Beranda / Romansa / Passed By You!!! / Chapter 4 | Sushi

Share

Chapter 4 | Sushi

Penulis: Sheillya Pradina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Baik, cukup sampai di sini saja materi yang saya jelaskan." Setelah menyelesaikan materi pengantar yang dijelaskannya, Dareen lalu keluar dari kelas. Kemudian, kurasa ponselku bergetar. Aku lalu melihatnya, rupanya ada pesan singkat dari Dareen.

"Keruangan saya sekarang juga!" Aku heran kenapa dia mengirim pesan singkat, kenapa tidak dari tadi saja bilangnya ketika menutup kelasnya. Dasar dosen aneh!

"Permisi, Mr.Ivander," ujarku seraya mengetuk pintunya yang setengah terbuka.

"Masuklah."

"Ada apa, Mr.Ivander memanggil saya?"

"Apa kau lupa untuk membantuku menyusun data mahasiswa?"

"Ah tentu tidak, aku pikir Mr.Ivander yang sudah lupa. Soalnya saya selama seminggu ini menunggu anda untuk menghubungi saya."

Dia terkekeh. "Kau menungguku untuk menghubungimu? Kenapa bukan kau saja yang menghubungiku?"

Aku hanya tersenyum kikuk tidak menjawabnya lagi, kenapa aku yang menghubunginya padahal dia yang butuh. Dimana-mana yang butuh bantuan dong yang menghubungi.

"Sudahlah, kau membawa laptop kan?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Keluarkan laptopmu dan nyalakan."

Aku yang tadinya berdiri kini beralih duduk di depannya yang masih sibuk dengan komputernya. Kemudian, aku mulai menyalakan laptopku. Dia lalu memberikan sebuah rekap dokumen yang cukup tebal.

"Ini adalah data-data yang mengambil kelasku. Kau harus menyusun ulang dan menjadikan satu di Microsoft Excel. Susun sesuai jadwal kuliahnya dan abjad."

"Ini sangat banyak, aku tidak bisa menyelesaikan langsung." Jika kulihat-lihat ada sekitar 400 atau 500 data mahasiswa yang harus ku salin ulang.

Dia menaikkan alisnya. "Siapa yang bilang sedikit dan siapa bilang kau harus menyelesaikannya sekarang?"

"Bukankah anda membutuhkannya sekarang?"

"Tidak juga, kau bisa menyicilnya. Tapi, jangan terlalu lama mengerjakannya."

Aku hanya bisa pasrah seraya mendengus.

"Kenapa? Kau tidak mau? Kau tidak ikhlas?"

"Ah—tidak. Tapi, bukankah ada salinan data di bagian di layanan akademik?"

"Yah memang ada. Tapi, itu data lama. Mereka belum memperbaruinya, kenapa kau ini banyak protes. Sudahlah, kerjakan sekarang saja!"

Aku banyak protes, perasaan aku hanya menanyakannya saja. Kenapa dia menjadi sensitif begitu. "Iya, akan kukerja. Tenang saja."

Aku mulai mengetikkan satu per satu data-data mahasiswa ini dan sekarang aku baru sampai di data yang ke 30. Sementara, hari semakin gelap. Aku juga mulai lapar. Tadi, aku lupa untuk makan siang.

"Apa kau lapar?" tanyanya. Apa dia mendengar kata hatiku atau bisa membaca isi pikiranku. "Kenapa kau menatapku seperti itu, Hei aku bertanya kepadamu. Apa kau lapar? Perutmu dari tadi bunyi terus dan itu sangat mengganggu."

"Aku lapar tapi aku—" Belum menyelesaikan kalimatku, dia langsung berdiri dan memakai kembali jasnya.

"Ayo kita pergi makan."

"Tapi ini belum selesai, bahkan sepertiganya saja belum."

"Bawa saja, kau bisa melanjutkannya di rumahmu. Ayo kita pergi makan, lagian hari semakin gelap.

Aku lalu mulai membereskan dokumen tersebut dan mematikan laptopku kemudian keluar dari ruangan Dareen. Saat aku berjalan ke arah kanan ia bertanya, "kau mau kemana?"

