Waktu terus berjalan. Setelah kematian ibunya, Fang Lin menjadi anak yang pendiam di asramanya. Biasanya, Fang Lin selalu ceria dan hangat kepada teman-temannya, tetapi akhir-akhir ini Fang menjadi sangat kasar.
Saat itu larut malam, Guo Bai melihat muridnya, yang selalu duduk sendirian di kursi, menatap langit malam. Dia berjalan menuju Fang Lin. Instruktur Guo Bai melayangkan pantatnya di kursi, tepat di sebelah Fang Lin.
"Apakah kamu masih sedih, Fang?" Guo Bai bertanya tanpa menoleh untuk menatapnya.
"Tentu saja. Saya kehilangan satu-satunya anggota keluarga yang sangat saya sayangi. Saya hanya tinggal bersama ibu. Saya selalu menghabiskan waktuku bersama Ibu. Ketika saya menghabiskan hari-hariku tanpa ibu, saya merasa sangat kesepian," kata Fang dengan suara gemetar.
Hatinya begitu lembut ketika dia berbicara tentang mendiang ibunya, apalagi bayangan di mana Hua Mungu menikam ibunya saat itu. Dan itu selalu menempel dalam ingatannya.
"Aku tahu betul bagaimana perasaanmu."
"Dengarkan aku, Fang. Kamu tidak boleh terus seperti ini, Fang! Kamu tidak boleh hanya diam. Ingat! Kematian ibumu bukanlah segalanya, ada hal penting yang bisa kamu lakukan, Fang!” Guo Bai berkata sambil menyentuh bahu Fang Lin.
“Jangan bersikap seperti ini. Berhenti untuk menyendiri. Lihat sekelilingmu, kamu masih punya teman. Jika kamu mau, kamu bisa menganggapku keluargamu, Fang," lanjutnya sambil menatap mata biru Fang.
"Apa pendapat guru tentang apa yang harus aku lakukan?" Fang bertanya dengan serius.
"Jadilah pria yang kuat. Kembangkan kekuatan spiritual dan ilmu pedangmu, Fang,” Guo Bai menjeda kalimatnya.
"Dan carilah ayahmu."
Setelah mendengar kata-kata Guo Bai, Fang Lin sadar kembali. Memang benar apa yang dikatakan instrukturya.
“Ini sudah malam. Pergi ke kamar. Teman-temanmu yang lain sudah tidur,” titah Guo Bai.
Fang Lin tidak menanggapi kata-kata Guo Bai, dia mengangguk dan berjalan ke asramanya. Tapi dia berhenti dan menoleh ke gurunya.
“Bisakah saya menjadi kuat? Meskipun keahlian pedangku sangat buruk?" dia bertanya.
"Siapa saja bisa menjadi kuat, Fang. Keterampilan dapat dilatih sejak usia dini. Itu membutuhkan banyak usaha dan pengorbanan," jawab Guo Bai.
"Biklah. Saya akan banyak berlatih mulai sekarang! Saya akan mengambil kelas ekstra untuk melatih keterampilan pedang saya. Seperti yang dikatakan instruktur, harus menjadi lebih kuat!” kata Fang Lin, semangatnya dihidupkan kembali.
Guo Bai, yang mendengar ini, sangat senang melihat api semangat Fang berkobar kembali seperti sebelumnya.
Fang pergi ke kamarnya dan menemukan teman-temannya sedang tidur. Dia tiba-tiba merasa bersalah karena tidak bersikap baik kepada teman-temannya belakangan ini.
“Aku berjanji! Aku tidak akan bersikap buruk lagi. Maafkan aku,” gumam Fang dengan rasa bersalah saat dia melihat wajah teman-temannya yang sedang tidur satu per satu.
Fang naik ke tempat tidurnya dan mulai memejamkan mata.
Di dunia mimpinya dia berdiri di puncak yang sangat luas penuh dengan bunga-bunga indah. Di kejauhan, Fang melihat ibunya berjalan ke arahnya dengan seorang pria yang tidak dikenalnya.
Tidak ada komunikasi, ibunya hanya memberikan bunga matahari kepada Fang. Setelah itu, sang ibu perlahan menghilang dengan tubuh pria yang tampaknya seumuran dengannya.
Fang berteriak kepada ibunya untuk tidak meninggalkannya, tapi sayangnya itu hanya mimpi dan sudah berakhir. Fang segera membuka matanya, terbangun dari tidurnya.
Dia melihat ke luar jendela dan melihat bahwa hari ini tampaknya masih gelap.
