apa yang kau lakukan, cepatlah naik, apa kau tidak bisa berenang.” ucapnya berseru.
sedangkan Linda berusaha menepi, tapi kesulitan. Kakinya tidak menapak ke dasar kolam.Tubuh Linda lemas, ia melihat perlahan tubuhnya mulai kehilangan tenaga.
Nelvan masih memperhatikan sampai ia tidak melihat pergerakan linda di dalam air, spontan Nelvan langsung berdiri lalu berlari ke arah kolam sebelum menceburkan diri membantu Linda keluar dari air tanpa pikir dua kali.
Gadis itu sudah tidak sadarkan diri saat Nelvan berhasil membawanya ke tepi, tepukan di pipi Linda di berikan oleh Nelvan tapi tidak ada respon dari Linda. Wajah gadis yang tengah pingsan itu terlihat pucat, seluruh tubuhnya basah kuyup.
“Linda, hei!” ujar Nelvan sembari menekan dadaa Linda untuk mengeluarkan air yang di telan oleh gadis itu tapi Nelvan masih juga tidak melihat Linda akan segera sadar, tanpa pikir panjang Nelvan memberikan nafas buatan di bibir Linda, percobaan pertama tidak berhasil sampai Nelvan mengulanginya lagi sampai detik selanjutnya air yang cukup banyak di keluarkan oleh gadis itu.
Linda terbatuk-batuk, namun ia di buat kaget dengan keberadaan Nelvan yang juga basah kuyup berada di depannya, Nelvan menyugar rambutnya yang basah ke belakang dengan jari, sejenak Linda terpesona dengan sosok pria di depannya ini.
Tetesan air membasahi kening Nelvan, bola mata dan alis tebal lelaki ini mempertegas wajahnya yang tampan. Linda berkedip-kedip.
“Tuan Xander, bagaimana Anda bisa-“ kalimat Linda tidak di lanjutkan, ia tidak melihat ada kursi roda Nelvan di sekitar sini lalu bagaimana lelaki ini bisa membantunya dari kolam?.
Linda menyentuh bibirnya, tadi itu apa mimpi atau bagaimana? Sepertinya Linda merasakan sesuatu yang baru di permukaan bibirnya, Nelvan mendengus melihat Linda.
“Apa kamu tidak ingin berterima kasih setelah aku membantumu yang hampir mati tenggelam?” ujarnya.
“Ah itu. Terima kasih sudah menolongku tapi bagaimana Anda bisa kemari?” tanya Linda heran.
Sial, Nelvan baru sadar tindakannya sampai melupakan jika kursi rodanya tertinggal di lantai dua, jika ia mengatakan yang sebenarnya maka kepura-puraan jika dirinya cacat akan terbongkar saat ini juga.
Dan kebetulan Nelvan melihat tongkat kruk yang dulunya sempat tidak jadi di buang oleh Hans, benda itu masih ada di dekat gazebo dan belum di pindahkan.
“Aku memakai itu, ah sudahlah. Karena membantumu aku jadi basah seperti ini, jadi bantu aku ke kamar untuk membersihkan diri.” ujar Nelvan.
Linda berdiri lebih dulu, ia juga dalam kondisi basah kuyup tapi berkat bantuan Nelvan ia tidak jadi mati tenggelam, dengan hati-hati Linda memapah tubuh Nelvan berjalan ke arah kamar lelaki itu.
“Siapkan pakaianku dan bantu aku mandi.” Nelvan memerintah tanpa berpikir, apa yang ia ingin ucapkan maka itu yang keluar dari bibirnya sampai membuat Linda kaget.
“APA!” pekik Linda.
Nelvan menoleh, “Aku tidak suka mengulangi kalimat yang sama untuk berbicara denganmu.” ucap Nelvan geram.
Linda menunduk memelintir jari-jarinya setelah itu dia mendudukkan Nelvan ke atas closet yang tertutup, “Maaf Tuan Xander, Anda tidak seharusnya meminta bantuan saya untuk mandi, itu adalah privasi Anda dan saya tidak ing-“
“Kau membatah perintahku! Apa aku harus membiarkanmu mati tenggelam seperti tadi!” sahut Nelvan bernada sarkas.
Glekk..
