Sekarang mereka berdua pergi ke Asrama Guastria Suci. Guru Guo Bai percaya bahwa Fang tidak mempelajari buku terlarang karena menurutnya tidak mungkin bagi Fang untuk memecahkannya karena Fang masih sangat muda.
"Bagaimana latihanmu, Fang Lin?" Guo Bai bertanya tanpa menoleh ke arah muridnya.
"Seperti biasa. Tidak ada kemajuan," jawabnya.
"Kalau begitu, aku akan melatihmu ilmu pedang dengan teknik yang berbeda khusus untukmu minggu ini. Aku harap kamu bisa belajar dengan baik minggu ini."
Mendengar kalimat ini, Fang mengerutkan kening, "Apa yang maksud guru?"
"Aku akan mengajarimu secara khusus. Seorang pendekar pedang harus selalu dilatih, Fang. Latihannya harus lebih keras dari hari ke hari agar lebih menantang. Dan kamu juga harus tahu di mana kelemahanmu saat menggunakan pedang," kata Tuan Guo Bai.
"Baik, instrukur."
Dalam perjalanan pulang, mereka tiba-tiba bertemu dua iblis, yang sekarang menghalangi jalan mereka. Kedua iblis itu tertawa keras, menyebabkan tubuh Fang melorot lemah. Napasnya menjadi tidak normal dan dia merasa tegang, jantungnya berdetak sangat cepat.
Setiap kali Fang melihat iblis itu, dia diserang oleh semua emosi ini. Selain itu, kepalanya selalu sakit. Selalu terbayang dimana iblis Hua Mungu menikam ibunya pada saat itu. Ini membuat Fang trauma dan menjadi titik kelemahannya.
Fang menundukkan kepalanya dan mencoba membebaskan dirinya dari semua emosi dan mencoba melawan trauma itu. Tubuhnya semakin melemah, dan akhirnya tubuh Fang tergeletak ke tanah. Ini membuat Instruktur Guo Bai panik karena dia belum pernah melihat Fang seperti ini sebelumnya.
"Fang? Apa yang terjadi? Mengapa Fang seperti ini?" kata Guo Bai, yang khawatir dengan situasi Fang saat ini. Kedua iblis itu masih berdiri di depan Guo Bai, mereka tertawa terbahak-bahak ketika melihat dua orang di depannya.
“Bagus untuk kalah pertama kali. Bahkan tidak melawan pun, dia sudah lemah," ejek iblis itu, tetapi Guo Bai mengabaikannya karena dia memprioritaskan keadaan muridnya.
Iblis itu melihat ini sebagai kesempatan emas dan mulai menyerang Guo Bai, yang sekarang sedang merawat Fang yang tidak sadarkan diri. Namun, Guo Bai segera melemparkan serangan kuat dengan kekuatan angin badai, dua tubuh iblis dengan tanduk di kepalanya itu terpental ke belakang.
Rupanya iblis itu tidak menyerah dengan mudah dan menyerang Guo Bai berulang kali dengan kekuatan api, yang merupakan kekuatan yang menjadi andalan mereka.
"Kamu! Lebih baik serang dia, aku akan coba membawa bocah kecil itu," kata iblis itu kepada rekannya.
Kedua iblis itu berpisah, tetapi Guo Bai dengan cepat membawa tubuh Fang ke dalam pelukannya. Guo Bai terus menghindari serangan iblis.
"Iblis-iblis ini sangat membuang-buang waktuku!" Guo Bai menggeram dan kemudian menggendong tubuh Fang Lin.
Dia berperang melawan iblis dan mencoba untuk menyingkirkan mereka, karena sifat iblis tidak mudah menyerah sampai dia mendapatkan darah manusia, yang akan menjadi energi utamanya. Guo Bai mengeluarkan pedangnya, lalu berlari ke arah kedua iblis itu dan berulang kali menyerang mereka dengan Teknik Pemotongan Angin Tajam.
Tebasan ini dapat merusak kulit iblis karena lebih tajam dari yang lain.
"Iblis! Dia menggunakan teknik angin tajam. Kita tidak bisa melawannya!" erang iblis itu kepada temannya.