"Tentu aku mau pulang."

"Apa kau tidak dengar tadi, kita makan dulu dan mobilku diparkir di sebelah sana." Ia menunjuk ke arah kiri. "Ayo, aku juga akan sekalian mengantarmu pulang."

***

Aku tidak menyangka Dareen membawaku ke restoran sushi. Aku pikir dia hanya membawaku ke tempat makan yang biasa-biasa saja yang tidak jauh dari kampus. Bagaimana, kalau dia menyuruhku untuk membayarkannya? Kalau dilihat-lihat mungkin harga makanan disini mahal. Aku mempunyai uang tapi aku mulai menghemat.

Lalu ketika kami ingin masuk, aku melihat sebuah papan bertuliskan 'Reservation Only' lantas aku menahannya. Dia lalu berbalik ke arahku menatapku heran kemudian aku menunjuk papan itu. Apa dia tidak melihat papan yang tertera itu yang cukup besar.

"Sudahlah, ayo masuk."

Aku mengkerutkan alisku, dia tetap masuk, tidak memperdulikan tulisan di papan dekat pintu itu. Aku hanya bisa pasrah dan mengekorinya. Diusir baru tahu dia bagaimana rasanya malu.

"Hei Dareen!" Kulihat orang China menyapanya dengan akrab, bahkan mereka saling berpelukan.

"Chen, long time no see. Apa kau menyediakan ruangan yang kuminta."

"Tentu. Siapa wanita ini?" tanyanya begitu melihat ke arahku yang mengekor di belakang Dareen sedari tadi.

"Dia Amanda, mahasiswiku."

"Seriously? Apa dia—"

"Tidak, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Ayolah tunjukan dimana aku makan. Kami sudah lapar." Aku hanya diam dan bingung dengan interaksi mereka berdua.

"Oke baiklah, tunggu." Chen lalu memanggil pelayan wanita. "Silahkan kau antar mereka."

Aku dan Dareen lalu mengikuti pelayan wanita itu. Aku tidak menyangka, kami berada di ruangan khusus tempat yang hanya kami berdua bukankah ini VIP? Kapan dia reservasi tempat? Dan kenapa dia reservasi tempat ini? Kenapa bukan yang umum saja?

"Kenapa kau kebingungan seperti itu?" tanyanya.

"Kapan kau reservasi tempat seperti ini? Bukankah ini akan bayar lebih, aku tidak mau membuang-buang uangku hanya untuk makan di tempat khusus. Sebenarnya, diluar juga nyaman-nyaman saja."

"Kau tidak usah khawatir soal itu."

"Lalu, Chen itu siapa?"

"Dia manager sekaligus pengelolah restoran ini. Kakaknya adalah pemiliknya."

"Kalian saling kenal?"

"Tentu, kami dulu satu kampus."

Aku hanya manggut-manggut. Ternyata dia punya teman dan relasi yang hebat juga. Tidak lama kemudian, datang berbagi jenis sushi. Aku melihat sushi itu, dapat kupastikan semua pasti sangat enak.

Kulihat Dareen dari tadi masih memainkan ponselnya. Sementara, sushi ini sudah terhidangkan semua. Apa dia tidak makan? Aku menunggunya agar dia makan duluan, tapi dia masih sibuk dengan dunianya sendiri.

"Mr.Ivander, apa kita sudah bisa makan?" tanyaku yang sudah tidak menahan rasa lapar di perutku ditambah sushi yang mengilerkan ini ada di depanku.

Dia lalu menurunkan ponselnya. "Kau menungguku?"

Aku mengangguk.

Dia terkekeh. "Ya sudah, ayo makan. Makanlah yang banyak."

Aku tanpa berkata-kata lagi dan tanpa malu langsung melahap sushi itu. Aku yang terlalu serius dan begitu menikmati sushi ini tiba-tiba tersedak. "Uhuk..uhukk.

uhuk."

Dareen langsung memberikanku air minum. "Pelan-pelanlah makan, ia tidak akan lari."

