Home / Romansa / Passed By You!!! / Chapter 6 | Late

Share

Chapter 6 | Late

Author: Sheillya Pradina
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku berlari terburu-buru menyusuri koridor kampus. Bagaimana tidak terburu-buru, kelas sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu dalam artian aku terlambat. Semalam aku menghabiskan malamku dengan bermain game bersama Gavin dan aku lupa kalau kelas Dareen hari ini dimajukan dengan alasan dia harus rapat dosen.

Tok..Tok..Tok.

Aku mengetuk pintu ragu lalu membukanya dengan ragu. "Maaf Mr.Ivander saya terlambat, apa saya masih boleh mengikuti kelas?"

Dareen menatapku tajam. "Kau tahu betul aturanku kan, datang dengan tepat waktu. Apa kau datang tepat waktu sekarang?"

Aku menggeleng pelan. "Maaf, Mr. Ivander. Aku lupa jika jadwal hari ini dimajukan."

"Kalau begitu apa kau juga lupa jika aturanku seperti Mr.Hanz yang artinya jika kau telat maka tidak bisa mengikuti kelas."

"Maaf Mr. Ivander tapi bisakah kali ini saja aku—"

"Keluar!" tekannya.

Aku tertegun begitu dia mengusirku di kelas. Di sana terlihat Jessica menatapku iba dan kali ini Dareen benar-benar menyeramkan. Dia berbeda ketika aku makan sushi bersamanya.

"Apa kau tidak dengar? Aku bilang keluar!" usirnya kembali dengan nadanya yang naik satu oktaf. Aku lalu keluar dengan lesu dan jalan menunduk. Selama berkuliah di sini, aku tidak pernah terlambat dan tidak pernah di usir. Aku betul-betul tenang menjalani hidupku di sini berbanding terbalik ketika aku berada di Indonesia.

Namun, semenjak Dareen mengajar dia bahkan mengusirku. Aku pikir dia dosen yang cukup ramah setelah dia mentraktirku sushi waktu itu. Apa dia tidak bisa mentoleransi kesalahanku karena melupakan jadwal yang dimajukan. Maksudku lupa itu manusiawi kan? Kenapa dia pelit begitu. Ahh dia memang pelit, bahkan ketika di toko buku dia sangat pelit waktu itu tapi dia juga mentraktirku makan. Jangan-jangan dia berkepribadian ganda. Aku berdengik ngeri membayangkannya.

Tiba-tiba ponselku bergetar, lalu kulihat ada notifikasi pesan masuk dari Dareen. Dia mengirimiku pesan? Ada apa? Apa dia ingin meminta maaf dan menyuruhku kembali masuk kelasnya?

'Tunggu aku di ruanganku!' Aku mengangkat alisku membacanya, untuk apa aku ke ruangannya, kenapa tidak menyuruhku masuk kembali ke kelasnya saja.

Aku awalnya yang memilih mengabaikannya namun tidak lama kemudian pesan darinya masuk lagi. 'Ada tugas yang ingin kuberikan, jangan kabur!'

Belum selesai tugas yang dia berikan, kini dia memberiku tugas lagi. Apa dia tidak bisa berfikir, tugas bukan hanya dari dia tapi dari dosen lainnya juga. Memangnya aku robot yang bisa mengerjakan semua. Aku dengan langkah yang berat melangkah keruangannya.

Selama dua jam aku menunggunya, akhirnya dia datang dengan membawa caramel macchiato. Dia lalu menyedorkannya kepadaku. "Untukmu."

Aku menatapnya tidak percaya setelah mengusirku kini dia memberikanku caramel macchiato. Aku semakin yakin orang ini sedikit aneh atau dia sedikit tidak waras.

"Ayo ambil, ini untukmu. Tenang saja, aku tidak meracunimu jika itu yang kau takutkan," katanya dengan tangannya yang masih mengambang menyedorkanku sebuah minuman.

Aku lalu mengambilnya dengan ragu. "Terima kasih."

Dia kemudian duduk di hadapanku dengan melipat kakinya seraya menatapku. "Kenapa bisa kau terlambat?"

"Bukankah aku sudah bilang jika aku lupa kalau jadwal hari ini dimajukan."

"Benarkah? Apa hanya itu? Maksudku adalah alasan lupa hanyalah alasan konyol untuk menutup penyebab utamanya."