"Kita tidak boleh menyerah. Kita harus mendapatkan darah manusia. Kita beruda sudah kehilangan banyak energi," kata iblis itu dan mengeluarkan cakarnya yang panjang untuk membuat serangan cakar yang mematikan.
Iblis itu menyerang Guo Bai dengan serangan cakar mematikan yang akan menyebabkan kematian dengan setiap serangan cakarnya.
Shretttt!
Pedang tajam berhasil menembus dada dari iblis yang menyerang Guo Bai dengan cakar yang mematikan. Di sisi lain, rekan iblis membekukan tubuhnya ketika dia melihat Guo Bai membunuh ras iblis.
“Sepertinya aku telah salah memagsa manusia. Dia terlihat sangat kuat bahkan membunuh temanku," gumam iblis itu sambil melangkah mundur.
Tentu saja, Guo Bai tidak akan membiarkan iblis itu lepas dari genggamannya.
"Kamu tidak boleh pergi begitu saja. Kamu menyerangku dan kamu harus mengakhiir apa yang telah kamu mulai!" Guo Bai menggeram saat dia membangun sarang pelindung di sekeliling dirinya sehingga tidak ada yang bisa melarikan diri melalui dinding pelindung.
Tepat saat iblis itu hendak melarikan diri, tubuhnya memantul kembali ke tanah.
"Argh! Sungguh menyedihkan. Keinginan hati untuk mencari darah manusia malah menemui ajal!" pikiran iblis mulai bertobat.
Dia mati-matian mencoba mencari cara untuk menembus tembok pertahanan Guo Bai.
"Aku tidak bisa menerobos tembok ini begitu saja. Aku harus mencari jalan lain..."
Guo Bai masih berdiri mematau semua pergerakkan iblis yang kini sedang berusaha keras ingi melarikan diri.
"Percuma saja kamu berusaha keras untuk kabur, kamu tidak akan pernah lepas dari sini. Apalagi aku sudah membangun dinding pelindung ajaib yang tidak akan bisa kau tembus," tutur Guo Bai dengan santai.
Iblis itu benar-benar sedang tertekan.
"Oh wahai Iblis segel ke-enam. Hamba sadar akan kelemahanku saat ini. Kumohon, tolonglah aku yang kini tengah bersusah sedang melawan manusia yang tidak bisa aku kalahkan," batin iblis itu meminta pertolongan kepada Tuannya.
Tiba-tiba saja terdengar suara petir yang begitu keras juga dengan awan yang kini mulai menggelap. Dinding pelindung yang dibangun oleh Guo Bai itu pecah begitu saja.
Terdengar suara tawaan jahat tanpa wujud. Guo Bai tentu saja tahu suara siapa itu yang begitu menggelegar.
"Itu adalah iblis segel ke-enam. Dasar iblis lemah, hanya untuk menyerangku saja dia harus meminta bantuan kepada Tuannya," gumam Guo Bai seraya menatap taam ke arah iblis itu yang kini tersenyum bahagia karena pertolongan datang untuknya.
"Wahai iblis ke-enam, hamba meminta sedikit kekuatan untuk memberantas manusia yang ada i hadapanku. Aku janji, aku akan menghabisinya tanpa sisa termasuk anak kecil itu," ucapnya sambil menunjuk Fang yang masih tak sadarkan diri.
"Jangan harap kamu bisa mengambilnya. Langkahi dulu mayatku sebelum menyentuhnya!" berang Guo Bai tersulut emosi.
Iblis segel keenam itu menyalurkan sedikit kekuatanny kepada anak buahnya untuk melawan Guo Bai.
Cahaya hitam itu melayang di udara dan segera masuk ke dalam tubuh iblis itu.
Berkat bantuan kekuatan iblis segel keeam itu membuat tubuh iblis itu berubah menjadi sangat besar dari sebelumnya.
Wajahnya menjadi lebih gelap dan lebih menyeramkan, matanya melebar. Bahkan tanduk di kepalanya bertumbuh besar dengan ujung tanduk yang begitu tajam.
Perubahan tubuh iblis itu sama sekali tidak membuat Guo Bai takut.
"Apa menurutmu aku akan gemetar ketakutan saat melihatmu seperti ini? Betapa lucunya tingkahmu iblis sampah!" Guo Bai tersenyum sambil menggenggam erat gagang pedangnya.
