Selamat membaca..
____
Sebuah rumah yang begitu besar, pekarangan yang sangat luas bagaikan taman istana yang sering muncul di serial disney, bibir Linda terbuka takjub melihat pemandangan dari rumah besar itu.“Mereka kaya sekali tapi kenapa gajinya cuman dua ribu dolar ya?” gumam Mia, Linda menoleh melihat sahabatnya setelah melihat luas rumah dari orang yang di panggil Tuan Muda, tapi Linda tidak mengatakan apapun karena dia juga tidak tau.
Ada sekitar delapan orang yang lolos seleksi tahap awal dan sekarang adalah waktunya untuk berhadapan langsung dengan si pemilik rumah yang akan memilih satu dari delapan orang calon maid.
“Apa menurutmu wajah tuan muda itu seperti pangeran disney yang tampan? Dia sangat kaya tapi aku penasaran apakah wajahnya juga setampan pangeran?” Mia bergumam lagi di samping Linda.
“Kita akan melihat tuan muda itu nanti jadi bersabarlah, kita hanya perlu menunggu beberapa menit lagi,” bisik Linda. Sejujurnya ia juga tidak sabar untuk melihat pemilik dari rumah ini, alasan sang pemilik mencari maid yang belum berpengalaman sungguh membuat Linda penasaran.
Mia mengangguk, lantas seseorang bernama Hans mengarahkan mereka ke dalam Mansion. Di dalam mansion tersebut kesan mewah langsung menyapa, banyak yang takjub melihat rumah tersebut, tak terkecuali Mia maupun Linda.
“Kalian bisa tunggu sebentar di sini, saya akan memanggil tuan muda untuk kemari,” ucap Hans sebelum meninggalkan para calon maid.
“Aku dengar tuan muda di rumah ini telah mengalami gagal dalam pernikahan jadi dia butuh pelampiasan kemarahan atas apa yang terjadi pada calon istrinya” bisik seseorang yang berada di belakang Linda.
“Katanya dia juga cacat, jika kita lolos untuk menjadi pelayannya apakah kita akan bisa bertahan dalam satu bulan? Banyak yang mengatakan dia juga sangat kejam dan sekarang aku merasa ragu untuk melanjutkan menjadi maid di sini, hanya saja tuntutan hidupku yang butuh uang ini tak bisa menghindari pekerjaan”
Mia berbalik melihat dua orang yang berbisik-bisik di belakangnya, “Apa kalian bisa diam? Jika dia mendengar apa yang kalian katakan barusan maka entah apa yang akan terjadi dengan kalian selanjutnya!” ujar Mia kemudian perempuan itu mendengus.
Linda menahan senyum sampai tak lama Hans datang dengan mendorong seseorang yang duduk di kursi roda, sejenak Linda merasa kagum dengan sosok lelaki yang duduk di kursi rodanya, dia memang tampan bagaikan pangeran di fantasi disney hanya saja wajahnya sangat dingin, tidak seramah pangeran di dongeng.
Tanpa sadar Linda mengepalkan tangannya merasa gugup, ia tidak berharap akan di pilih oleh pria itu. hanya dengan melihat wajahnya saja Linda seolah dapat membayangkan apa yang terjadi jika dia terpilih.
“Dia adalah tuan muda Nelvano Xander, tuan Nelvan yang akan memilih satu di antara kalian untuk menjadi pelayannya,” ucap Hans memperkenalkan.
"Satu? Artinya kesmpatanku untuk gagal masih ada." batin Linda. Sekarang ia dalam kebimbangan antara berharap ingin lolos bekerja di tempat itu atau tidak.
Namun, banyak di antara orang-orang yang datang bersama Linda terdiam lantas kemudian Nelvan buka suara.
“Yang tidak ingin aku pilih silahkan keluar.” ucap Nelvan dengan nada yang sama sekali tidak bersahabat, ada tiga orang langsung berbalik untuk keluar dari tempat tersebut lalu Nelvan melanjutkan, “dan orang yang aku pilih akan mendapat bayaran lebih banyak dari yang di informasikan.” imbuhnya.