Aku lalu meneguk air minum yang diberikan Dareen. Setelah meneguk air, aku kemudian menatapnya dengan mengkerutkan alisku. "Siapa juga yang bilang sushi itu bisa lari," protesku.

"Soalnya kau makan begitu tergesah-gesah. Apa kau takut aku akan menghabiskannya duluan?"

"Apa? Tidak, aku tidak bepikir begitu. Hanya saja, aku sudah sangat lapar." Seenaknya saja dia menuduhku yang bukan-bukan.

Kulihat dia menikmati tuduhan itu terbukti dengan raut wajahnya yang menahan tawa. "Tenang saja, kalau kau masih mau kau bisa tambah lagi. Tidak usah terburu-buru."

"Ah—tidak usah. Aku tidak makan sebanyak itu."

Dia lalu melanjutkan lagi makannya yang sempat terhenti karena mengejekku akibat aku tersedak. Seketika, mood makanku sudah mengurang.

"Lanjutkan makanmu, tidak usah malu begitu," katanya datar.

Dalam hati aku mengumpatinya. Kenapa dia jadi sok asyik begitu. Memangnya kita teman. Apa dia berasa masih muda jadi menganggapku teman sebayanya.

"Kenapa masih diam, makan sushimu itu atau kau kusuruh bayar semua ini," ancamnya membuatku langsung kembali melanjutkan makanku.

"Iya..iya aku akan kembali makan Mr.Ivander," kataku.

"Kau tidak usah begitu formal kepadaku. Kau bisa memanggilku Dareen kalau kita hanya berdua."

Aku lalu menganggkat pandanganku ke arahnya. Dia menatapku dengan serius dengan mata coklat mudahnya itu.

~~oo~~

Bab terkait

  • Passed By You!!!   Chapter 5 | Senior

    "Kita jadinya nonton apa?" tanya Gavin. Kini kami sedang berada di bioskop, berhubung malam minggu maka kami sekeluarga memutuskan untuk nonton film. Ibu juga terlihat suntuk beberapa hari. Mungkin karena ia merasa kesepian tanpa suaminya. "Amanda, kalau kau mau nonton apa?" Natalie melempar pertanyaan kepadaku yang bingung mau nonton film apa. "Aku mengikut saja." "Mom¸mau nonton film apa?" "Terserah kalian saja." "Kenapa kalian para wanita ini tidak pernah memberi jawaban jelas dan pasti. Giliran filmnya yang aku pilih terus kurang bagus kalian akan mengeluh," gerutu Gavin yang dari tadi sudah mengantre tapi belum juga mendapat kepastian wanita.

  • Passed By You!!!   Chapter 6 | Late

    Aku berlari terburu-buru menyusuri koridor kampus. Bagaimana tidak terburu-buru, kelas sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu dalam artian aku terlambat. Semalam aku menghabiskan malamku dengan bermaingamebersama Gavin dan aku lupa kalau kelas Dareen hari ini dimajukan dengan alasan dia harus rapat dosen. Tok..Tok..Tok. Aku mengetuk pintu ragu lalu membukanya dengan ragu. "Maaf Mr.Ivander saya terlambat, apa saya masih boleh mengikuti kelas?" Dareen menatapku tajam. "Kau tahu betul aturanku kan, datang dengan tepat waktu. Apa kau datang tepat waktu sekarang?" Aku menggeleng pelan. "Maaf, Mr. Ivander. Aku lupa jika jadwal hari ini dimajukan."

  • Passed By You!!!   Chapter 7 | Uncomfortable

    Saat ini aku sedang berada di perpustakaan sibuk mengerjakan data-data mahasiswa. Sekaligus, mengerjakan tugas yang diberikan Dareen kemarin sebagai hukuman karena diriku terlambat. "Tidak kusangkan Mr.Ivander memberimu banyak tugas," ucap Jessica tiba-tiba yang sedikit mengagetkanku karena keberadaanya. "Yah, dia sedikit kejam menurutku," jawabku sembari berkutat dengan laptopku. "Kau dari mana saja?" "Aku tadi menyempatkan diriku untuk bertemu dengan Noah. Apa kau tahu, aku dan Noah sudah resmi berpacaran." "Betulkah? Kapan?" Aku turut senang mendengar Jessica jadian dengan Noah. Ia adalah senior kami di kampus. Dia pintar, tampan, dan baik. Jessica sudah lama mengejarnya namun Noah selalu mengabaikannya. Kini, mereka sudah berp

