“Bisa!” Dewa menyahut dengan suara lantang.Rosalyn menundukkan pandangan lalu mengamati cincin yang melingkar elok di jari manisnya. Ia menjadi teringat kala itu tanpa sengaja membaca pesan singkat di ponsel sang suami. Pria di hadapannya ini seakan-akan selalu meluluhkan wanita menggunakan benda berkilau, Rosalyn yakin itu.Alih-alih meminta bukti, justru Rosalyn mlontarkan pertanyaan, “Apa kamu selalu membujuk wanita dengan cara ini?”Seketika Dewa terbelalak lalu menggeleng kepala. Bahkan ia sempat menautkan alisnya dan memutar bola mata. Setelah berhasil mengingat sesuatu, Dewa manggut-manggut.“Kamu masih ingat cincin Vinsensia?” Pertanyaan Dewa mengoyak luka masa lalu.Senyum kecut terukir pada bibir tipis berwarna merah, Rosalyn mengangguk pelan.“Sebenarnya … itu bukan cincin dariku. Tapi dia pesan sendiri dari toko perhiasan, dan aku hanya membantu mengambilnya saja. Aku tidak bohong,” tutur Dewa panjang lebar.Rosalyn menganga sebab suaminya jarang sekali memberi penjelasan
“Ada apa?” Dewa merangkul tubuh Rosalyn dan membawanya duduk di sofa.Diam-diam pria itu melirik ponsel di atas lantai. Pikiran Dewa menjadi gelisah sebab mengetahui Feli menghubungi Rosalyn. Sudah pasti hal itu berhubungan dengan putrinya.“Arimbi pingsan. Tolong temui Bibi Feli dan Arimbi … badanku lemas,” tutur Rosalyn.Dewa mengangguk tanpa mendebat. Ia memberi saran, “Kalau begitu kamu istirahat saja di kamar rawat. Mau?”Rosalyn melemah dan mengiakan permintaan sang suami. Ia memerlukan waktu sendirian untuk menenangkan diri. Rasanya tidak sanggup menemui Arimbi dalam kondisi seperti ini.Gegas Dewa memesan kamar rawat, lalu memastikan Rosalyn beristirahat dengan nyaman. Kemudian ia menuju bangsal gawat darurat, menanti Arimbi dan Feli. Tidak lama kemudian ambulan tiba, iris abu-abu Dewa menangkap tubuh lemas putrinya dalam gendongan petugas medis.Dewa menemani Feli instalasi gawat darurat. Di sana, Arimbi diberikan pertolongan pertama. Setelahnya dokter memutuskan gadis kecil
“Kurang ajar!” bentak Kevin. Meskipun berada di ambang kesadaran Kevin tidak tinggal diam. Pria itu mengulurkan tangan ke leher Vinsensia dan mencengkeram dengan erat. Seketika wajah gadis itu menjadi pucat dan sedikit membiru. Tidak lama kemudian Kevin tergeletak di samping tubuh Vinsensia. Akibat ketakutan gadis itu langsung melarikan diri dan meninggalkan Kevin dalam keadaan terluka. ** Satu hari setelahnya, di tempat berbeda Dewa dan Rosalyn tampak tersenyum bahagia melihat keceriaan Arimbi. Gadis kecil itu bernyanyi dan tertawa riang. Bahkan Arimbi makan dengan lahap, padahal kemarin tubuhnya sangat lemas. “Lihatkan dia bahagia karena kita bersatu,” bisik Dewa. Ia juga mengambil kesempatan, mengecup pipi kenyal Rosalyn. Seketika Rosalyn memelotot dan menoleh. Tentu saja Dewa telah bersiap, pria itu mendekatkan kepala sehingga bibir kedunya menempel. Buru-buru Rosalyn menjauh kemudian berpindah posisi duduk di sofa. Ia merasa kesal lantaran sang suami berlagak seolah-olah mer
Sesaat Dewa tertegun mendengar ucapan Rosalyn. Pria itu mengangguk pelan lantas meraih tangan lembut wanita itu, lalu berkata, “Aku janji tidak mengecewakanmu lagi.” Namun Rosalyn menarik tangannya sambil mengamati lekat-lekat wajah sang suami. Ia menggelengkan kepala lalu menyahut, “Aku melakukan ini demi Arimbi, bukan jadi istrimu lagi.” Helaan napas panjang keluar dari sela bibir Dewa. Sebenarnya mendengar ucapan Rosalyn membuat jantung pria itu seakan diremas kuat. “Kamu istriku. Selamanya tetap istriku!” tegas Dewa kemudian berlalu pergi dari ruangan. ** Tiga hari setelahnya, Arimbi diizinkan pulang. Akan tetapi Rosalyn tidak kembali ke Vila Caldwell. Menurutnya terlalu banyak kenangan pahit dan menyakitkan di sana. Semula ia memilih tetap menginap di Mansion Arnold. Ternyata Dewa menolak dengan alasan pribadi, sekarang mereka tinggal di kediaman Keller. “Kamu menebusnya dari bank? Kapan?” tanya Rosalyn setelah menaruh pakaian kotor Arimbi ke dalam keranjang. Ia juga menga