Linda menahan nafas semakin gugup, nyaris saja dia berbalik dan pergi menyusul tiga orang lain yang sudah keluar, tapi ia juga butuh uang, adiknya sedang sekolah dan butuh biaya, sedangkan dalam keluarganya hanya Linda yang bertanggung jawab untuk mencari nafkah.
Helaan nafas rendah keluar dari bibir Linda, adiknya jauh lebih membutuhkan uang untuk biaya sekolah jadi ia harus bisa terpilih, lagi pula bekerja menjadi seorang maid bukanlah pekerjaan yang hina.
Nelvan menatap lima orang yang tersisa, dari kelima orang itu empat di antaranya menunduk sedangkan ada satu yang berani menatapnya terang-terangan. Tanpa sadar Linda nyaris tak berkedip, bukan karena ia terpesona dengan Nelvan tapi karena Linda penasaran kenapa sosok yang tengah duduk di kursi roda itu sangat dingin, seolah kutub di antartika kalah dingin.
Hans berdehem untuk menyadarkan Linda, perempuan itu dengan berani menatap Nelvan seolah menantang, Linda menoleh ke arah Hans di mana lelaki itu meminta Linda untuk menunduk dan Linda yang paham langsung menunduk sembari melirik Mia, namun keduanya tidak saling mengatakan apapun.
Mereka menunduk seperti sedang mengheningkan cipta, Nelvan tersenyum miring sepertinya dia sudah mendapatkan orang yang akan melayaninya, apakah gadis itu bisa bertahan selama satu bulan bekerja di tempat ini atau tidak.
“Siapa namamu?” ucap Nelvan.
Karena menunduk, Linda tidak menyadari jika dialah yang di tunjuk oleh Nelvan.
“Aku bilang siapa namamu!” ulang Nelvan geram, ia tidak suka di abaikan, tapi di hari pertama bertemu dengan Linda ia harus mengulangi kalimat yang sama hanya untuk bertanya nama.
Mia menyiku lengan Linda sampai gadis itu pun menatap Mia seolah bertanya ‘ada apa?’, lalu Mia mengode Linda untuk melihat ke arah Nelvan yang berbicara padanya.
“Anda bertanya dengan saya?” Linda balik bertanya.
“Kalian semua boleh keluar kecuali kau!” Nelvan menunjuk Linda, gadis itu membelalak kaget melihat Mia dan yang lain keluar, Mia menepuk lengan Linda.
“Selamat, semoga kamu bisa bertahan.” ucap Mia dengan pasrah.
“Mia, kenapa kamu—“
“Berhenti, kau tetap di sini,” ucap Nelvan menahan Linda yang akan akan menyusul empat orang yang keluar.
Hans meminta Linda berbalik, “Kau tidak bisa menyusul mereka, kau harus tetap di sini sampai Tuan muda selesai denganmu.” ucap Hans dengan nada rendah agar Linda tidak kabur.
Merasa berdebar-debar karena takut, Linda pun berbalik memberanikan diri menatap Nelvan.
“Tuan muda tadi bertanya, siapa namamu?” ucap Hans mengingatkan.
Linda memelintir jari-jarinya merasa gugup, melihat itu membuat Nelvan tersenyum tipis, sepertinya gadis muda di depannya ini sama sekali tidak berpengalaman dalam pekerjaan.
“Namaku Linda,”jawab Linda.
Pikiran Linda sekarang menjadi kebingungan, ia di tempat ini sendirian tanpa Mia, padahal Linda mengira ia akan bekerja dengan Mia, tapi siapa yang menyangka jika hanya satu yang di pilih dan itu pun dirinya. Kegugupan semakin membuat Linda tidak nyaman, tidak memiliki keahlian dalam melayani seseorang tentunya bukanlah pekerjaan mudah bagi pemula sepertinya. Terlebih orang yang akan ia layani adalah tuan muda dengan wajah sedingin es di kutub utara.
“Datanglah besok pagi, kau bisa memulai bekerja mulai besok, dan ingatlah satu hal jika aku tidak menyukai keterlambatan.” ucap Nelvan, tidak tau mengapa Linda langsung mengangguk karena ucapan lelaki itu.