  • Passed By You!!!   Chapter 8 | Bring Him Soup

    "Morning!" sapaku begitu melihat semua mereka di meja makan. "Kau sudah bangun?" tanya ibuku. Aku mengangguk, kemudian aku melihat paman James keluar dari kamar mandi. "Paman—ehm maksudku,Dad.KapanDaddatang?" "Aku baru saja tiba sekitar satu jam yang lalu. Apa kabarmu,beauty?" "Tentu baik." "Dia sedang dekat dengan Dareen," sahut Gavin. Aku melihat ke arahnya yang mengeluarkan kalimat hoax. Dia betul-betul cocok jadi lambe turah, membawa berita tanpa bukti yang konkrit. "Hei, penyebar fitnah yah anda!" Aku menantapnya tajam.

  • Passed By You!!!   Chapter 9 | In The Apartement

    Setelah aku menjelaskan semuanya dengan Dareen. Begitupun dia yang telah menjelaskan bagaimana bisa dia sampai makan siang bersama Jules. Meskipun aku tidak memintanya. Aku sudah bilang untuk tidak perlu menjelaskan namun dia tetap saja menjelaskan. Dareen dan Jules tidak sengaja bertemu di parkiran kampus. Awalnya memang Jules ingin menghampiri pamannya yang ternyata adalah rektor di kampus. Lalu, Jules mengajak Dareen untuk sekalian makan siang karena pamannya masih ada urusan. Sehingga hanya mereka berdua. Setidaknya itulah versi yang diceritakan Dareen kepadaku. "Kau sudah mengerjakan tugas hukumanmu?" tanyanya yang berhasil memecah keheningan antara kami berdua. "Kebetulan kau mengingatkanku. Rencana aku ingin sekalian menyerahkannya." Aku lalu memberi laporan makalahku kepadan

  • Passed By You!!!   Chapter 10 | Dareen and Alex

    Ketika aku sibuk mengerjakan tugas pendataan mahasiswa milik Dareen, aku tiba-tiba mendengar suara Alex yang menangis dengan kencang. Aku langsung berlari menuju kamarnya. Sesampaiku di kamarnya, terlihat Alex sudah tergeletak di lantai. Kutebak, sepertinya Alex terjatuh dari tempat tidur. Aku lalu menggendongnya sambil menenangkannya. "Hust.. diamlah,auntydi sini sayang." Alex semakin menangis dengan kencang. Aku kemudian mengusap punggung dan sesekali menepu-nepukknya agar ia tenang. "Ada apa, Amanda? Alex kenapa?" tanya paman James langsung dengan khawatir, begitu ia ada di kamar Alex. Di belakangnya ada ibu dan juga Dareen. "Sepertinya Alex jatuh," jawabku yang masih berusaha menenangkan Alex. "Apa dia baik-baik saja?" tanya ibu.

  • Passed By You!!!   Chapter 11 | Look Similiar

    Alex tak henti-hentinya tertawa begitu aku membantunya bermain ayunan. Dareen pergi membeli minuman untuk kami berdua. Setelah puas dengan bermain ayunan kini Alex menuju ke arah seluncuran. Memang taman dekat rumahku begitu dilengkapi dengan arena permaian anak. Tidak lama kemudian Dareen sudah datang. Dia lalu memberiku air botol mineral, dia juga membawa permen kapas yang dia belikan untuk Alex. Alex terlihat senang menerima permen kapas dari Dareen. "Kenapa kau memberinya permen?" protesku. "Memangnya kenapa?" tanyanya datar tanpa ada rasa bersalah sama sekali. "Tentu tidak bisa, itu kurang baik untuk gizinya sama pertumbuhan giginya," jawabku yang sedikit kesal. Enak saja dia ingin memberi Alex makanan tidak sehat.