Sementara di tempat berbeda tepatnya sebuah bangunan sederhana di sekitar pedesaan. Seorang perempuan sedang meremas ponsel. “Dewa kamu benar-benar keterlaluan. Kamu tidak peduli lagi sama aku!” jerit orang itu.Tidak lama telepon genggamnya berdenting lagu, pesan singkat diterima. Bukan dari pria pujaan tetapi orang lain.[Nona Vinsensia, Anda tidak bisa sembunyi. Sebaiknya kembali ke Kota Jenewa. Percuma Anda menunggu Pak Dewa, beliau sudah bersama Nyonya Rosalyn.]“Sialan!” pekik Vinsensia lantas membanting benda pipi hingga terbelah dua. “Musibah yang menimpaku karena Rosalyn dan anak-anaknya!”Vinsensia menatap bengis pemandangan perbukitan elok di depan mata. Gadis itu terpaksa bersembunyi di pedesaan sebab Kevin mencari bahkan menerornya beberapa kali. Hal itu terjadi karena Vinsensia tidak memiliki uang lagi. Kini gadis itu kesulitan materi paska Dewa menghentikan pengiriman dana. Hanya saja Dewa telah memberikan posisi cukup penting di perusahaan cabang, tetapi Vinsensia bu
“Dia tertawa bersama pria lain?!” Dewa menggeram dan mengepalkan tangan kala melihat Rosalyn tertawa lepas tepat di hadapan seorang lelaki tampan yang usianya beberapa tahun lebih muda.Rongga dada Dewa seketika membara. Bahkan kening serta tubuh pria itu menjadi berkeringat padahal sedang musim dingin.Jika mematuhi ego, ingin sekali Dewa menghampiri keduanya lalu membawa Rosalyn pulang. Hanya saja penampilannya jauh dari kata rapi. Diam-diam Dewa mengamati pantulan diri pada dinding cermin besar di depan restoran hotel. Seketika ia merasa seperti pria tua yang tidak cocok bersanding bersama Rosalyn.Saat ini juga Dewa menghubungi asistennya. “Pandu kirim penata rambut ke rumahku!” titah Dewa dengan nada menggebu.Setelahnya, Dewa tersentak manakala wanita pemilik paras ayu mendadak menghilang bersama Tuan Bradley. Detik itu juga pikiran pria itu menjadi buruk, sekarang ia berencana mencari Rosalyn di setiap kamar hotel.Ketika melewati taman hotel, Dewa tercengang melihat bagaimana c
“Dewa ….” Kompak Rosalyn dan Claudya. Keduanya berlari memasuki rumah.Tiba-tiba saja semua orang termasuk para pelayan tercengang melihat Presdir Cwell Grup. Bahkan Rosalyn bergeming selama beberapa detik. Seolah-olah wanita itu terlempar ke masa lalu—kehidupan sembilan tahun silam, di mana ia pertama kali bertemu sang suami.Dahulu Rosalyn tergila-gila dengan pesona suaminya. Makanya, ia sering kali menggoda Dewa tetapi pria itu memperlakukannya sebagai wanita pemuas ranjang.“Papa potong rambut?” Arimbi menganga kemudian geleng-geleng kepala.“Apakah Papa gondrong dengan Papa ini orang yang sama?” Brahma memindai penampilan baru Dewa.Bukannya menjawab pertanyaan kedua buah hati, Dewa malah memangkas jarak mendekati Rosalyn. Satu tangan lebar pria itu merengkuh pinggul ramping, lantas ibu jari dan telunjuk Dewa mencubit lembut dagu lancip Rosalyn.Dengan percaya diri tinggi, pria itu berkata tepat di depan wajah cantik, “Apa kamu menyukainya?”Rosalyn membisu, dalam hati ia akui me
“Kenapa lagi?” tanya Dewa. Tiba-tiba saja pria itu melingkarkan tangan kekarnya pada perut rata Rosalyn. Tentu saja membuat wanita itu terkesiap dan tidak dapat melarikan diri karena dekapan Dewa sangat erat.Alih-alih menjawab justru Rosalyn melontarkan pertanyaan, “Menurutmu kenapa?”“Tidak apa-apa masih ragu. Lain waktu juga kamu luluh,” sahut Dewa. Kelopak mata Rosalyn langsung melebar serta kepalanya menggeleng pelan. Ia merasa bagaimana mungkin seorang Antakadewa dapat mengucapkan kata-kata percaya diri. “Saranku … seandainya gagal, kamu jangan menangis ya.” Ucapan lembut Rosalyn diakhiri senyum manis.Namun seringai tipis terukir pada bibir sensual pria itu. Dalam hitungan satu detik Dewa memutar tubuh Rosalyn sehingga keduanya saling berhadapan. Ia menggunakan punggung tangannya untuk membelai lembut tulang pipi Rosalyn lalu bergeser pada bibir ranum.“Bibir seksimu ini jahat banget,” keluh pria itu. Dewa melangkah maju, membuat Rosalyn terpaksa mundur perlahan hingga pung