“Isi bathtube dengan air hangat, pastikan tidak terlalu panas atau terlalu dingin.”
Linda mengangguk, ia pun menyalakan dan mengatur air seperti yang di minta oleh Nelvan setelah itu Linda keluar untuk mempersiapkan pakaian yang akan lelaki itu pakai, Linda merapatkan matanya, selama ia hidup tak pernah membantu seorang pria untuk mandi.
Bahkan adiknya Allexin pun tidak pernah di mandikan oleh Linda lalu sekarang seorang pria dewasa berumur dua puluh tujuh tahun memintanya melakukan hal itu?.
Setelah selesai menyiapkan pakaian untuk Nelvan, Linda kembali ke kamar mandi untuk memastikan air sudah cukup atau belum, setelah itu Linda membantu Nelvan masuk ke bathtube dengan hati-hati.
Lelaki itu menatap Linda, “Apa aku bisa mandi dengan bersih jika pakaianku tidak di lepas?” ucap Nelvan.
“Tuan Xander, saya tidak bisa melakukan hal itu, Anda bisa melakukannya sendiri.” kata Linda menolak, tak pernah terbayangkan di opikiran Linda jika ia harus memandikan pria dewasa seperti Nelvan.
“Lalu untuk apa aku memperkerjakan kamu di sini jika tidak untuk aku perintah!” sahut Nelvan membentak.
Perasaan Linda bergemuruh, ia berdebar-debar, tidak mungkin ‘kan ia membuka baju Nelvan lalu melihat tubuh atletis pria ini? Bagaimana jika terjadi sesuatu setelahnya? Meskipun Nelvan cacat tapi dia adalah pria normal, Linda takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
“Jangan bersikap seperti gadis polos, di jaman seperti sekarang tidak ada yang seperti itu, kau pasti sudah melihat tubuh pria lain di luar sana lalu apa salahnya melihat satu orang lagi.” ujar Nelvan.
Tangan Linda mengepal, ia memang pernah melihat tubuh laki-laki jauh sebelum mengenal Nelvan, tapi laki-laki itu adalah Allexin - adiknya selain, itu tidak ada. Kalimat Nelvan menusuk batin Linda, apakah semua gadis yang Nelvan kenal bukan gadis polos sampai dengan mudahnya lelaki ini mengatainya bukan gadis polos? Linda merasa tercubit oleh kalimat Nelvan, karena pada nyatanya Linda memang masih belum perah di sentuh oleh pria manapun.
“Apa lagi yang kau tunggu, cepat lakukan.” kata Nelvan lagi.
“Maaf.” Linda mengulurkan tangan dengan gemetar memberanikan diri membuka satu persatu kancing baju Nelvan, melihat tangan Linda yang gemetar dan wajah gadis itu yang di palingkan membuat Nelvan mengernyitkan kening.
Apa gadis di depannya ini benar-benar sepolos kelihatannya? Tapi tidak mungkin, Nelvan tidak percaya hal seperti itu masih ada, tapi jika tidak kenapa tangan Linda bergetar?.
Nelvan memegang tangan Linda, gadis itu langsung terlihat tambah tegang seolah belum pernah di pegang seperti itu oleh pria.
“Berapa usiamu?” tanya Nelvan.
“Sembilan belas tahun, Tuan.” jawab Linda masih memalingkan wajah tak berani melihat Nelvan. Perasaannya berdebar hebat di dalam sana, bahkan untuk menatap Nelvan yang hampir tak memakai baju pun Linda tak sanggup.
Linda dengan hati-hati berusaha menarik tangannya dari Nelvan, “Anda bisa melepas pakaian Anda sendiri, saya ... tidak bisa.” pamit Linda ingin melarikan diri, namun Nelvan mencengkeram tangan Linda.
Kedua kelopak mata Linda merapat, debaran jantungnya memompa darah lebih cepat karena takut.
“Siapa yang menyuruhmu pergi, lakukan pekerjaanmu sampai selesai.” ucap Nelvan.
Linda menggelengkan kepalanya tetap menolak, tangannya yang di pegang oleh Nelvan bergetar dan Nelvan bisa merasakannya.