  • Passed By You!!!   Chapter 12 | Pasta

    "Cukup sekian kelas hari ini. Jangan lupa minggu depan kita ada kuis. Bagi yang belum menyelesaikan tugas segera selesaikan sebelum hari kuis," kata Mr. Taka yang kemudian berlalu keluar dari kelas. Aku merenggangkan badanku, dua jam mendengar ceramah yang begitu kaku membuatku begitu mengantuk. Dan juga dia termasuk dosen yang sangat keras. Di kelasnya, kami tidak bisa melakukan apapun selain memperhatikan dirinya berceramah. "Mr. Taka sudah tua, buncit, botak, menyebalkan lagi." Jessica mencacinya. Ia masih menyimpan dendam kepada Mr. Taka mengingat semester lalu dia hampir saja tidak lulus di kelas Mr. Taka hanya karena dia lupa mensenyapkan ponselnya. "Meskipun begitu, tapi kau takut tidak lulus di kelasnya 'kan?" timpalku. "S

Bab terbaru

  • Passed By You!!!   Chapter 27 | Always Jules

    Pintu rumah kemudian tiba-tiba terbuka. “Jadi, sekarang kalian sudah resmi menjadi sepasang kekasih?” Ternyata itu adalah suara Gavin yang seakan-akan terasa memergokiku. Tapi, memang nyatanya seperti itu hanya saja ini terasa… ah entahlah, yang jelas aku merasa sangat malu. “Kau—kenapa tiba-tiba membuka pintu?” tanyaku kepada Gavin yang sedikit terbata-bata. “Kau pergi terlalu lama, aku mengirimi pesan tapi kau tidak membalasnya. Baru saja berencana untuk menelpon mu tapi kudengar ada suara.” “Lalu, kau menguping?” Aku menatapanya dengan penuh rasa penasaran. “Aku akui kalau aku mendengar pembicaraan kalian.” Dia berkata dengan santai. “Kenapa kau—” “Dengar, aku punya telinga. Bukan salahku jika aku mendengar pembicaraan kalian.” Gavin terlebih dahulu menyela kata-kataku sebelum aku ingin mengajukan protes dengannya. “Kau bisa saja menghindarinya,” sanggahku. “Sudah terlanjur menikmati.” Lagi-lagi Gavin b

  • Passed By You!!!   Chapter 26 | Supermarket

    “Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?” tanyaku. Dareen hanya diam, dia tidak membuka mulutnya sama sekali. Sudah hampir lima belas menit aku duduk di dalam mobilnya tapi dia belum mengatakan apapun. “Sampai kapan kau akan diam? Sudahlah, kalau tidak ada yang ingin kau katakan lebih baik aku pergi saja.” Aku berkata seraya meraih pintu mobil untuk untuk membukanya tapi Dareen terlebih dulu menahan lenganku. “Tunggu,” katanya. “Katakan, aku harus pergi supermarket sekarang.” “Aku bingung dengan sikapmu, apa yang terjadi denganmu.” Akhirnya Dareen membuka mulut. “Tidak ada apa-apa. Kau hanya ingin mengatakan itu? Kalau begitu, aku pergi.” “Tunggu, Amanda!” bentaknya yang kemudian kembali menarik tanganku. Aku terpekik. “Ada apa, Dareen?” Dareen kemudian menghela napas. “Kau sangat berbeda, kau bahkan tidak mau menerima kalung dariku.” “Katakan padaku, kau kenapa?” tanya Dareen lagi. Aku menggeleng. “