Iblis itu segera melemparkan bola api beracun ke arah Guo Bai, tentu saja serangan itu masih bisa dihindari. Tidak ingin membuang banyak waktu, iblis itu segera ingin memenuhi janjinya untuk membunuh Guo Bai hari ini. Iblis itu mengambil pedang iblis dewa api yang tersimpan di tubuhna sendiri.
Dia tersenyum ringan saat dia mulai mencabut pedang yang nantinya akan menembus tubuh Guo Bai.
Akhirnya mereka berkelahi dan kondisinya semakin parah. Suara pedang membuat pertarungan mereka semakin serius.
Mereka bertarung selama hampir tiga menit, sekarang Guo Bai didorong dan terdesak oleh iblis, yang sekarang mengarahkan pedangnya ke leher Guo Bai. Jika dia bergerak sedikit saja, Guo Bai pasti sudah akan mati saat ini juga.
“Kekuatan Iblis Segel Keenam sangat kuat untuk mendorongnya seperti ini,” Guo Bai bergumam dalam hati.
"Hahaha~"
"Sudah kubilang, kamu akan mati hari ini. Dan pedang ini akan menembus tubuhmu! Dan saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya!"
Saat iblis itu mengangkat pedangnya untuk memenggal kepala Guo Bai, sebuah pedang tiba-tiba menembus jantung iblis itu. Seseorang menikam iblis itu dari belakang, dan itu adalah Xiao Fang Lin.
Fang Lin terbangun dari pingsannya saat gurunya tengah terdesak dan nyaris mati.
Mata Guo Bai melebar saat Fang Lin berdiri memegang pedangnya yang sudah berlumuran darah iblis.
"F-fang..."
"Guru! Apakah semuanya baik-baik saja?" Fang Lin bertanya sambil berlari menuju Guo Bai.
"Kapan kamu bangun, Fang?" Guo Bai bertanya.
"Maaf, aku tidak membantu Instruktur melawan mereka. Rasa traumaku langsung menyerangku dan melemahkan tubuhku bahkan aku kehilangan kesadaranku," bisik Fang dengan rasa bersalah.
"Tidak, Fang. Kamu tidak perlu meminta maaf."
"Terima kasih telah menyelamatkan hidupku hari ini, Fang," kata Guo Bai sambil memeluk tubuh kecil muridnya dan merasa sangat berhutang budi pada Fang Lin.
Keduanya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Singkat waktu, sekarang mereka berdua sudah berada di asrama Guastria Suci.
Guo Bai meminta Fang untuk beristirahat di kamarnya.
"Fang! Ke mana saja kamu bersama Instruktur Guo Bai hari ini?" Jing Yan bertanya, ingin tahu ke mana Fang pergi sejak pagi.
"Aku pergi ke Kuil Putih untuk mengukur poin spiritualku," jawab Fang sambil merapikan tempat tidurnya.
Mendengar jawaban temannya membuat Jing Yan sangat senang, mengetahui bahwa Fang Lin sangat menolak keras untuk mengukur kekuatan spiritualnya.
"Benarkah? Bagaimana hasilnya, Fang? Katakan berapa poinnya?" tanya Jing Yan dengan rasa ingin tahu. Tubuhnya mendekati Fang dan menuntut jawaban. "
Tidak perlu tahu. Aku tidak terlalu kecewa dengan hasilnya," jawabnya tanpa memandang Jing Yan, karena dia masih sibuk merapikan tempat tidurnya yang belum sempat dia rapikan saat berangkat tadi pagi.
"Lihat! Sudah kubilang. Kau pasti tidak akan kekurangan poin spiritaualmu. bJadi, berapa banyak poin spirtualmu? Ayo beritahu padaku." desak Jing Yan, yang sangat penasaran.
"Bersihkan dulu pasir di pantai, lalu aku akan memberi tahu jawabannya," katanya brcanda sambil berbaring di tempat tidur karena dia merasa lelah.
Jing Yan erdecak sebal dengan jawaban temannya yang tidak mau mengatakan hasilnya.
“Baiklah kaau begitu. Istirahat yang baik, Fang," kata Jing Yan sambil berjalan keluar dari kamar dan menutup pintu. Fang pura-pura memejamkan matanya.