Reaksi macam apa ini yang di terima oleh Linda, apa Linda benar-benar tidak berani melihatnya atau gadis ini hanya pura-pura agar membuatnya terkesan?. Tapi Linda sama sekali tidak mau berbalik membuat Nelvan sedikit percaya jika Linda masih sepolos kelihatan nya.
“Lakukan tugasmu sekarang.” ucap Nelvan, kedua mata Linda tertutup rapat kemudian menggeleng lagi.
“Maaf Tuan Xander, saya tidak bisa, jika Anda menyuruh saya melakukan apapun saya akan berusaha melakukannya tapi untuk membuka pakaian Anda saya tidak berani meskipun Anda yang memintanya, sekali lagi saya minta maaf.” Linda menarik tangannya yang di cengkeram oleh Nelvan lalu berlari keluar.
Nelvan tersenyum miring sambil menatap arah kepergian Linda, satu persatu kancing baju di lepaskan oleh Nelvan dan melemparnya ke dekat keranjang, Nelvan merentangakan tangan di pinggiran bathtube, kepalanya mendongak merasakan hangat air yang mengenai kulitnya.
“Akan aku coba nanti apakah kau sepolos kelihatannya atau sudah ada pria yang sudah pernah menyentuhmu, aku tidak percaya perempuan sekarang masih ada yang bisa menjaga kesucian di usia sembilan belas tahun, kali ini aku tidak akan di bodohi oleh wanita, mereka hanya lah parasit yang harus segera di basmi satu persatu atau jika bisa sekaligus pun tidak masalah,” batinnya.
___
Bersambung...Linda menyentuh bibirnya, pintu di tutup dari dalam tanpa membiarkan ada orang masuk bahkan pemilih rumah itu sekalipun. Jika tidak salah tadi Linda merasakan sesuatu di permukaan bibirnya, apa itu nafas buatan yang Nelvan berikan? Kedua bola mata Linda membola, mau nafas buatan atau apapun itu yang jelas lelaki tadi telah mengambil first kissnya. Dan Linda juga tidak mengira Nelvan akan memberikan perintah untuk membuka baju, meskipun Nelvan yang meminta dengan sendirinya tapi Linda masih waras untuk tidak melakukan tindakan seperti itu. Selain tidak sopan membuka baju orang lain, ia juga tau Nelvan adalah pria normal, jangan sampai sentuhan yang tanpa sengaja Linda lakukan berhasil membuat lelaki itu bangun dan bersikap agresif. Linda segera menggeleng dan segera membersihkan tubuhnya sebelum berganti pakaian kering, jangan sampai ia sakit atau Nelvan akan memakinya semakin banyak lagi. Menatap pantulan diri di cermin. Ada sedikit lebam di lengan at
Pekerjaan yang sama perlahan mulai di tekuni oleh Linda, rumah Nelvan begitu luas ia tidak bisa menyelesaikan sekaligus jadi sedikit demi sedikit sesuai kemampuannya ia akan membersihkan rumah itu. “Siapa ya perempuan yang datang kemarin?” gumam Linda. “Kau tidak perlu tau dia siapa.” sahut Nelvan. Linda langsung berbalik kaget melihat ada suara Nelvan di belakangnya, lelaki itu mengendalikan kursi rodanya dengan remot kendali melewati Linda untuk menuju ke dekat kolam ikan hias, menenangkan diri dengan suara air yang mengalir. “Dia mengagetkanku,” ucap Linda. “Hans.” sapa Linda ketika melihat asisten Nelvan datang, Hans tersenyum ke arah Linda, “Kamu melihat Tuan muda?” tanya Hans, Linda mengangguk sambil menunjuk di mana Nelvan berada. Hans menuju ke arah yang Linda tujuk untuk menemui Nelvan, mereka berbicara mengenai pekerjaan yang tidak Linda ketahui, mengabaikan apa yang Hans dan Nelvan lakukan membuat Linda menggelengkan kepala