“Aku tidak bisa tidur. Lebih baik aku berlatih,” gerutu Fang sambil turun dari tempat tidur.
Fang saat ini berada di ruang pelatihan pedang siswa khusus di Akademi Guastria Suci. Dia sudah memegang pedang kayunya, mulai menggerakkan tubuhnya seperti melawan seseorang. Fang terus berkonsentrasi pada latihan pedangnya, tidak menyadari bahwa sesosok sedang mendekatinya, membuat suasana sedikit tegang dan udara lebih dingin dari biasanya.
Rambut di leher Fang berdiri, dia tidak bisa berkonsentrasi pada pedang.
Fang memutuskan untuk menyelesaikan latihannya, Fang berjalan menyusuri koridor menuju asrama. Dia mendengar tangisan samar.
"Suara siapa itu?"
Dia pergi ke belakang halaman ke arah sumber suara itu. Alangkah terkejutnya ketika Fang melihat makhluk yang sangat menakutkan hendak memakan Jing Yan.
"Jing Yan! Gunakan ini!" Fang berteriak sambil melemparkan pedang kayunya ke Jing Yan, yang dicekik oleh binatang jiwa jahat.
Hewan itu berbentuk rubah, tetapi rubah itu benar-benar sangat hitam, dengan kilatan cahaya hitam di matanya.
Rubah hitam adalah hewan jiwa berusia lima ratus tahun. Kekuatan spiritualnya akan meningkat ketika seseorang menyerap kekuatan hewan jiwa semacam rubah hitam. Jing Yan mencoba untuk mengambil pedang kayu tetapi tangannya tidak bisa menjangkau. Tubuhnya masih tercekik. Fang tidak bisa hanya menonton, dia membantu Jin Yang dengan melompat dan mendorong tubuh rubah ke samping.
Karena kekuatan fisik Fang yang relatif kuat, rubah terpeleset sehingga Jing Yan bisa berdiri dan berlari ke arah Fang. Rubah hitam merasakan sesuatu yang berbeda dari Fang, mata rubah mengamati tubuh Fang dan dia melihat ada sesuatu yang bersinar di tubuh Fang.
"F-Fang. Tolong, aku sangat takut. Aku tidak bisa menghadapinya," kata Jing Yan, terdengar sangat ketakutan.
"Dan kenapa kamu keluar jam segini?" Fang bertanya pada Jing Yan, yang bersembunyi di balik tubuhnya.
"Aku tidak bisa tidur, Fang. Tujuanku adalah untuk mendapatkan udara segar, tetapi saya malah bertabrakan dengan binatang buas,” jawab Jin Yang, masih menatap rubah hitam.
Rubah hitam bersiap untuk berlari ke arah Fang, Fang dengan cepat menarik Jin Yang ke samping.
"Beri aku pedang itu!" perintah Fang.
"Ini pertama kalinya aku melawan binatang jiwa jahat. Guru berkata bahwa manusia tidak bisa membunuhnya tanpa ilmu pedang. Kali ini aku akan mencari tahu apakah itu benar," gumam Fang sambil bersiap untuk melawan rubah hitam.
Mereka juga bertarung, dan rubah hitam melepaskan serangan mulut yang memuntahkan asap beracun.
Fang dan Jing Yan segera mencubit hidung mereka untuk menghindari menghirup gas beracun.
“Tidak bisa seperti ini terus!” Fang meraung dan mulai bertindak.
Menusuk menembus tubuh rubah hitam dengan pedang kayu. Sayangnya rubah tidak jatuh sakit. Dia melemparkan pedang kayunya dan meninju perut rubah beberapa kali. Fang Lin memang terkenal karena kekuatan fisiknya yang luar biasa, sayangnya kekuatan spiritual dan keahlian berpedangnya sagat buruk.
Rubah mulai dikuasai oleh Fang. Karena tidak ingin memberi kesempatan pada rubah hitam untuk bernafas, Fang terus memberikan pukulan keras ke wajah rubah hitam itu. Serangan konstan Fang menyebabkan dia kehilangan kendali. Mata Fang menjadi putih.
Jin Yang merasa ada yang aneh dengan Fang, terus-menerus memukuli rubah hitam meskipun rubah itu terbaring lemah. Tidak ingin terjadi apa-apa, Jing Yan berlari untuk memberi tahu guru.
Segera setelah itu, Guo Bai juga datang dan mencoba menyadarkan Fang yang terus memukuli rubah mati.