Hans mendorong kursi roda Nelvan menjauh dari Linda, helaan nafas lega keluar dari bibir gadis itu, Linda mengira dirinya akan mati berdiri di tatap tajam oleh pria bernama Nelvan, sepasang mata lelaki itu saat menatap seolah ingin menerkam mangsa.
Linda keluar dari mansion, berjalan dengan santai sembari berpikir apa yang akan ia lakukan setelah ini. Harusnya ia senang karena lolos, tapi entah kenapa sekarang justru membuatnya merasa cukup takut bekerja di rumah besar dengan seorang tuan muda yang mengerikan seperti Nelvan.
“Nona Linda,” panggil Hans, Linda menoleh.
Hans berlari kecil untuk menghampiri Linda, “Bisa aku meminta nomor ponselmu agar aku bisa mengabarimu kapan besok kamu akan datang.” ucap Hans yang sudah mengulurkan ponsel untuk Linda.
“Tentu,” Linda lalu menerima ponsel lelaki itu dan menyalin nomor ponselnya di sana. Lelaki itu lantas menatap Linda.
“Apa kamu gugup?” tanya Hans, Linda mengangguk sambil memberikan ponsel Hans kembali, Hans tersenyum lantas keduanya berjalan menuju gerbang, “Tuan muda memang seperti itu, jadi tidak perlu takut, sebenarnya dia orang yang baik hanya saja sejak mengalami masalah beberapa bulan lalu dia menjadi orang yang pemarah, aku harap kamu bisa tahan dengan sifatnya saat memulai pekerjaanmu besok pagi.” kata Hans.
Linda berhenti melangkah, ia mendongak menatap Hans yang lebih tinggi darinya, “Apa aku akan mati jika bekerja di rumah itu? Aku dengar sudah ada beberapa maid yang pernah bekerja untuk Tuan muda Xander, tapi mereka tidak pernah bertahan selama satu bulan. Jika aku bekerja di sana aku tidak akan mati ‘kan? Aku masih punya seorang adik yang harus aku biayai.” ucap Linda, sedikit menahan takut.
Hans terkekeh geli, “Tenang saja, jika Tuan muda berani membunuhmu aku akan berusaha untuk memihakmu.” jawabnya.
“Aku tidak percaya, kau bekerja untuknya kau pasti juga memihaknya.” sahut Linda.
Hans semakin tertawa geli hingga Mia memanggil.
“LINDA!” Mia melambaikan tangan.“Sahabatku sudah menunggu jadi aku permisi.” pamit Linda.
“Jangan lupa untuk datang besok pagi, aku akan menghubungimu!” sahut Hans, Linda hanya mengangguk mengiyakan sebelum berlari menghampiri Mia dan kedua gadis itu pun keluar dari pekarangan luas milik Nelvan.
“Gadis yang malang, semoga kamu bisa bertahan dengan sifat pemarah Nelvan.” gumam Hans lalu ia pun kembali ke mansion.
"Bagaimana?" tanya Mia.
"Dia terlihat menakutkan, wajahnya sangat dingin seolah aku berada di dalam freezer saat menatapnya." jawab Linda.
"Tapi beruntunglah kamu, dari puluhan orang yang mendaftar, hanya kamu satu-satunya yang dia pilih. Saat ini kita belum tau seperti apa sosok tuan Xander. Mungkin saja dia seperti itu hanya untuk orang baru dan jika kamu sudah mengenal beliau, kamu akan tau sifat aslinya bagaimana." kata Mia menuturkan.
Linda menghela nafas rendah. Ia akan berusaha untuk bertahan bekerja di rumah Nelvan, adik Linda butuh uang untuk biaya sekolah. Jika ia tidak bekerja, dari mana Linda mendapat uang untuk adiknya?.
Kedua gadis itu kembali ke rumah Linda, saat itu adik Linda belum pulang karena kepulangan Adik Linda selalu malam hari. Mia berbaring di kamar Linda sembari bermain ponsel.
“Jarang sekali aku bisa bersantai seperti ini.” Ucap Mia.
