Di sebuah ruang perpustakaan yang tenang, Sun Long dan Liu Yang duduk di meja kayu yang panjang. Lampu temaram memancarkan cahaya yang lembut, menciptakan suasana yang penuh misteri. Wajah mereka menunjukkan kekhawatiran dan kegelisahan."Aku mendapat kabar bahwa monster yang membuat orangtuaku meninggal adalah serupa dengan monster yang menyerang kita kemarin, paman."Sun Long menarik napas dalam-dalam, mencerna informasi yang dia dengar. Dia mengingat tragedi yang terjadi bertahun-tahun yang lalu dan merasa ada benang merah yang menghubungkannya dengan kejadian terbaru ini."Pada saat itu, kita yakin bahwa Lulforch, raja iblis, telah dikalahkan dan kekuatannya mereda. Tapi apa mungkin dia masih hidup?" Sun Long berbicara dengan pikiran terbuka dalam hatinya, mencoba menghubungkan titik-titik tersebut.Liu Yang mengangguk, menggenggam tangannya dengan teguh sebagai tanda kepercayaan dan keyakinannya."Aku yakin, paman," Liu Yang menjawab dengan suara tegas. "Semua kejadian ini terasa
Awan gelap bergulung di hari itu.Banyak anak-anak berusia 12 tahun yang antusias bermain pedang kayu di pekarangan rumah warga. mereka saling tertawa satu sama lain.Tiba-tiba awan gelap menggulung dan angin kencang bertiup, Menerbangkan sebagian besar anak-anak yang sedang bermain. Seorang pria tinggi berjubah hitam muncul dari awan hitam yang berputar-putar.Dia adalah iblis segel ketujuh bernama Hua Mungu.Seringai sinis terbentuk di bibirnya saat dia menatap sekelompok anak-anak yang sedang bermain.Iblis itu tertawa keji, "Hahaha!" Kedatangan iblis yang menyeramkan itu membuat anak-anak ketakutan, tubuhnya gemetar hebat, dan mereka saling berpegangan tangan."Aku akhirnya bisa menyedot darah manusia lagi!" Hua Mungu berteriak keras yang membuat suasana menjadi mecekam.Hua Mungu melayang di udara mendekati anak-anak yang menjadi mangsanya. Bocah bermata biru itu dengan berani maju selangkah di depan temannya.Dia adalah Xiao Fang Lin. "Berhenti, jangan ganggu teman-temanku!" uca
Waktu terus berjalan. Setelah kematian ibunya, Fang Lin menjadi anak yang pendiam di asramanya. Biasanya, Fang Lin selalu ceria dan hangat kepada teman-temannya, tetapi akhir-akhir ini Fang menjadi sangat kasar.Saat itu larut malam, Guo Bai melihat muridnya, yang selalu duduk sendirian di kursi, menatap langit malam. Dia berjalan menuju Fang Lin. Instruktur Guo Bai melayangkan pantatnya di kursi, tepat di sebelah Fang Lin."Apakah kamu masih sedih, Fang?" Guo Bai bertanya tanpa menoleh untuk menatapnya."Tentu saja. Saya kehilangan satu-satunya anggota keluarga yang sangat saya sayangi. Saya hanya tinggal bersama ibu. Saya selalu menghabiskan waktuku bersama Ibu. Ketika saya menghabiskan hari-hariku tanpa ibu, saya merasa sangat kesepian," kata Fang dengan suara gemetar.Hatinya begitu lembut ketika dia berbicara tentang mendiang ibunya, apalagi bayangan di mana Hua Mungu menikam ibunya saat itu. Dan itu selalu menempel dalam ingatannya."Aku tahu betul bagaimana perasaanmu.""Dengar
Seperti yang dijanjikan Instruktur Guo Bai, mereka berangkat ke Kuil Putih yang berada di gunung Hanta.Pagi-pagi sekali, Instruktur Guo Bai membawa Fang Lin untuk mengukur kekuatan spiritualnya. Mengingat kejadian tadi malam membuat Guo Bai tidak bisa tidur sepanjang malam. Mereka saat ini sedang berjalan menuju gerbang Kuil Putih, yang dijaga oleh beberapa penjaga.Guru memberikan lencana khusus miliknya sebagai kartu identitas. Dua penjaga memberi mereka izin untuk memasuki kuil suci.Mata Xiao Fang berbinar ketika dia melihat isi ruangan di kuil putih, gedung kuil layaknya gedung istana yang di desain dengan mewah dan sangat luas. Fang terus memuji keindahan di setiap sudut Kuil Putih.Tangannya masih menyentuh sepanjang dinding yang dicat putih.Mereka berdua memasuki aula dan mendapati artefak yang sangat besar di dalamnya. Itu adalah benda ajaib berusia seratus tahun yang berfungsi untuk mengukur poin spiritual dan kemampuan seseorang."Apa yang sebenarnya akan kita lakukan, Gu