Entah apa lagi yang harus Linda lakukan, ia berusaha untuk kebal terhadap bentakkan Nelvan dan kemarahan lelaki itu tapi ini sulit, perasaannya tidak suka di bentak ia akan merasa sangat tidak di hargai dan seolah teringat masa lalu yang menyakitkan terhadap bentakan. Buliran air mata menetes saat Linda bekerja, tatapan matanya menjadi blur saat terpenuhi oleh air mata, Linda ingin berhenti meski ia belum cukup lama bekerja di tempat itu tapi beberapa minggu lagi adalah pembayaran uang sekolah Allexin, jika ia tidak bekerja lalu dari mana uang yang cukup banyak itu ia dapatkan?. Linda akan berusaha bertahan hingga satu bulan ini berakhir, jika Nelvan tetap bersikap kasar maka Linda tidak punya pilihan lain untuk mengundurkan diri. Air mata di usap dari wajah Linda, ia tidak boleh cengeng, ini demi Allexin dan adiknya harus memiliki cita-cita yang bagus, menjadi pria yang mapan, jangan sampai Allexin mengikuti jejak kakaknya yang bekerja ke sana kemari han
Linda berganti pakaian dan segera menemui Allexin di tempat yang Mia sebutkan, Linda tidak ingin terjadi sesuatu dengan Allexin, sambil terus berlari akhirnya Linda melihat Allexin sedang duduk dengan kepala menunduk. “Allexin, what are you doing?” tanya Linda, antara cemas dan khawatir. Remaja itu mengangkat wajahnya yang memar di mana-mana, Linda menangkup wajah adiknya, Allexin di tarik ke pelukan oleh Linda, “Kamu kenapa berkelahi Al, sekarang kau seperti ini dan membuatku sangat cemas.” ucap Linda mendekap Allexin yang hanya diam merasa bersalah karena membuat Linda seperti ini. “Jangan menangis, aku melakukan ini karena mereka menghinamu, mereka bilang kau bekerja untuk melayani kebutuhan seorang laki-laki tua demi mendapatkan uang, mereka juga bilang kau menjual tubuhmu demi dapat membiayaiku, melihat kamu di hina seperti itu di depanku tentu saja aku tidak akan membiarkannya,” jawab Allexin, saat mengatakan hal itu ia tidak merasa bersalah sedikitpun
Nelvan melihat pekerjaan Linda cukup rapih bahkan gadis itu bekerja lebih cepat dari sebelumnya, sifat Linda terlihat aneh sejak tadi siang sebenarnya ada apa dengan gadis itu. “Linda.” panggil Nelvan, gadis itu pun menoleh dan menghampiri, “apa ada yang kamu inginkan?” tanya Nelvan. Linda justru memainkan jari-jari tangannya dan Nelvan mulai memperhatikan jika Linda mulai gugup pasti gadis itu akan memainkan tangannya, Nelvan menghela nafas rendah, “Baiklah-baiklah, aku tidak akan marah tapi katakan apa yang kamu inginkan, sikapmu aneh sejak tadi siang,” ucap nelvan seolah tau jika Linda takut ia marah. “Tuan Xander, sebenarnya saya sedang butuh—“ “Kau butuh uang?” sahut Nelvan, Linda langsung memberanikan diri menatap Nelvan sembari mengangguk pelan. “Maaf, tapi aku tidak berminat meminta tapi aku akan meminjam dan Anda bisa memotong gaji saya selama bekerja di sini,” ucap Linda dengan hati-hati. Nelvan tersenyum miring ketika Li
Nelvan melihat Linda, menunggu gadis itu melakukan apa yang ia katakan tapi Linda terlihat bergetar dan mencengkeram bajunya sendiri erat, apa benar Linda benar-benar masih suci? Nelvan tidak percaya hal seperti itu di jaman sekarang ini tapi melihat raut wajah Linda yang ketakutan justru membuat Nelvan tidak tega. Nelvan mendengus, “pergilah!” ujarnya, Linda menatap Nelvan dengan mata berair, “hari ini aku sangat lelah dan ingin segera istirahat jadi kau bisa keluar, tapi lain kali jika aku memintamu untuk melakukannya kau tidak boleh menolak, sekarang keluar sebelum aku berubah pikiran lagi.” lanjutnya. Linda berbalik tanpa mengatakan apapun, di luar pintu air mata yang sudah ia bendung menetes membasahi wajahnya, Linda pikir Nelvan tidak akan melakukan hal seperti itu tapi Linda salah dan ia sudah tidak bisa lari lagi dari takdirnya yang seperti ini. Segera Linda menuju ke kamarnya sendiri, menutup pintu dan menguncinya dari dalam, tubuh Linda lemas hingga