Linda menoleh. “Kau tidak mencari kerja?” sambil menyusul Mia, duduk di samping Mia yang sedang berbaring tengkurap.
“Kau tau restoran kue yang di tepi sungai? Aku bekerja di sana, hari ini aku meminta libur untuk bisa melihat luasnya si pangeran disney yang sangat dingin itu. sayang sekali aku tidak di terima.” Mia pun meletakkan ponsel, bergerak duduk menghadap Linda.
“Kenapa aku merasa ragu untuk bekerja di sana?”
“Apa yang kamu ragukan? Dia bilang akan menaikkan gaji kita, itu artinya tahun ini kamu bisa membayar uang sekolah Allexin yang tidak sedikit itu.” Ucap Mia.
Linda terdiam, Mia benar. Lagi-lagi Linda kembali berpikir jika ia mencari uang ntuk menghidupi adiknya. Semoga saja pekerjaan sebagai Maid adalah tempat yang cocok untuk Linda.
___Bersambung...Sebelumnya udah ada kenal sama aku di platform lain?
Selamat bertemu lagi di sini wkwk
“Kamu mau kemana pagi-pagi begini?” tanya Allexin, adik dari Linda yang baru berusia lima belas tahun. Linda menoleh ketika selesai memakai sepatu, “Aku akan bekerja untuk biaya sekolahmu jadi belajarlah dengan baik agar suatu hari nanti kamu harus membayarku atas apa yang sudah aku lakukan hari ini.” jawabnya. “Kamu tidak perlu bekerja keras untukku, aku akan berusaha mencari kerja sendiri” Allexin menahan tangan Linda, “pekerjaan untuk perempuan sepertimu di luar sana sangat berbahaya, aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu,” lanjut Allexin khawatir. Linda melepaskan tangan remaja itu dari lengannya sembari tersenyum kemudian Linda menatap Allexin, “Kamu tidak perlu khawatir, saat ini aku akan membayar sekolahmu dan hal yang perlu kamu lakukan adalah fokuslah dalam belajar, kau harus lebih sukses dari kakakmu ini, kau paham? Kalau begitu aku akan berangkat bekerja,” Linda menepuk wajah Allexin lalu keluar dari rumah mereka yang tidak begitu luas. “B
Waktu telah menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit, sedangkan Linda bahkan belum bisa menyelesaikan seper enam rumah besar itu seorang diri, ia sudah merasa cukup lelah hanya merampungkan beberapa bagian di rumah tersebut dan masih banyak lagi yang belum ia bersihkan. Linda baru saja ingin duduk karena lelah bekerja tapi seruan nelvan membuat Linda langsung terlonjak kaget. “LINDA!” “Iya Tuan Xander, tunggu sebentar!” Linda meletakkan kain yang pakai untuk bersih-bersih ke atas meja lalu berlari menghampiri suara yang memanggilnya berada. Setelah tiba di hadapan Nelvan, Linda mengatur nafasnya beberapa detik, “Anda membutuhkan sesuatu?” tanya nya. “Siapkan makan siang.”perintah Nelvan. “Anda ingin saya memasak apa hari ini?” Linda melihat Nelvan menoleh ke arahnya, “Apapun asal tidak membuatku mati kelaparan.” jawab Nelvan bernada dingin. Linda mengangguk dengan cepat lalu kembali ke dapur menyiapkan masakan, untungnya ia tela
Linda mendorong kursi roda Nelvan menuju parkiran rumah sakit, saat ini Linda merasa sangat lapar karena belum sempat makan siang, terlebih sejak tadi pagi ia membersihkan rumah besar Nelvan sehingga energinya banyak terkuras. Hans membukakan pintu membantu Nelvan masuk lalu Linda mengambil kursi roda dan meletakan di bagasi sebelum ia ikut masuk ke dalam mobil tepat di samping Hans. Sesekali Hans melihat Linda memelintir jari-jari tangannya sendiri, wajah Linda menatap lurus ke jalanan di depan tanpa menoleh ataupun berbalik melihat Nelvan yang duduk di belakang, Hans yakin pasti Linda habis di marahi oleh Nelvan. Tidak tau apakah Linda akan bertahan atau tidak untuk menghadapi Nelvan, ini baru hari pertama dan kondisi Linda seolah ingin menceburkan diri ke dalam sungai yang dalam. Hans melihat spion depan, pantulan Nelvan terlihat juga sedang melihatnya, kepala Hans menggeleng pelan, helaan nafas rendah keluar dari bibirnya sebelum mobil yang di kemudikan H
Pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, Allexin mengantarkan Linda untuk pergi kerumah boss baru Linda. Namun, di perjalanan sebuah mobil hitam berhenti di depan Linda dan Allexin, Hans kembali menjemput Linda. “Apa dia boss mu?” tanya Allexin ketika Hans keluar dari mobil untuk menghampiri dua orang yang berdiri di tepi jalan. Linda menggeleng, “Bukan, dia sisten nya.” jawab Linda. “Nona Linda, silahkan masuk.” ucap Hans yang sudah membantu Linda memasukkan koper Linda yang tidak terlalu besar ke dalam bagasi. “Aku akan baik-baik saja, jangan cemaskan aku dan fokuslah pada pelajaran sekolahmu.” Linda menepuk bahu Allexin kemudian masuk ke dalam mobil bersama Hans, Allexin berdiri melihat mobil hitam melaju dari hadapannya. Hembusan nafas keluar dari bibir remaja itu, “Syukurlah kalau boss mu kali ini adalah orang baik, jadi aku tidak begitu mencemaskanmu saat jauh dari rumah.” gumam Allexin lalu ia pergi ke sekolah walaupun
Waktu sudah malam, Linda menyiapkan makan malam untuk Nelvan setelah itu memberi tahu jika makanan sudah siap agar Nelvan datang untuk menyantap makan malam yang sudah Linda siapkan. Linda merasa sangat lelah, sepertinya jika ia berbaring akan langsung menuju ke alam mimpi. Linda melihat Nelvan menyantap makan malam setelah itu tanpa mengucapkan kata terima kasih, lelaki itu pergi. Hembusan nafas di hela oleh Linda, ia membereskan kembali sisa makanan yang ada, hari ini terasa sangat panjang sekali, tidak ada waktu istirahat selain waktu makan, dan sekarang sudah malam tapi ia masih juga belum selesai membereskan rumah Nelvan agar lebiih bersih. Tiba waktu sepuluh malam, Linda tidak bisa lagi menahan rasa lelah yang ia rasakan, pintu kamar di tutup dan Linda langsung menjatuhkan diri di atas tempat tidur. “Nyaman sekali.” ucapnya sambil mengusap seprai lembut dan kasur yang empuk untuk menikmati menuju alam mimpi sebentar lagi, mata
Tak berhenti Linda menghembuskan nafas karena pekerjaan yang di berikan oleh Nelvan, pekerjaan yang bisa di lakukan dengan mudah justru di persulit oleh lelaki itu. Menguras kolam? Yang benar saja, jika itu kolam akuarium dengan dia meter setengah meter mungkin Linda masih bisa melakukannya, tapi yang di suruh Nelvan adalah kolam renang dengan dia meter sembilan dan lebar nyaris empat meter. “Apa dia masih waras? Sepertinya setelah aku berhasil menguras kolam ini aku akan memiliki bisep kekar seperti laki-laki.” Linda menatap lengan ototnya sambil merendahkan bahu, “kau akan menerima pekerjaan kuat jadi kau harus bersiap menerima otot kuat juga.” kata Linda pada lengannya sendiri. Linda tidak tau berapa dalam kolam itu, semoga saja hanya sebatas lutut, ia tidak akan bisa menguras air sebanyak ini dengan kekuatan tangan. “Kau tidak boleh menyerah, lakukan yang terbaik dan buat pria itu puas.” ucap Linda menyemangati dirinya sendiri. Satu persat