Aku tertegun mendengarnya, bagaimana bisa dia begitu pandai menjelaskan tujuan alasan lupa. Apa dia juga mengambil jurusan sastra atau bahasa. Aku kemudian menarik nafas dan berkata, "baiklah Mr.Ivander, aku akui—"

"Just Dareen, please. Hanya ada kita berdua di sini." Dia menginterupsiku.

Sejujurnya aku masih canggung jika harus memanggilnya dengan nama depannya tapi apa boleh buat, anggap saja ini permintaan dosen yang harus kulakukan meskipun dia cukup menyebalkan. "Oke Dareen, aku bukan hanya lupa tapi aku ketiduran dan lupa menghidupkan alarmku di jadwal yang kau majukan."

"Ketiduran? Apa kau begadang semalam?"

"Yah, Gavin memintaku untuk menemaninya bermain game agar rank-nya naik." Mengingat Gavin semalam yang melarangku tidur hanya untuk sekedar membantunya bermain game agar peringkatnya naik.

Dia manggu-manggut. "Bermain game rupanya."

Aku hanya bisa tersenyum paksa sambil mengulum bibirku. "Sorry."

"Aku tidak menyangka kalau kau ternyata bersaudara dengan Gavin, setauku dia tidak punya saudara dan juga nama belakang kalian yang—"

"Yah secara biologis kami tidak sedarah. Ayahnya dan ibuku menikah dan kami menjadi saudara. Aku juga tidak menyangka kalau kalian ternyata saling kenal bahkan satu kampus."

"Dia dulu sangat menyebalkan, sangat jail, dan dia tidak punya sopan santun sama seniornya tapi dia orang yang cukup menyenangkan."

"Hah.. betul dia sangat jail. Dia sering mengangguku dan juga sering menjaili ibu bahkan menjaili istrinya sendiri. Tapi dia penyayang keluarga." Aku tiba-tiba terbawa suasana dan mendeskripsikan Gavin dengan heboh. "Maaf, aku terbawa suasana."

Dia menatapku lalu menarik senyumnya. "Tidak apa-apa, aku suka melihatmu yang antusias begini."

Sejujurnya melihat dia menatapku dengan begitu membuatku sedikit salah tingkah, aku wanita normal yang melihat wajah tampan Dareen tersenyum pasti akan sedikit salah tingkah namun, bukan berarti aku menyukainya. Mungkin, saat ini aku sudah mati rasa setelah hubunganku dengan si brengsek Rafael.

"Jadi, apa aku punya tugas tambahan?" tanyaku.

"Tentu, karena kau terlambat maka pasti akan kuberi tugas tambahan."

Aku mengkerutkan alisku seraya menganyumkan bibirku. "Tidak bisakah kau memaafkanku kali ini, aku sudah punya banyak tugas. Belum lagi tugas pendataan yang kau berikan, aku baru mendata seratus mahasiswa belum sampat setengahnya. Kalau ditambah lagi dengan tugas tambahanmu bukankah itu sangat memberatkan?"

"Tidak bisa Amanda, itu perkara yang beda. Tugasmu muda kau hanya perlu mengumpulkan metode-metode umum pengujian aplikasi sebelum diluncurkan. Carilah acuan aplikasi dibidang bisnis dalam melakukan metode tersebut. Mudahkan? Lusa kau harus sudah kumpul laporanmu."

"Lusa? Bukan minggu depan? Tapi kelasmu minggu depan." Aku tidak percaya, dia memberiku tugas dalam jangka waktu dua hari. Dia begitu kejam.

"Kau harusnya beruntung, tidak menyuruhmu untuk mengumpukannya hari ini. Kesalahanmu adalah hari ini harusnya kau bertanggung jawabnya hari ini juga."

"Anda sangat kejam," gerutuku yang sudah kembali berbicara formal kepadanya.

"Jangan menganggapku kejam. Aku tidak akan kejam jika orang itu mematuhi peraturan."

"Baiklah, Mr.Ivander aku akan mematuhi semua aturanmu mulai dari sekarang. Baiklah kalau begitu, aku permisi."

Baru aku berdiri dari tempatku, Dareen tiba-tiba menahan lenganku. "Tunggu!"

Aku lalu berbalik ke arahnya dan sedikit terkejut melihat ke arah tanganku.