  • Passed By You!!!   Chapter 25 | Confide

    “Sebenarnya apa yang terjadi denganmu dan Mr. Ivander?” tanya Jessica. Saat ini aku sedang berada di apartemen Jessica. Sebenarnya, tidak ada yang perlu kuselesaikan dengannya. Aku hanya beralasan dengan Dareen kalau aku mempunyai urusan penting dengan Jessica. Aku tahu, jika aku tidak berbohong seperti tadi kemungkinan ia akan semakin menahanku. Akhirnya aku mengetahu kalau selama ini Dareen berada di Kanada, entah apa yang dilakukannya di sana. Mungkin dia pergi menghabiskan waktu atau bermulan madu sekalian dengan Jules. Itu sangat membuatku tidak tenang. Tadi dirinya memberikan sebuah kalung mapple kepadaku. Kalung itu sangat indah, rasanya ada rasa penyesalan karena menolaknya. Tapi, aku mempertahankan harga diriku. Aku tidak ingin termakan cinta buaya lagi. Butuh waktu lama untuk sembuh dari luka yang kudapatkan dan aku tidak ingin membuat luka baru lagi karena pada akhirnya hanya akulah yang akan tersakiti. “Amanda?!” panggil Jessica lagi

  • Passed By You!!!   Chapter 24 | Grasshoppers

    “Amanda, lanjutkan makanmu. Kenapa kau diam saja?” tanya Jessica menyadarkanku dari lamunanku. Aku kemudian hanya mengangguk seraya melanjutkan makan siangku. “Apa kau baik saja-saja?” Ia kembali bertanya. Apa aku harus bilang kalau aku tidak baik-baik saja melihat Dareen sedang menikmati waktu berdua dengan wanita itu. Aku juga bingung kenapa aku sangat merasa terganggu dengan hal itu. “Aku baik-baik saja,” jawabku akhirnya. Kami pun kembali diam seraya menikmati makan kami. Meski aku tidak begitu menikmatinya karena ada 2 belalang di sekitarku. Mungkin Dareen dan Jules tidak melihat kami, sehingga dari kejauhan dapat kulihat kalau mereka sedang berbicara serius. Entah apa yang dibicarakan oleh kedua belalang itu, mungkin mereka sedang membicarakan masa depan mereka. Memangnya apa peduli ku. “Ayo, kita pergi. Aku sudah selesai.” Jessica berkata seraya beranjak dari tempatnya. Aku pun mengikutinya. Kali ini kami akan mele

  • Passed By You!!!   Chapter 23 | Jules

    Aku bangun dari tidurku, merasa sekujur tubuhku terasa pegal. Yah, semalam adalah acara ulang tahun yang melelahkan untuk ukuran orang yang sudah berumur. Paman James, Gavin, dan Dareen menggila karena mereka terlalu banyak minum. Sehingga, rumah kami menjadi berantakan dan aku yang harus bertanggung jawab untuk membereskan semua itu. Aku kemudian berjalan menuju kamar mandi, membasuh wajah dan menggosok gigi. Setelah itu, aku pun segera turun. Di ruang tengah tampak amat berantakan. Terlihat juga Dareen yang tertidur di sofa lalu di lantai ada Gavin. Sementara paman, mungkin ia sudah diseret oleh ibu ke kamarnya. Aku berjalan menuju Dareen, berencana membangunkannya. Mungkin hari ini ia mempunyai jadwal mengajar. “Dareen, bangunlah! Sudah jam 8 pagi. Apa kau tidak punya jadwal kelas hari ini?” kataku sembari menepuk-nepuk bahunya. Namun, yang ditepuk masih tertidur pulas. Aku kembali mencoba membangunkannya, kali ini aku menariknya dengan keras

  • Passed By You!!!   Chapter 22 | My Red Face

    Dareen terus mengelus kepalaku, ia juga semakin mengeratkan pelukannya. Aku? Aku masih diam, sungguh sekarang sangat nyaman berada dalam pelukannya, rasanya biarlah dulu seperti ini. “Sampai kapan kau akan terus memelukku seperti ini?” tanyaku. “Sampai aku merasa puas.” Dia semakin mengeratkan pelukannya. Entah mengapa kata “puas” begitu ambigu di telinga aku. Apa dia tidak tahu kalau sekarang wajahku begitu merah seperti kepiting rebus. “Apa kau lupa sekitar sejam yang lalu kau membentak dan mempermalukanku di depan kelas.” Dareen kemudian melepas pelukannya lalu kedua tangannya menangkup wajahku. Sorot matanya begitu damai menatapku dan hal itu membuatku terbang. “Maafkan aku karena telah membentakmu.” “Dosen macam apa yang meminta maaf ke mahasiswanya begitu mudah.” Aku menyindirnya, aku tahu biar bagaimanapun juga diriku tetaplah salah mengenai tugasku. “Dosen yang tergila-gila dengan mahasiswanya.” “Ck! Dasar aneh,