“Fang! Hentikan Fang!" Guo Bai berteriak sambil meraih Fang. Betapa terkejutnya Guo Bai ketika dia melihat dua mata Fang yang memutih, lensa biru matanya menghilang.
Tidak dia hanya tidak bisa diam, Guo Bai harus memberikan pukulan ringan dengan kekuatan Torpyd untuk membuat Fang pingsan. Setelah pukulan ringan, Fang kehilangan kesadaran.
Guru Guo Bai segera membawa Fang ke kamarnya dan meminta Jin Yang untuk kembali tidur.
"Ada yang aneh dengan Fang," Guo Bai bergumam sambil menutupi tubuh Fang dengan selimut.
Instruktur Guo Bai membersihkan kedua tangan Fang yang terluka saat melawan rubah dengan tangan kosong.
Tidak lama kemudian, Fang sadar dan membuka matanya.
"Fang?" panggil Guru Guo Bai.
"Di mana ini?" Fang bertanya sambil bangkit dari tempat tidur dan Guo Bai mencoba membantu Fang duduk.
"Apakah kamu lupa apa yang baru saja terjadi?" Guo Bai bertanya.
“Saya ingat ketika saya pergi ke ruang pelatihan. Lalu...”
Ucapan Fang terputus dan dia mencoba mengingat sesuatu.
"Jadi bagaimana, Fang? Apa kamu ingat?"
"Ah ya! Jing Yan! Di mana dia? Rubah hitam menyerangnya. Saya harus membantunya!" Fang berteriak sambil berlari, tapi Guo Bai menahannya.
"Rubah hitam sudah mati, Fang." Mendengar kata-kata itu, Fang merasa lega.
"Syukurlah guru itu membunuhnya. Kalau tidak, rubah akan memakanku dan Jing Yan," kata Fang membuat Guo Bai semakin bingung.
“Fang! Apakah kamu benar-benar tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya? Rubah hitam itu mati karena kau membunuhnya, Fang!"
"Apa?!" Fang berteriak kaget.
"Saya membunuhnya?"
Guo Bai mengangguk, dia membungkukkan tubuhnya untuk mengimbangi tubuh Fang Lin.
"Bagaimana keadaanmu Fang? Apa kamu merasa ada yang aneh? Apa kau baik-baik saja?" Guo Bai bertanya.
“Tentu saja, guru. Saya baik-baik saja." Guo Bai memandang kedua bola mata biru itu, dia teringat kejadian dimana Fang membunuh rubah hitam secara berubi-tubi bahkan membabi buta. Guo Bai terkejut ketika mata Fang Lin memutih bahkan hilang pada saat itu.
"Aku harus mencari tahu tentang Fang Lin. Sejauh ini, Aku belum menemukan konteks dari hal-hal misterius semacam ini," gumam Guo Bai pada dirinya sendiri.
"Guru? Apa ada masalah?" Fang bertanya bingung karena gurunya diam sepanjang waktu.
"Pergilah ke kamarmu dan tidurlah, kita berdua harus pergi ke suatu tempat di pagi hari," perintah Guo Bai
"Baiklah, aku akan tidur.
“Fang. Tolong sembunyikan ini dari siapa pun. Jangan beri tahu yang lain," kata Guo Bai, dan Fang mengangguk mengerti.
Guo Bai melihat muridnya pergi. “Fang benar-benar sangat misterius, sering sekali dia kehilangan kesadarannya seperti ini. Aku khawatir Fang mengalami sesuatu yang tidak diketahui."
"Di sisi lain, Aku curiga Fang adalah putra Siren Light yang sudah lahir."