WARNING!! MATURE CONTENT!!___Melihat Linda berdiri dengan syok dan tidak percaya membuat Nelvan menghela nafas rendah, ia terlanjur ketahuan jadi tidak mungkin berpura-pura lagi di depan Linda. Nelvan berjalan ke arah Linda dan gadis itu refleks bergerak mundur, “Anda, Anda bisa berjalan?” ucap Linda masih kaget. Bagaimana tidak kaget jika ia melihat dengan mata kepalanya ketika orang yang selama ini duduk di kursi roda kini bisa berjalan dengan santai. Sekali lagi helaan nafas keluar dari bibir Nelvan saat matanya bertemu dengan wajah Linda yang masih terlihat kaget. “Karena kamu sudah tau aku tidak perlu berpura-pura lagi di depanmu, tapi—“, Nelvan mencondongkan wajahnya ke depan Linda yang lebih pendek darinya, “—sampai berita jika aku bisa berjalan menyebar maka aku tidak menjamin kamu masih bisa bernafas lagi.” ancam Nelvan lalu pria itu mendorong Linda untuk menyingkir dari jalannya. Linda menyentuh baju di depan dadanya, ia tidak
Linda terbangun saat matahari sudah memasuki ruangan kamar Nelvan yang luas, saat membuka mata Linda sudah tidak melihat Nelvan di manapun, sekujur tubuhnya sakit semua terlebih di bagian bawah sana yang telah menumpahkan darah suci menjadi kotor. Tangis tanpa suara kembali di rasakan oleh Linda, ia bergerak duduk dengan manahan rasa perih yang luar biasa, bekas darah masih berada di atas tempat tidur dan itu tidak sedikit, Linda tidak bisa bergerak ia merasa sakit, tubuh dan hatinya, semuanya. Ia sakit sampai tidak tau obat apa yang bisa mengobati rasa sakitnya. Saat teringat kejadian semalam, Linda merasa sesak, untuk menghirup nafas saja seolah sangat sulit. Melihat kamar yang sepi, tidak terlihat ataupun tanda-tanda Nelvan berada di kamar mandi. kepala Linda melihat ke arah jam digital, waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi, dengan memaksakan diri untuk berdiri Linda harus menahan perih, setiap langkah yang ia ambil seolah ingin menghancurkan tubuhnya menjad
Beberapa bulan kemudian. Musim telah berganti, gaun putih yang memiliki kain panjang ke belakang menarik perhatian para tamu undangan, veil di kepala Linda juga melengkapi kecantikan dan keistimewaan hari pernikahan yang akan Linda lakukan bersama Nelvan hari ini. Senyum tak pudar dari bibir Linda, satu tangan Linda memegang rangkaian bunga pernikahan dan satu tangan menggandeng tangan Allexin melewati karpet menuju sebuah altar di mana Nelvan telah berdiri di sana dengan seorang pastor. Nelvan memakai tuksedo berwarna hitam, kemeja putih dan juga dasi kupu-kupu berwarna senada dengan tuksedo, Nelvan pun terlihat tersenyum seolah tak sabar untuk segera menggapai Linda. Bagi Nelvan, saat ini Linda terlihat sangat cantik, tak ada wanita secantik Linda di matanya sekarang ini. Dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih dan tambahan taburan berlian sungguh memperindah penampilan Linda, Nelvan sampai terharu jika yang berjalan ke arahnya saat ini adalah wanita yang sebentar lagi