"Traumaku lebih buruk dari sebelumnya. Biasanya aku hanya merasa takut dan tubuhku pasti merasa gemetaran. Tapi kali ini trauma menyerangku dan melemahkanku. Bahkan aku tidak sadarkan diri," gumam Fang pada dirinya sendiri.
Pikirannya terus mengembara ke kejadian di mana iblis itu hampir membunuh gurunya.
"Istruktur Guo Bai berhasil membunuh iblis segel ketujuh, dan sekarang iblis segel keenam telah muncul kembali. Ada tujuh segel iblis secara total. Ada enam lagi yang belum aku ketahui."
"Ketika iblis-iblis itu terus datang, bukankah mereka semakin menunjukkan keinginan untuk menguasai dunia? Tentu saja, mereka terus memburu manusia dan mengambil darah mereka untuk energi kekuatan mereka. Jangan biarkan orang-orang kalah dan mati karena ras iblis. Itu tidak bisa dibudidayakan dengan mudah." Fang terus bergumam, dia tenggelam dalam pikirannya.
Dia perlahan membuka matanya, merasa aman dan tidak ada seorang pun di kamarnya. Fang bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke meja belajarnya. Dia mengambil sesuatu yang ada di laci mejanya, yang selalu dia kunci agar tidak ada yang bisa mengambilnya.
Fang mengambil Buku Rahasia Terlarang, selama ini dia terus mempelajari semua keterampilan Buku Rahasia, bahkan teknik berpedang. Pada saat dia menemukan buku itu tepat saat Fang sedang bermain di daerah lembah dan menemukan buku itu secara tidak sengaja. Fang sudah tahu bahwa ini adalah buku rahasia terlarang yang tidak boleh dipelajari siapa pun.
Sebuah buku rahasia terlarang yang disebut 'The Secret of Temperance' dapat merenggut nyawa siapa saja yang mempelajarinya. Risikonya besar bagi orang yang tidak mempelajari buku dengan sempurna. Namun, tentu saja Fang tidak bisa menanggung risiko yang begitu besar.
Dia membaca semua instruksi dalam buku itu, kebenarannya adalah bahwa mereka yang tidak memahami Buku Rahasia terlarang itu akan berada dalam bahaya besar. Tetapi, jika mereka berhasil mempelajari buku ini, mereka akan sepenuhnya menyerap semua kekuatan yang terkandung dalam buku rahasia 'The Secret of Temperance'.
Seseorang dapat memperoleh banyak hal jika berhasil menguasai buku terlarang, salah satunya adalah kekuatan spiritual abadi yang tidak dapat diperoleh orang lain. Sayangnya, tidak mudah untuk mendapatkannya.
Fang perlahan membuka buku itu dan mulai membaca satu per satu keterampilan lain yang akan dipelajarinya. Matanya terus fokus membaca buku.
"Aku akan membiarkan kekuatanku terus terhambat bahkan jika poin spiritualku mencapai seratus poin. Aku akan melakukan segalanya untuk mendapatkan semua teknik dalam Kitab Rahasia Suci ini."