Catatan : Percakapan antara seseorang yang paling muda menggunakan kata 'Saya'
Seperti yang dijanjikan Instruktur Guo Bai, mereka berangkat ke Kuil Putih yang berada di gunung Hanta.Pagi-pagi sekali, Instruktur Guo Bai membawa Fang Lin untuk mengukur kekuatan spiritualnya. Mengingat kejadian tadi malam membuat Guo Bai tidak bisa tidur sepanjang malam. Mereka saat ini sedang berjalan menuju gerbang Kuil Putih, yang dijaga oleh beberapa penjaga.Guru memberikan lencana khusus miliknya sebagai kartu identitas. Dua penjaga memberi mereka izin untuk memasuki kuil suci.Mata Xiao Fang berbinar ketika dia melihat isi ruangan di kuil putih, gedung kuil layaknya gedung istana yang di desain dengan mewah dan sangat luas. Fang terus memuji keindahan di setiap sudut Kuil Putih.Tangannya masih menyentuh sepanjang dinding yang dicat putih.Mereka berdua memasuki aula dan mendapati artefak yang sangat besar di dalamnya. Itu adalah benda ajaib berusia seratus tahun yang berfungsi untuk mengukur poin spiritual dan kemampuan seseorang."Apa yang sebenarnya akan kita lakukan, Gu
Sekarang mereka berdua pergi ke Asrama Guastria Suci. Guru Guo Bai percaya bahwa Fang tidak mempelajari buku terlarang karena menurutnya tidak mungkin bagi Fang untuk memecahkannya karena Fang masih sangat muda. "Bagaimana latihanmu, Fang Lin?" Guo Bai bertanya tanpa menoleh ke arah muridnya. "Seperti biasa. Tidak ada kemajuan," jawabnya. "Kalau begitu, aku akan melatihmu ilmu pedang dengan teknik yang berbeda khusus untukmu minggu ini. Aku harap kamu bisa belajar dengan baik minggu ini." Mendengar kalimat ini, Fang mengerutkan kening, "Apa yang maksud guru?" "Aku akan mengajarimu secara khusus. Seorang pendekar pedang harus selalu dilatih, Fang. Latihannya harus lebih keras dari hari ke hari agar lebih menantang. Dan kamu juga harus tahu di mana kelemahanmu saat menggunakan pedang," kata Tuan Guo Bai. "Baik, instrukur." Dalam perjalanan pulang, mereka tiba-tiba bertemu dua iblis, yang sekarang menghalangi jalan mereka. Kedua iblis itu tertawa keras, menyebabkan tubuh Fang melor
Hari demi hari, Xiao Fang Lin terus berlatih dengan semangat. Tidak peduli hujan, panas, atau angin badai, dia tetap berlatih bela diri dan sihir yang diajarkan oleh Instruktur Guo Bai. Meskipun poin spiritualnya tidak bertambah, hal itu tidak membuatnya menyerah.Tak terasa, Xiao Fang telah melewatkan banyak musim dan tiga tahun lamanya dia terus berlatih atas arahan Instruktur Guo Bai.“Sudah tiga tahun aku belajar dengan Instruktur. Aku sangat senang sudah banyak mendapatkan ilmu yang bisa kupelajari dari Instruktur,” ucap Xiao Fang yang kini tubuhnya jauh lebih tinggi di usianya yang sudah beranjak dewasa.“Aku bersyukur bertemu dengan Instruktur dan banyak mendapatkan pelajaran. Namun, hari ini izinkan aku untuk pergi mencari Ayahku. Terima kasih sudah membantuku selama ini dan memperlakukan saya layaknya anakmu sendiri. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan Anda, Instruktur.”Xiao Fang membungkukkan tubuhnya sebagai penghormatan dan ucapan terima kasih kepada Instruktur Guo B
Plot bab 6 : Bertemu dengan Huang Xia Fang Lin dan beberapa warga desa bersembunyi di dalam goa, menyusun rencana untuk melawan pasukan yang terus menerus datang untuk membakar desa mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertahan dan melawan, namun situasinya sangat sulit.“Apa rencana kita selanjutnya? Kita tidak akan terus seperti ini. Mereka terus datang dan membakar desa,” tanya Xiao Fang Lin yang tangannya tidak lepas menggenggam tangan mungil si bocah laki-laki itu yang merasa ketakutan.“Kita harus melawan mereka! Tapi bagaimana caranya?” Kata salah satu warga.“Kita harus mencari cara untuk membalikkan keadaan. Tapi untuk saat ini, kita harus tetap bersembunyi dan menunggu kesempatan,” usul Fang.Saar mereka berbicara, tiba-tiba ada suara gaduh di luar goa. Fang Lin memutuskan untuk melihat dari celah dari goa dan melihat seorang gadis sedang berjuan melawan pasukan yang datang.“Wah dia sangat berani.”“Siapa itu?” Tanya warga pada Fang.“Aku tidak tahu, tapi aku rasa kita