Linda menyentuh bibirnya, pintu di tutup dari dalam tanpa membiarkan ada orang masuk bahkan pemilih rumah itu sekalipun. Jika tidak salah tadi Linda merasakan sesuatu di permukaan bibirnya, apa itu nafas buatan yang Nelvan berikan? Kedua bola mata Linda membola, mau nafas buatan atau apapun itu yang jelas lelaki tadi telah mengambil first kissnya. Dan Linda juga tidak mengira Nelvan akan memberikan perintah untuk membuka baju, meskipun Nelvan yang meminta dengan sendirinya tapi Linda masih waras untuk tidak melakukan tindakan seperti itu. Selain tidak sopan membuka baju orang lain, ia juga tau Nelvan adalah pria normal, jangan sampai sentuhan yang tanpa sengaja Linda lakukan berhasil membuat lelaki itu bangun dan bersikap agresif. Linda segera menggeleng dan segera membersihkan tubuhnya sebelum berganti pakaian kering, jangan sampai ia sakit atau Nelvan akan memakinya semakin banyak lagi. Menatap pantulan diri di cermin. Ada sedikit lebam di lengan at
Pekerjaan yang sama perlahan mulai di tekuni oleh Linda, rumah Nelvan begitu luas ia tidak bisa menyelesaikan sekaligus jadi sedikit demi sedikit sesuai kemampuannya ia akan membersihkan rumah itu. “Siapa ya perempuan yang datang kemarin?” gumam Linda. “Kau tidak perlu tau dia siapa.” sahut Nelvan. Linda langsung berbalik kaget melihat ada suara Nelvan di belakangnya, lelaki itu mengendalikan kursi rodanya dengan remot kendali melewati Linda untuk menuju ke dekat kolam ikan hias, menenangkan diri dengan suara air yang mengalir. “Dia mengagetkanku,” ucap Linda. “Hans.” sapa Linda ketika melihat asisten Nelvan datang, Hans tersenyum ke arah Linda, “Kamu melihat Tuan muda?” tanya Hans, Linda mengangguk sambil menunjuk di mana Nelvan berada. Hans menuju ke arah yang Linda tujuk untuk menemui Nelvan, mereka berbicara mengenai pekerjaan yang tidak Linda ketahui, mengabaikan apa yang Hans dan Nelvan lakukan membuat Linda menggelengkan kepala
Beberapa bulan kemudian. Musim telah berganti, gaun putih yang memiliki kain panjang ke belakang menarik perhatian para tamu undangan, veil di kepala Linda juga melengkapi kecantikan dan keistimewaan hari pernikahan yang akan Linda lakukan bersama Nelvan hari ini. Senyum tak pudar dari bibir Linda, satu tangan Linda memegang rangkaian bunga pernikahan dan satu tangan menggandeng tangan Allexin melewati karpet menuju sebuah altar di mana Nelvan telah berdiri di sana dengan seorang pastor. Nelvan memakai tuksedo berwarna hitam, kemeja putih dan juga dasi kupu-kupu berwarna senada dengan tuksedo, Nelvan pun terlihat tersenyum seolah tak sabar untuk segera menggapai Linda. Bagi Nelvan, saat ini Linda terlihat sangat cantik, tak ada wanita secantik Linda di matanya sekarang ini. Dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih dan tambahan taburan berlian sungguh memperindah penampilan Linda, Nelvan sampai terharu jika yang berjalan ke arahnya saat ini adalah wanita yang sebentar lagi
Hari sudah cukup pagi, Linda membangunkan Allexin untuk sarapan tapi remaja itu sudah tidak ada. Jika bukan musim dingin Linda tau kemana Allexin pergi, tapi sekarang ia benar-benar tidak tau kemana Allexin pergi di pagi hari begini?Ponsel Linda raih untuk menghubungi Allexin, tapi ponsel Allexin justru berbunyi di kamar yang ternyata sedang di isi daya. Linda duduk dan menunggu sampai Allexin pulang baru mereka menikmati makanan bersama.Pintu terbuka, Linda langsung berdiri mengira jika itu adalah Allexin, tapi ketika yang mucul adalah Mia, Linda langsung berlari cepat berhambur ke pelukan sahabatnya itu.“Mia! Aku sangat merindukanmu!” ujar Linda.Mia tertawa membalas pelukan Linda, “Aku juga sangat merindukanmu.” Jawab Mia.Linda tersenyum lebar, tadinya Linda pikir Mia datang sendirian tapi melihat ada sosok lain di belakang Mia membuat Linda penasaran, pasalnya orang tersebut membawa banyak barang sampai