  • Passed By You!!!   Chapter 21 | Rejection

    Aku berjalan menuju perpustakaan dengan penuh kekesalan terhadap Dareen dan aku lebih kesal dengan diriku sendiri, bisa-bisanya aku merasa masuk akal dengan semua yang dia bilang seakan-akan mematahkan semua pendirianku. “Kenapa wajahmu begitu murung? Kau dari mana saja?” tanya Jessica begitu aku sampai di perpustakaan. “Tidak apa-apa. Kau sudah mengerjakan sampai mana?” “Aku sisa 15 halaman lagi. Kau juga harus mulai mengerjakannya, masih ada waktu.” Aku mengangguk dan mulai mengambil laptop dari tas ku lalu kunyalakan tapi sepertinya laptopku low battery. Aku pun segera mencari charger-nya. Tapi begitu aku mengutak-ngatik isi tasku, aku belum menemukannya. Jangan bilang kalau aku tidak membawanya. “Ada apa?” Jessica bertanya. “Aku tidak membawa charger laptop dan laptopku mati.” “Ya sudah, cepat gunakan komputer perpustakaan saja.” “Apa kau tidak lihat kalau semua komputer terpakai, bagaiman

  • Passed By You!!!   Chapter 20 | Our Annoyance

    Aku dan Dareen sedari tadi diam satu sama lain di dalam mobil. Setelah ia melontarkan pentanyaan canggung yang kupilih untuk tidak menjawabnya. Kini, dia tetap memaksaku agar dirinya mengantarku pulang ke rumah. Sungguh ini aneh sekali, biasanya dia banyak bicara. Tapi, dia hanya diam dan menampilkan wajah datar dengan rahangnya yang mengeras. Apa mungkin dia salah paham tentangku dan menjadi cemburu. Rasanya dia sudah cukup berumur untuk berada di fase seperti itu. “Hm, Dareen. Sebenarnya kau tidak perlu begitu repot mengantarku pulang.” Aku berkata basa-basi hanya untuk memecah suasana canggung ini. “Tidak apa-apa,” jawabnya dengan singkat, jelas, dan padat. Ya. Bisa kutebak, dia pasti mengira karena Zion lah aku tidak menerimanya. Ck! Dasar, apa dia tidak ingat sama umurnya. Tapi, biarlah mungkin dengan begitu dia akan menjauhiku. Sekali lagi kutegaskan kalau aku berada disini hanya untuk fokus dengan pendidikanku dan prioritasku hanyalah untuk ana

  • Passed By You!!!   Chapter 19 | Crazy In Love

    Aku berjalan memasuki area kampus, memakai atasan yang menutupi bagian leher. Aneh memang, memakai pakaian seperti ini padahal sekarang musim panas. Tapi, setidaknya itu lebih baik dari pada orang-orang melihat tanda di leherku. “Bammm..” Aku terlonjak kaget ketika Jessica dengan sengaja mengagetkanku. “Aku bisa jantungan,” protesku kepadanya. “Hahaha, maafkan aku. Kenapa kau terlihat lesu begitu?” “Aku hanya kebanyakan begadang.” “Ini ice cream mu, Babe.” Noah menghampiri Jessica, dia kemudian melihatku dari atas hingga bawah. “What the fuck, ada apa dengan style-mu hari ini. Apa kau tidak kepanasan? Dasar aneh!” Yahh.. dia memprotes cara berpakaianku. Jessica kemudian menatapku dengan curiga. “Apa kau menyembunyikan sesuatu?” Jessica bertanya seraya mulai menarik kerah bajuku untuk melihat. Dia mungkin curiga denganku, aku tahu Jessica adalah orang yang peka dengan keadaan wanit

DMCA.com Protection Status