Hari demi hari, Xiao Fang Lin terus berlatih dengan semangat. Tidak peduli hujan, panas, atau angin badai, dia tetap berlatih bela diri dan sihir yang diajarkan oleh Instruktur Guo Bai. Meskipun poin spiritualnya tidak bertambah, hal itu tidak membuatnya menyerah.Tak terasa, Xiao Fang telah melewatkan banyak musim dan tiga tahun lamanya dia terus berlatih atas arahan Instruktur Guo Bai.“Sudah tiga tahun aku belajar dengan Instruktur. Aku sangat senang sudah banyak mendapatkan ilmu yang bisa kupelajari dari Instruktur,” ucap Xiao Fang yang kini tubuhnya jauh lebih tinggi di usianya yang sudah beranjak dewasa.“Aku bersyukur bertemu dengan Instruktur dan banyak mendapatkan pelajaran. Namun, hari ini izinkan aku untuk pergi mencari Ayahku. Terima kasih sudah membantuku selama ini dan memperlakukan saya layaknya anakmu sendiri. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan Anda, Instruktur.”Xiao Fang membungkukkan tubuhnya sebagai penghormatan dan ucapan terima kasih kepada Instruktur Guo B
Plot bab 6 : Bertemu dengan Huang Xia Fang Lin dan beberapa warga desa bersembunyi di dalam goa, menyusun rencana untuk melawan pasukan yang terus menerus datang untuk membakar desa mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertahan dan melawan, namun situasinya sangat sulit.“Apa rencana kita selanjutnya? Kita tidak akan terus seperti ini. Mereka terus datang dan membakar desa,” tanya Xiao Fang Lin yang tangannya tidak lepas menggenggam tangan mungil si bocah laki-laki itu yang merasa ketakutan.“Kita harus melawan mereka! Tapi bagaimana caranya?” Kata salah satu warga.“Kita harus mencari cara untuk membalikkan keadaan. Tapi untuk saat ini, kita harus tetap bersembunyi dan menunggu kesempatan,” usul Fang.Saar mereka berbicara, tiba-tiba ada suara gaduh di luar goa. Fang Lin memutuskan untuk melihat dari celah dari goa dan melihat seorang gadis sedang berjuan melawan pasukan yang datang.“Wah dia sangat berani.”“Siapa itu?” Tanya warga pada Fang.“Aku tidak tahu, tapi aku rasa kita
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka sampai di sebuah sungai yang lebar. Mereka mencari tempat untuk menyeberang dan menemukan sebuah rakit kayu di tepi sungai. Mereka menaiki rakit tersebut dan Fang Lin membantu Huang Xia mendorong rakit tersebut ke sisi lain.Setelah berhasil menyeberang, mereka berjalan lagi dan akhirnya sampai di sebuah desa kecil. Mereka mencari tempat untuk istirahat dan menemukan sebuah toko kecil di tepi jalan. Mereka membeli beberapa makanan dan minuman untuk dijadikan bekal selama perjalanan.Saat mereka melanjutkan perjalanan, Fang Lin bertanya kepada Huang Xia, “Apa kamu pernah mencari guru sebelumnya?”Huang Xia menjawab, “Tidak, aku tidak pernah memiliki guru. Tapi aku mendengar bahwa mencari seorang guru itu tidaklah mudah. Kita harus sabar dan tekun dalam mencarinya.”Fang Lin mengangguk setuju, “Ya, aku telah belajar banyak dari instruktur Guo Bai dan beliau memintaku untuk mencari guru. Kamu bisa bergabung denganku jika kamu bersedia.”Setelah beb
Huang Xia dan Ding He sedang duduk bersama Fang Lin di ruang tamu Akademi Tianlong. Keduanya terkejut saat mendnegar semua syarat-syarat yang diminta oleh Master Sun Long pada Xiao Fang.“Hal ini tidak mungkin bisa dilakukan,” ujar Huang Xia. “Untuk mendapatkan akar pohon dunia dan batu sihir? Itu akan sulit dilakukan. Apalagi Lautan Asap Kematian dijaga oleh Naga Hitam.”Dong He menggangguk.“Naga Hitam termasuk hewan yang paling dihindari. Bagaimanapun juga syarat ini sebenarnya sangat mustahil untuk dipenuhi. Namun apa salahnya jika dicoba dulu?”Xiao Fang menghembuskan napasnya dengan kasar, dia tahu bahwa semua syarat itu tidak mungkin bisa dia lakukan. Tetapi, apa boleh buat? Dia harus tetap melakukannya, bukan?“Bisakah kalian ikut denganku? Hanya kalian berdua yang bisa kumintai bantuan. Mungkin akan sedikit merepotkan, itupun jika kalian bersedia.”Huang Xia dan Dong He saling pandang, kemudian mengangguk secara bersamaan. Mereka sepakat untuk membantu Fang.Tak perlu ada la