Allexin menepuk bahu Linda berusaha untuk menenangkan, tapi bukannya berhasil membuat Linda tenang, kakaknya itu justru tambah menangis, tak peduli jika saat ini Linda terlihat sangat memalukan menangis seperti anak kecil yang ingin permen di depan adiknya.Hembusan nafas berkali-kali di hela oleh remaja itu, “Apa benturan di kepalanya sangat keras sehingga dia tidak mengenalmu?” ucap Allexin.Linda menoleh tapi kemudian menangis lagi, Allexin memijit keningnya. “Sudah jangan menangis lagi, aku tau luka di kepalanya waktu itu memang cukup parah tapi tidak menyangka sampai membuatnya tidak mengingatmu. Mungkin saja itu hanya lupa ingatan sementara, kamu tenang saja, dia pasti akan mengingatmu kembali.” Allexin mengusap lengan Linda.Perasaan Linda masih sangat sakit, ia menjaga Nelvan siang dan malam untuk memastikan lelaki itu sadar kembali, namun begitu Nelvan membuka mata dan berbicara, dia justru tidak mengenal Linda. Hal apa lagi yang
Tak terasa sudah berlalu tujuh hari, dan selama itu Nelvan masih belum mau membuka matanya. Memar di tubuh Nelvan juga sudah berkurang sangat banyak, kemungkinan besar kondisi Nelvan akan segera membaik.Saat Linda membersihkan tubuh Nelvan dengan handuk basah, Allexin datang dengan senyum lebarnya.“Linda.”panggil remaja itu, Linda menoleh dan Allexin memamerkan sertifikat kemenangannya, “aku memang kejuaraan turnamen beladiri kemarin. Kau tenang saja, ini legal dan buktinya aku mendapatkan sertifikat penghargaan.” Lanjut Allxin sebelum Linda marah.“Benarkah?” Linda meletakkan handuk basah ke dalam baskomnya, sertifikat yang di pegang oleh Allexin di ambil oleh Linda, terlihat raut wajah Linda saat membaca nama Allexin tertulis sebagai pemenang di dalamnya.“Maaf, aku tidak bisa menyemangatimu saat kamu bertanding kemarin.” Ucap Linda merasa bersalah.Allexin menggeleng, “Bukan m
Seorang laki-laki yang di kenal Linda sebagai sepupu Nelvan datang, kejadian kecelakaan kemarin masih membuat Nelvan belum sadarkan diri, beberapa bagian di tubuh Nelvan mulai membiru akibat luka.Bagian bahu dan kepala pun sama, melihat kondisi Nelvan yang seperti itu tentu saja membuat siapapun yang melihatnya merasa kasihan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Julius.“Masih belum ada tanda jika Nelvan akan segera bangun.” Jawab Linda, kemudian Linda balik bertanya, “apa ibu dan ayah Nelvan sudah di beritahu mengenai hal ini?”Julius menggeleng.“Entahlah, tapi Nelvan sudah biasa seperti ini. Maksudku, jika dia sakit kedua orang tuanya memang jarang ada yang peduli.” Julius meletakkan bunga sekaligus vasnya di meja.Linda menatap Nelvan, Nelvan punya keluarga yang lengkap tapi tak satupun dari mereka datang menjenguk saat Nelvan sakit, sekalinya yang datang menjenguk dia adalah Julius.Tak be