Hari sudah cukup pagi, Linda membangunkan Allexin untuk sarapan tapi remaja itu sudah tidak ada. Jika bukan musim dingin Linda tau kemana Allexin pergi, tapi sekarang ia benar-benar tidak tau kemana Allexin pergi di pagi hari begini?Ponsel Linda raih untuk menghubungi Allexin, tapi ponsel Allexin justru berbunyi di kamar yang ternyata sedang di isi daya. Linda duduk dan menunggu sampai Allexin pulang baru mereka menikmati makanan bersama.Pintu terbuka, Linda langsung berdiri mengira jika itu adalah Allexin, tapi ketika yang mucul adalah Mia, Linda langsung berlari cepat berhambur ke pelukan sahabatnya itu.“Mia! Aku sangat merindukanmu!” ujar Linda.Mia tertawa membalas pelukan Linda, “Aku juga sangat merindukanmu.” Jawab Mia.Linda tersenyum lebar, tadinya Linda pikir Mia datang sendirian tapi melihat ada sosok lain di belakang Mia membuat Linda penasaran, pasalnya orang tersebut membawa banyak barang sampai
Allexin menepuk bahu Linda berusaha untuk menenangkan, tapi bukannya berhasil membuat Linda tenang, kakaknya itu justru tambah menangis, tak peduli jika saat ini Linda terlihat sangat memalukan menangis seperti anak kecil yang ingin permen di depan adiknya.Hembusan nafas berkali-kali di hela oleh remaja itu, “Apa benturan di kepalanya sangat keras sehingga dia tidak mengenalmu?” ucap Allexin.Linda menoleh tapi kemudian menangis lagi, Allexin memijit keningnya. “Sudah jangan menangis lagi, aku tau luka di kepalanya waktu itu memang cukup parah tapi tidak menyangka sampai membuatnya tidak mengingatmu. Mungkin saja itu hanya lupa ingatan sementara, kamu tenang saja, dia pasti akan mengingatmu kembali.” Allexin mengusap lengan Linda.Perasaan Linda masih sangat sakit, ia menjaga Nelvan siang dan malam untuk memastikan lelaki itu sadar kembali, namun begitu Nelvan membuka mata dan berbicara, dia justru tidak mengenal Linda. Hal apa lagi yang
Tak terasa sudah berlalu tujuh hari, dan selama itu Nelvan masih belum mau membuka matanya. Memar di tubuh Nelvan juga sudah berkurang sangat banyak, kemungkinan besar kondisi Nelvan akan segera membaik.Saat Linda membersihkan tubuh Nelvan dengan handuk basah, Allexin datang dengan senyum lebarnya.“Linda.”panggil remaja itu, Linda menoleh dan Allexin memamerkan sertifikat kemenangannya, “aku memang kejuaraan turnamen beladiri kemarin. Kau tenang saja, ini legal dan buktinya aku mendapatkan sertifikat penghargaan.” Lanjut Allxin sebelum Linda marah.“Benarkah?” Linda meletakkan handuk basah ke dalam baskomnya, sertifikat yang di pegang oleh Allexin di ambil oleh Linda, terlihat raut wajah Linda saat membaca nama Allexin tertulis sebagai pemenang di dalamnya.“Maaf, aku tidak bisa menyemangatimu saat kamu bertanding kemarin.” Ucap Linda merasa bersalah.Allexin menggeleng, “Bukan m
Seorang laki-laki yang di kenal Linda sebagai sepupu Nelvan datang, kejadian kecelakaan kemarin masih membuat Nelvan belum sadarkan diri, beberapa bagian di tubuh Nelvan mulai membiru akibat luka.Bagian bahu dan kepala pun sama, melihat kondisi Nelvan yang seperti itu tentu saja membuat siapapun yang melihatnya merasa kasihan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Julius.“Masih belum ada tanda jika Nelvan akan segera bangun.” Jawab Linda, kemudian Linda balik bertanya, “apa ibu dan ayah Nelvan sudah di beritahu mengenai hal ini?”Julius menggeleng.“Entahlah, tapi Nelvan sudah biasa seperti ini. Maksudku, jika dia sakit kedua orang tuanya memang jarang ada yang peduli.” Julius meletakkan bunga sekaligus vasnya di meja.Linda menatap Nelvan, Nelvan punya keluarga yang lengkap tapi tak satupun dari mereka datang menjenguk saat Nelvan sakit, sekalinya yang datang menjenguk dia adalah Julius.Tak be
