Robi ke apartemen Maya, Dia berencana membawa wanita itu berlibur, dan saat itu Adam akan mengesekusi Maya. Lelaki itu tersenyum membayangkan sedikit lagi dia akan terbebas dari jeratan dua wanita sekaligus.
Dia berfikir bahwa Ira telah mati, jadi tinggallah Maya yang harus di eksekusi. Adam akan menunggu di lokasi wisata lebih dulu, nanti Robi akan menyusul bersama Maya.
“Sayang, sudah siapin pakain kita?” tanya Robi ketika dia sudah masuk ke dalam apartemen.
Maya berjalan dengan susah payah, kehamilannya yang sudah masuk tujuh bulan membuatnya sedikit kewalahan untuk melakukan aktivitas dengan cepat.
“Sudah, tinggal berangkat aja, emang mau kemana kita?” Maya menjawab, lalu kembali bertanya.
“Katanya kamu mau di nikahi, kita ke puncak buat nikah,” ucap Robi.
Maya yang mendengar itu seketika tersenyum, dia mendekati Robi dan memeluknya.
“Makasih, Sayang!” ucapnya sambil memcium pi
Andika mendatangi kantor polisi, menginfokan keberadaan Robi dan Maya, polisi bergerak cepat menghubungi polsek tempat Robi dan Maya berada, mereka meminta bantuan untuk mengamankan kedua orang tersebut. Tak butuh waktu lama, surat penangkapan Robi dan Maya segera di keluarkan, semua pos polisi telah menerima salinan wajah mereka, agar jika mereka melintas agar segera di amankan. Andika di minta pulang, jika mereka telah di tangkap nanti akan di informasikan. Adam menelpon Robi, mengabarkan jika dirinya sudah ada di posisi yang telah di sepakati. Dia meminta agar Robi segera mengantar Maya, karena waktunya tak banyak dia masih punya job yang harus di kerjakan. Robi membangunkan Maya, memintanya segera bersiap karena penghulu telah menunggu. Tak butuh waktu lama, mereka berdua telah siap. Baru saja mereka menutup pintu mobil dan Robi menyalakan mesin, tiba-tiba. “STOP! Turun dari mobil,” teriak seorang polisi yang
“Gimana tante, puaskan?” tanya Adam, wajahnya yang ganteng menampilkan senyum pepsodent.Wanita yang di panggil tante olehnya, tersenyum malu, bahkan kini tangan wanita itu kembali bergerak nakal di bawah selimut yang mereka gunakan berdua.Adam mengerti jika wanita itu masih butuh kehangatan darinya, tapi bisnis adalah bisnis, sebelum melanjutkan pertempuran untuk ke tiga kalinya, mereka harus membicarakan tarif yang akan Adam dapatkan.“Eits, tunggu dulu!” ucap Adam, dia memegang tangan wanita itu, ketika tangan tersebut sudah mulai beraksi.“Igh... kok di tahan sih, aku kan masih kepengen sayang!” protes wanita itu, dia memanyunkan bibir seperti anak SD yang sedang ngambek minta permen namun tak di kasih.“Sabar, tante. Nanti aku bakalan muasin tante, tapi kita kan belum bicara soal harga?” ucap Adam to the point. Lelaki itu tak ingin membuang waktu.“Mau berapa?” tanya wanita it
“Jangan sekarang, esok malam aja, sekalian di sana kita bisa liat yang bening-bening,” usul Adam.“Dasar, muka mesum! Aku kesana mau minta restu, bukan mau indehoy, se*an!” canda Hamid.“Hahahaaha,” tawa Adam pecah, dia sangat senang menggoda sepupunya.Memang pacar kamu yang mana sih?” tanya Adam penasaran. Dia sebenarnya tak percaya kalau Hamid akan secepatnya melangsungkan pernikahan, dia tau betul kalau sepupunya itu sama halnya dengan dirinya.Mudah jatuh cinta, dan sangat gemar meninggalkan wanita.“Ada deh! Nanti juga kamu bakalan ketemu,” ucap Hamid.Nada dering ponsel Adam berbunyi, lagu rasta terdengar sebagai ringtone. Adam mengangkat, berbicara sebentar, lalu menutup panggilan teleponnya.“Sory, Mid! Aku harus pergi, besok malam aku ke rumahmu untuk menjemputmu.” Adam pamit, meninggalkan Hamid yang masih menunggu Alika.Adam melangkah keluar Caf