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka sampai di sebuah sungai yang lebar. Mereka mencari tempat untuk menyeberang dan menemukan sebuah rakit kayu di tepi sungai. Mereka menaiki rakit tersebut dan Fang Lin membantu Huang Xia mendorong rakit tersebut ke sisi lain.Setelah berhasil menyeberang, mereka berjalan lagi dan akhirnya sampai di sebuah desa kecil. Mereka mencari tempat untuk istirahat dan menemukan sebuah toko kecil di tepi jalan. Mereka membeli beberapa makanan dan minuman untuk dijadikan bekal selama perjalanan.Saat mereka melanjutkan perjalanan, Fang Lin bertanya kepada Huang Xia, “Apa kamu pernah mencari guru sebelumnya?”Huang Xia menjawab, “Tidak, aku tidak pernah memiliki guru. Tapi aku mendengar bahwa mencari seorang guru itu tidaklah mudah. Kita harus sabar dan tekun dalam mencarinya.”Fang Lin mengangguk setuju, “Ya, aku telah belajar banyak dari instruktur Guo Bai dan beliau memintaku untuk mencari guru. Kamu bisa bergabung denganku jika kamu bersedia.”Setelah beb
Huang Xia dan Ding He sedang duduk bersama Fang Lin di ruang tamu Akademi Tianlong. Keduanya terkejut saat mendnegar semua syarat-syarat yang diminta oleh Master Sun Long pada Xiao Fang.“Hal ini tidak mungkin bisa dilakukan,” ujar Huang Xia. “Untuk mendapatkan akar pohon dunia dan batu sihir? Itu akan sulit dilakukan. Apalagi Lautan Asap Kematian dijaga oleh Naga Hitam.”Dong He menggangguk.“Naga Hitam termasuk hewan yang paling dihindari. Bagaimanapun juga syarat ini sebenarnya sangat mustahil untuk dipenuhi. Namun apa salahnya jika dicoba dulu?”Xiao Fang menghembuskan napasnya dengan kasar, dia tahu bahwa semua syarat itu tidak mungkin bisa dia lakukan. Tetapi, apa boleh buat? Dia harus tetap melakukannya, bukan?“Bisakah kalian ikut denganku? Hanya kalian berdua yang bisa kumintai bantuan. Mungkin akan sedikit merepotkan, itupun jika kalian bersedia.”Huang Xia dan Dong He saling pandang, kemudian mengangguk secara bersamaan. Mereka sepakat untuk membantu Fang.Tak perlu ada la
Bab 8 Ruangan aula di Akademi Tianlong adalah tempat yang sanga mmegah dan bersejarah, dengan langit-langit yang tinggi dan dinding yang dihiasi dengan lukisan kuni dan patung-patung Naga. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja besar nan bulat yang terbuat dari kayu mahoni yang sangat indah, di mana para pemimpin dan guru akademi biasanya duduk selama pertemuan penting. Kursi-kursi kayu berderet rapi mengelilingi meja, memberikan kesan kehormatan dan keanggunan. Sun Long berdiri di hadapan pemilik Akademi Tianlong, seorang teman dekatnya yang selalu pergi menjelajahi dunia bersama-sama. Pemilik akademi yang bernama Li Wei itu bertanya, “Aku mendengar bahwa kamu memberikan syarat yang sulit pada seseorang yang datang dari jauh. Dia bernama Fang Lin. Kenapa kamu begitu memberikan syarat yang amat sulit untuk menerima Fang Lin sebagai muridmu?” Sun Long mengalihkan pandangannya dari tira-tirai kain sutra merah yang dihiasi dengan lambang-lambang akademi Tianlong yang mempesona. Mat
Pria berjubah hitam itu matanya berbinar cerah saat melihat ikan panggang yang ada di hadapannya. Dengan cepat dia bergabung dengan Fang Lin dan yang lainnya yang kini menatapnya dengan tatapan penuh tanya.“Siapa dia? Kenapa dia tiba-tiba muncul begitu saja?” bisik Dong He pada Fang Lin.Fang Lin menggelengkan kepalanya pelan, “Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba datang dan memakan ikan panggang dengan lahap. Sepertinya dia sedikit kelaparan.”“Hei. Setidaknya kau perkenalkan diri pada kami,” kata Huang Xia seraya memberikan ikan panggang yang baru pada pria berjubah hitam itu.“Liu Yang. Aku datang untuk pergi ke Akademi Tianlong.”Akademi Tianlong~Fang Lin, Huang Xia, dan Dong He akhirnya tiba di akademi Tianlong setelah melewati banyak rintangan dan bahaya dalam perjalanan mereka. Setibanya di akademi, Fang Lin langsung mencari Sun Long untuk menyerahkan batu sihir dan akar pohon dunia yang dipersyaratkan untuk menjadi murid Sun Long.“Master, saya membawa batu sihir dan akar pohon du