Kedua tangan Nelvan mengepal kuat seolah bisa mengancurkan apapun dari genggamannya, wajahnya terlihat jelas menahan diri agar tidak memukul siapapun yang ada di sana.Lewat kedua matanya, Nelvan melihat posisi Linda yang berada dalam posisi paling berbahaya, Nelvan merasa sangat bersalah karena dirinyalah Linda berada di posisi seperti ini.“Apa yang kalian inginkan?” ucap Nelvan dengan suara tertahan, ia tidak ingin basa-basi jika hal itu menyangkut keselamatan Linda.Gilbert mengambil dokumen yang di pegang oleh lelaki yang dari tadi ikut dengannya.“Tandatangi ini, kau akan mendapatkan wanitamu dengan selamat setelah menandatangani surat peralihan ini.”Nelvan mengambil dokumen tersebut.“Jangan coretkan tinta di atasnya!” seru Linda, Nelvan menoleh, sejujurnya Nelvan ingin berlari dan menggantikan posisi Linda, tapi ia tidak bisa langsung bertindak seperti itu.Nelvan balik menatap Gilbert
Nelvan menuju lokasi Allexin, tapi tentunya tidak untuk menjemput remaja itu melainkan berencana untuk menghadang mobil yang membawa Linda.Gerakan Nelvan ternyata tidak tepat, orang-orang suruhan Nelvan pun ikut terjun untuk mencari Linda sampai ketemu tapi sudah sekitar tiga puluh menit Nelvan mencari, ia masih juga belum mendapatkan tanda-tanda keberadaan Linda di mana.Kecemasan Nelvan tidak bisa membuat lelaki itu berpikir jernih, yang ia inginkan hanya segera bisa menemukan Linda dengan keadaan selamat.Pangilan dari Allexin kembali masuk dan Nelvan segera menerima panggilan tersebut.“Kamu menemukan Linda?” tanya Nelvan.“Belum, aku dan anak-anak lainnya juga sedang mencari Linda tapi belum ketemu.” Jawab Allexin.Nelvan mematikan ponsel dan menfokuskan diri mencari Linda, Nelvan juga menunggu salah satu dari anggotanya menelfon dengan tujuan mengatakan bahwa Linda baik-baik saja. Namun, sudah lebih dari satu j
Musim dingin tak terasa akan tiba, Nelvan duduk di ruang baca dengan memegang sebuah buku, tapi bukan tulisan di buku tersebut yang ia lihat melainkan sebuah foto gadis cantik yang sedang tersenyum manis.Satu hal yang di rasakan oleh Nelvan saat ini, yaitu bersalah. Bersalah karena dulu ia membiarkan Julia mengantikannya dalam kecelakaan, dan karena kecerobohan yang Nelvan lakukan akhirnya Julia telah tenang di tempat istirahat terakhir.Tak disangka, setelah bertahun-tahun lamanya ada orang yang meniru wajah Julia untuk penipu Nelvan, pantas saja sejak kejadian di rumah sakit waktu itu keberadaan Bella sangat sulit di temukan dan ternyata wanita licik itu merubah wajahnya dengan sosok wanita yang sempat Nelvan lindungi.Rasa bersalah Nelvan bukan hanya untuk Julia, tapi juga untuk Linda. Saat sibuk melamun, tiba-tiba saja Bella yang berwajah Julia datang, sejujurnya Nelvan ingin langsung melemparkan wanita itu ke penjara atau ke dasar laut jika per
Wanita cantik turun dari mobil berwarna biru yang di kemudikan sendiri, wajah yang memiliki sedikit kemiripan dengan Nelvan itu pun memasuki rumah besar di depannya, pintu ruang kerja di buka tanpa perlu di ketuka lebih dulu, hal itu tentu saja membuat terkejut orang di dalamnya.“Kau harus menjelaskan mengenai kenapa ada Julia di rumahmu?” pertanyaan Vania langsung terlontar begitu saja.Nelvan melihat ke arah di mana alat yang di sembunyikan Julia ada di sana, Nelvan berdiri dari kursi lalu mengajak Vania ikut dengannya ke ruang baca, sesampainya di sana tak lupa menutup pintu dan mempersilahkan Vania duduk.“Aku tidak ingin mendangar kata yang terlalu panjang, katakan dengan singkat yang bisa dengan mudah aku mengerti.” Ujar Vania sebelum Nelvan mulai berbicara.Nelvan duduk di sofa lain di ruangan tersebut, “Apa kamu penasaran dengan siapa Julia yang ada di rumah ini?” bukan jawaban melainkan pertanyaan balik.