Kedua tangan Nelvan mengepal kuat seolah bisa mengancurkan apapun dari genggamannya, wajahnya terlihat jelas menahan diri agar tidak memukul siapapun yang ada di sana.Lewat kedua matanya, Nelvan melihat posisi Linda yang berada dalam posisi paling berbahaya, Nelvan merasa sangat bersalah karena dirinyalah Linda berada di posisi seperti ini.“Apa yang kalian inginkan?” ucap Nelvan dengan suara tertahan, ia tidak ingin basa-basi jika hal itu menyangkut keselamatan Linda.Gilbert mengambil dokumen yang di pegang oleh lelaki yang dari tadi ikut dengannya.“Tandatangi ini, kau akan mendapatkan wanitamu dengan selamat setelah menandatangani surat peralihan ini.”Nelvan mengambil dokumen tersebut.“Jangan coretkan tinta di atasnya!” seru Linda, Nelvan menoleh, sejujurnya Nelvan ingin berlari dan menggantikan posisi Linda, tapi ia tidak bisa langsung bertindak seperti itu.Nelvan balik menatap Gilbert
Nelvan menuju lokasi Allexin, tapi tentunya tidak untuk menjemput remaja itu melainkan berencana untuk menghadang mobil yang membawa Linda.Gerakan Nelvan ternyata tidak tepat, orang-orang suruhan Nelvan pun ikut terjun untuk mencari Linda sampai ketemu tapi sudah sekitar tiga puluh menit Nelvan mencari, ia masih juga belum mendapatkan tanda-tanda keberadaan Linda di mana.Kecemasan Nelvan tidak bisa membuat lelaki itu berpikir jernih, yang ia inginkan hanya segera bisa menemukan Linda dengan keadaan selamat.Pangilan dari Allexin kembali masuk dan Nelvan segera menerima panggilan tersebut.“Kamu menemukan Linda?” tanya Nelvan.“Belum, aku dan anak-anak lainnya juga sedang mencari Linda tapi belum ketemu.” Jawab Allexin.Nelvan mematikan ponsel dan menfokuskan diri mencari Linda, Nelvan juga menunggu salah satu dari anggotanya menelfon dengan tujuan mengatakan bahwa Linda baik-baik saja. Namun, sudah lebih dari satu j
Musim dingin tak terasa akan tiba, Nelvan duduk di ruang baca dengan memegang sebuah buku, tapi bukan tulisan di buku tersebut yang ia lihat melainkan sebuah foto gadis cantik yang sedang tersenyum manis.Satu hal yang di rasakan oleh Nelvan saat ini, yaitu bersalah. Bersalah karena dulu ia membiarkan Julia mengantikannya dalam kecelakaan, dan karena kecerobohan yang Nelvan lakukan akhirnya Julia telah tenang di tempat istirahat terakhir.Tak disangka, setelah bertahun-tahun lamanya ada orang yang meniru wajah Julia untuk penipu Nelvan, pantas saja sejak kejadian di rumah sakit waktu itu keberadaan Bella sangat sulit di temukan dan ternyata wanita licik itu merubah wajahnya dengan sosok wanita yang sempat Nelvan lindungi.Rasa bersalah Nelvan bukan hanya untuk Julia, tapi juga untuk Linda. Saat sibuk melamun, tiba-tiba saja Bella yang berwajah Julia datang, sejujurnya Nelvan ingin langsung melemparkan wanita itu ke penjara atau ke dasar laut jika per
Wanita cantik turun dari mobil berwarna biru yang di kemudikan sendiri, wajah yang memiliki sedikit kemiripan dengan Nelvan itu pun memasuki rumah besar di depannya, pintu ruang kerja di buka tanpa perlu di ketuka lebih dulu, hal itu tentu saja membuat terkejut orang di dalamnya.“Kau harus menjelaskan mengenai kenapa ada Julia di rumahmu?” pertanyaan Vania langsung terlontar begitu saja.Nelvan melihat ke arah di mana alat yang di sembunyikan Julia ada di sana, Nelvan berdiri dari kursi lalu mengajak Vania ikut dengannya ke ruang baca, sesampainya di sana tak lupa menutup pintu dan mempersilahkan Vania duduk.“Aku tidak ingin mendangar kata yang terlalu panjang, katakan dengan singkat yang bisa dengan mudah aku mengerti.” Ujar Vania sebelum Nelvan mulai berbicara.Nelvan duduk di sofa lain di ruangan tersebut, “Apa kamu penasaran dengan siapa Julia yang ada di rumah ini?” bukan jawaban melainkan pertanyaan balik.