Bab 8 Ruangan aula di Akademi Tianlong adalah tempat yang sanga mmegah dan bersejarah, dengan langit-langit yang tinggi dan dinding yang dihiasi dengan lukisan kuni dan patung-patung Naga. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja besar nan bulat yang terbuat dari kayu mahoni yang sangat indah, di mana para pemimpin dan guru akademi biasanya duduk selama pertemuan penting. Kursi-kursi kayu berderet rapi mengelilingi meja, memberikan kesan kehormatan dan keanggunan. Sun Long berdiri di hadapan pemilik Akademi Tianlong, seorang teman dekatnya yang selalu pergi menjelajahi dunia bersama-sama. Pemilik akademi yang bernama Li Wei itu bertanya, “Aku mendengar bahwa kamu memberikan syarat yang sulit pada seseorang yang datang dari jauh. Dia bernama Fang Lin. Kenapa kamu begitu memberikan syarat yang amat sulit untuk menerima Fang Lin sebagai muridmu?” Sun Long mengalihkan pandangannya dari tira-tirai kain sutra merah yang dihiasi dengan lambang-lambang akademi Tianlong yang mempesona. Mat
Pria berjubah hitam itu matanya berbinar cerah saat melihat ikan panggang yang ada di hadapannya. Dengan cepat dia bergabung dengan Fang Lin dan yang lainnya yang kini menatapnya dengan tatapan penuh tanya.“Siapa dia? Kenapa dia tiba-tiba muncul begitu saja?” bisik Dong He pada Fang Lin.Fang Lin menggelengkan kepalanya pelan, “Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba datang dan memakan ikan panggang dengan lahap. Sepertinya dia sedikit kelaparan.”“Hei. Setidaknya kau perkenalkan diri pada kami,” kata Huang Xia seraya memberikan ikan panggang yang baru pada pria berjubah hitam itu.“Liu Yang. Aku datang untuk pergi ke Akademi Tianlong.”Akademi Tianlong~Fang Lin, Huang Xia, dan Dong He akhirnya tiba di akademi Tianlong setelah melewati banyak rintangan dan bahaya dalam perjalanan mereka. Setibanya di akademi, Fang Lin langsung mencari Sun Long untuk menyerahkan batu sihir dan akar pohon dunia yang dipersyaratkan untuk menjadi murid Sun Long.“Master, saya membawa batu sihir dan akar pohon du
Suasana pagi yang sejuk di Kota Tua, di kawasan pegunungan mempesona. Fang Lin dan Sun Long, gurunya.Keduanya berjalan dengan santai menuju tebing Hinakara, tempat yang dikenal sebagai sumber daya spiritual yang kuat. Mereka berharap bisa mendapatkan inspirasi baru untuk mengasah keterampilan Fang Lin dalam kultivasi.Namun, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah pasar. Tanpa pikir panjang, Fang Lin dan Sun Long bergegas menuju sana dan melihat sebuah adegan yang mengerikan. Seorang iblis bertubuh besar dengan kulit merah dan tanduk di kepalanya sedang menyerang warga dan menghancurkan pasar."Kita harus bertindak cepat, Fang Lin!" seru Sun Long sambil mempersiapkan diri untuk bertarung."Siap, Master!" jawab Fang Lin sambil mengeluarkan pedangnya.Mereka berdua segera melompat ke tengah kerumunan dan melawan iblis itu. Sun Long menggunakan kekuatannya untuk menghindari serangan iblis dan meluncurkan serangan balik yang tajam dengan sumpitnya. Sementara itu, Fang Lin bergerak d
Fang Lin masih berdiri di depan gurunya.Menatap mata lelaki paruh baya itu dengan ekspresi serius. Pikirannya berpacu ketika dia mencoba memahami mengapa gurunya ingin mengajarinya teknik tertentu.Setelah hening sejenak, Sun Long berbicara, "Fang Lin, teknik ini adalah sesuatu yang hanya bisa kamu kuasai. Aku percaya pada kemampuanmu dan aku yakin kamu mampu mencapai hal-hal hebat dengannya."Fang Lin ragu-ragu sejenak, tidak yakin pada dirinya sendiri."Tapi Master, aku tidak ingin mengecewakan Anda di masa depan. Saya tahu keterampilanku dalam pertempuran sangatlah kurang, terutama dengan ilmu pedangku yang biasa-biasa saja."Sun Long tersenyum meyakinkan. "Fang Lin, aku melihat kemampuan dan potensi besar yang ada pada dirimu. Percayalah, aku tidak sembarang memilih orang untuk kuangkat sebagai muridku."Fang Lin mempertimbangkan kata-kata gurunya dengan hati-hati. Dengan napas dalam-dalam, Fang Lin membuat keputusan. "Baiklah, Master. Aku akan melakukan yan g terbaik untuk memp