Sekarang mereka berdua pergi ke Asrama Guastria Suci. Guru Guo Bai percaya bahwa Fang tidak mempelajari buku terlarang karena menurutnya tidak mungkin bagi Fang untuk memecahkannya karena Fang masih sangat muda. "Bagaimana latihanmu, Fang Lin?" Guo Bai bertanya tanpa menoleh ke arah muridnya. "Seperti biasa. Tidak ada kemajuan," jawabnya. "Kalau begitu, aku akan melatihmu ilmu pedang dengan teknik yang berbeda khusus untukmu minggu ini. Aku harap kamu bisa belajar dengan baik minggu ini." Mendengar kalimat ini, Fang mengerutkan kening, "Apa yang maksud guru?" "Aku akan mengajarimu secara khusus. Seorang pendekar pedang harus selalu dilatih, Fang. Latihannya harus lebih keras dari hari ke hari agar lebih menantang. Dan kamu juga harus tahu di mana kelemahanmu saat menggunakan pedang," kata Tuan Guo Bai. "Baik, instrukur." Dalam perjalanan pulang, mereka tiba-tiba bertemu dua iblis, yang sekarang menghalangi jalan mereka. Kedua iblis itu tertawa keras, menyebabkan tubuh Fang melor
Hari demi hari, Xiao Fang Lin terus berlatih dengan semangat. Tidak peduli hujan, panas, atau angin badai, dia tetap berlatih bela diri dan sihir yang diajarkan oleh Instruktur Guo Bai. Meskipun poin spiritualnya tidak bertambah, hal itu tidak membuatnya menyerah.Tak terasa, Xiao Fang telah melewatkan banyak musim dan tiga tahun lamanya dia terus berlatih atas arahan Instruktur Guo Bai.“Sudah tiga tahun aku belajar dengan Instruktur. Aku sangat senang sudah banyak mendapatkan ilmu yang bisa kupelajari dari Instruktur,” ucap Xiao Fang yang kini tubuhnya jauh lebih tinggi di usianya yang sudah beranjak dewasa.“Aku bersyukur bertemu dengan Instruktur dan banyak mendapatkan pelajaran. Namun, hari ini izinkan aku untuk pergi mencari Ayahku. Terima kasih sudah membantuku selama ini dan memperlakukan saya layaknya anakmu sendiri. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan Anda, Instruktur.”Xiao Fang membungkukkan tubuhnya sebagai penghormatan dan ucapan terima kasih kepada Instruktur Guo B
Plot bab 6 : Bertemu dengan Huang Xia Fang Lin dan beberapa warga desa bersembunyi di dalam goa, menyusun rencana untuk melawan pasukan yang terus menerus datang untuk membakar desa mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertahan dan melawan, namun situasinya sangat sulit.“Apa rencana kita selanjutnya? Kita tidak akan terus seperti ini. Mereka terus datang dan membakar desa,” tanya Xiao Fang Lin yang tangannya tidak lepas menggenggam tangan mungil si bocah laki-laki itu yang merasa ketakutan.“Kita harus melawan mereka! Tapi bagaimana caranya?” Kata salah satu warga.“Kita harus mencari cara untuk membalikkan keadaan. Tapi untuk saat ini, kita harus tetap bersembunyi dan menunggu kesempatan,” usul Fang.Saar mereka berbicara, tiba-tiba ada suara gaduh di luar goa. Fang Lin memutuskan untuk melihat dari celah dari goa dan melihat seorang gadis sedang berjuan melawan pasukan yang datang.“Wah dia sangat berani.”“Siapa itu?” Tanya warga pada Fang.“Aku tidak tahu, tapi aku rasa kita
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka sampai di sebuah sungai yang lebar. Mereka mencari tempat untuk menyeberang dan menemukan sebuah rakit kayu di tepi sungai. Mereka menaiki rakit tersebut dan Fang Lin membantu Huang Xia mendorong rakit tersebut ke sisi lain.Setelah berhasil menyeberang, mereka berjalan lagi dan akhirnya sampai di sebuah desa kecil. Mereka mencari tempat untuk istirahat dan menemukan sebuah toko kecil di tepi jalan. Mereka membeli beberapa makanan dan minuman untuk dijadikan bekal selama perjalanan.Saat mereka melanjutkan perjalanan, Fang Lin bertanya kepada Huang Xia, “Apa kamu pernah mencari guru sebelumnya?”Huang Xia menjawab, “Tidak, aku tidak pernah memiliki guru. Tapi aku mendengar bahwa mencari seorang guru itu tidaklah mudah. Kita harus sabar dan tekun dalam mencarinya.”Fang Lin mengangguk setuju, “Ya, aku telah belajar banyak dari instruktur Guo Bai dan beliau memintaku untuk mencari guru. Kamu bisa bergabung denganku jika kamu bersedia.”Setelah beb