Karena jadwal yang padat, Adam baru sampai rumah saat malam hari, dia langsung merebahkan diri di tempat tidur, baru saja hendak terpejam, dia teringat kertas yang di berikan oleh Alika.“Sepertinya ini waktu yang tepat untuk menghubunginya, siapa tau malam ini dia mau berbagi kehangatan denganku!” ucap Adam pada dirinya sendiri. Dia tertawa sambil membuka lipatan kertas tersebut.( LELAKI SEJATI TAK AKAN MEMINTA NOMOR TELPON WANITA DI JALAN, DIA AKAN KE RUMAH WANITA ITU UNTUK MEMINTA SI WANITA PADA ORANG TUANYA, JANGAN JADI BANCI!!!!KALAU MAU NOMOR TELPONKU MAAF TIDAK BISA, KALAU MAU BERTEMU DENGANKU LAGI, MINTA SAMA ALLAH!!!)Adam meremas kasar kertas yang baru saja di bacanya.“Sialan! Lihat saja, aku akan membuatmu bertekuk lutut di depanku.” Adam berkata sambil tinjunya mengepal kuat. Baru kali ini ada wanita yang menolaknya, dia merasa tertantang. Bodohnya dia sama sekali tidak kepikiran untuk mengantar atau membuntut
“Sialan!!!” umpat Adam, dia kesal, kenapa tak menyadari kalau Tamara itu masih SMA, selama ini dia selalu bermain aman, tak mau terlibat dengan gadis-gadis labil, atau bucin. Adam melajukan mobilnya meninggalkan apartemen, dia berharap tak akan bertemu dengan gadis itu lagi. * [Jangan lupa, temani aku nanti malam! ] Chat Hamid kepada Adam. Lelaki itu hanya melihat, tak ada minat untuk membalas chat sepupunya itu, sebenarnya dia malas ke tempat tante Rani, seandainya orang yang mengajak bukan Hamid, pasti dia sudah menolak mentah-mentah. Saat ini, Adam sedang berada di sebuah warkop, memeriksa email yang masuk, beberapa dari klien yang pernah dia selesaikan masalahnya. Mereka mengirim ucapan terimakasih dan perasaan puas karena masalah mereka telah di bereskan oleh Adam. Selama ini, lelaki itu bekerja dengan sangat rapi, dia tak pernah mau bertemu dengan klien jika dia tak mempercayai orang itu, begitu pun dia tidak pern
“Sudah, kamu tenang saja, sekarang ke depan temani Hamid, Mama mau bikin sesuatu.”Bunga mengangguk senang, dia lalu melompat dari tempat tidur, melangkah ke kamar mandi dan mencuci muka, lalu segera memoles wajahnya dengan make-up.Setelah merasa jika penampilannya sudah menawan, Bunga segera ke ruang tamu menemui Hamid.Nampak lelaki pujaan hatinya itu sedang menelpon, dia tak meneruskan langkah, dia diam-diam ingin mendengarkan Hamid menelpon. Sayangnya, belum juga dia mendengar sesuatu, Hamid telah menutup telponnya.“Eh... Bunga!” sapa Hamid, saat melihat Bunga yang mematung di belakangnya.“Mas Hamid!” balas Bunga salah tingkah, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hamid tersenyum melihat gadis itu.“Kapan datang? Kok nggak ngabarin?” tanya Bunga bertubi-tubi. Mereka memang hanya selisih tiga tahun.
“Aku balik yah!” ucap Adam, dia tak mau membahas masalah rambut itu terlalu jauh, tiba-tiba saja hatinya galau, ketika melihat rambut yang di berikan oleh Hamid. Seingatnya, rambut tante Rani modelnya bob jadi tidak mungkin sepanjang itu. Adam menggeleng, dia tak mau mengakui kalau semalam dia tak tidur dengan tante Rani, tapi dengan orang lain. “Semoga saja bukan salah satu dari kupu-kupu malam di situ!” batin Adam. Dia melajukan motornya meninggalkan Hamid yang masih terpaku menatap kepergian Adam. * Mentari menyambut pagi, tempat lokalisasi kembali nsepi, berbanding terbalik dengan keadaan malam hari, semua orang sudah pulang ke rumahnya dan tidur, membuat tempat yang kumuh itu semakin menyeramkan. Beberapa anak kecil berlalu lalang, preman-preman bayaran banyak yang tertidur di teras tempat karaoke, dengan botol alkohol bertebaran di tanah dan meja. Tante Rani bangun dari tidur, lelaki yang menemaninya s
“Kamu akan jadi milikku!” gumam Adam pada dirinya sendiri.Setelah itu dia berkonsentrasi mengemudi, tak berapa lama mereka sampai di tempat tujuan.“Bangun, sudah sampai!” ucap Adam, dia mengoyang-goyangkan bahu Alika, gadis itu membuka mata, dia terkejut, melihat apa yang sedang dia lihat.“Di mana kita?” tanyanya, raut wajahnya berubah pucat.“Di pantai, ayo turun!” jawab Adam.“Nggak! Aku mau pulang!” tolak Alika.“Pulangnya nanti aja, kita habiskan hari ini bersama,” ucap Adam.Dia sengaja menggoda Alika yang terlihat takut.“Nggak!” teriak Alika, dia menepis tangan Adam.“Ayolah sayang!” Adam semakin menjadi, dia seolah ingin merangkul Alika, gadis itu memundurkan badan namun terhalang pintu mobil.“Buka nggak! Tolong... tolong,” teriak Alika