"Maaf," ucapnya lalu melepaskan tangannya. "Kau ingin pergi makan siang bersama?"

"Bukankah anda ada rapat dosen, Mr.Ivander?" tanyaku.

"Sudah kubilang untuk tidak formal kepadaku jika sedang berdua saja dan rapatnya di undur selama dua jam. Bagaimana, apa kau mau?"

Aku heran harus menjawab apa, rasanya aneh jika dia mengajakku makan siang. Aku juga tidak merasa tidak enak jika ada melihat kami dan berpikir yang tidak-tidak. Tapi, menolaknya juga aku tidak yakin.

"Maaf, tapi aku sudah ada janji dengan Jessica untuk makan siang bersama."

"Oh, begitu."

Aku terpaksa berbohong untuk menolak pemintaannya. Sejujurnya aku merasa tidak enak kulihat raut wajah Dareen yang berubah. Aku hanya merasa tidak nyaman jika terus makan bersamanya.

"Aku permisi," pamitku lalu keluar dari ruangannya.

~~oo~~

Related chapters

  • Passed By You!!!   Chapter 7 | Uncomfortable

    Saat ini aku sedang berada di perpustakaan sibuk mengerjakan data-data mahasiswa. Sekaligus, mengerjakan tugas yang diberikan Dareen kemarin sebagai hukuman karena diriku terlambat. "Tidak kusangkan Mr.Ivander memberimu banyak tugas," ucap Jessica tiba-tiba yang sedikit mengagetkanku karena keberadaanya. "Yah, dia sedikit kejam menurutku," jawabku sembari berkutat dengan laptopku. "Kau dari mana saja?" "Aku tadi menyempatkan diriku untuk bertemu dengan Noah. Apa kau tahu, aku dan Noah sudah resmi berpacaran." "Betulkah? Kapan?" Aku turut senang mendengar Jessica jadian dengan Noah. Ia adalah senior kami di kampus. Dia pintar, tampan, dan baik. Jessica sudah lama mengejarnya namun Noah selalu mengabaikannya. Kini, mereka sudah berp

  • Passed By You!!!   Chapter 8 | Bring Him Soup

    "Morning!" sapaku begitu melihat semua mereka di meja makan. "Kau sudah bangun?" tanya ibuku. Aku mengangguk, kemudian aku melihat paman James keluar dari kamar mandi. "Paman—ehm maksudku,Dad.KapanDaddatang?" "Aku baru saja tiba sekitar satu jam yang lalu. Apa kabarmu,beauty?" "Tentu baik." "Dia sedang dekat dengan Dareen," sahut Gavin. Aku melihat ke arahnya yang mengeluarkan kalimat hoax. Dia betul-betul cocok jadi lambe turah, membawa berita tanpa bukti yang konkrit. "Hei, penyebar fitnah yah anda!" Aku menantapnya tajam.

  • Passed By You!!!   Chapter 9 | In The Apartement

    Setelah aku menjelaskan semuanya dengan Dareen. Begitupun dia yang telah menjelaskan bagaimana bisa dia sampai makan siang bersama Jules. Meskipun aku tidak memintanya. Aku sudah bilang untuk tidak perlu menjelaskan namun dia tetap saja menjelaskan. Dareen dan Jules tidak sengaja bertemu di parkiran kampus. Awalnya memang Jules ingin menghampiri pamannya yang ternyata adalah rektor di kampus. Lalu, Jules mengajak Dareen untuk sekalian makan siang karena pamannya masih ada urusan. Sehingga hanya mereka berdua. Setidaknya itulah versi yang diceritakan Dareen kepadaku. "Kau sudah mengerjakan tugas hukumanmu?" tanyanya yang berhasil memecah keheningan antara kami berdua. "Kebetulan kau mengingatkanku. Rencana aku ingin sekalian menyerahkannya." Aku lalu memberi laporan makalahku kepadan

  • Passed By You!!!   Chapter 10 | Dareen and Alex

    Ketika aku sibuk mengerjakan tugas pendataan mahasiswa milik Dareen, aku tiba-tiba mendengar suara Alex yang menangis dengan kencang. Aku langsung berlari menuju kamarnya. Sesampaiku di kamarnya, terlihat Alex sudah tergeletak di lantai. Kutebak, sepertinya Alex terjatuh dari tempat tidur. Aku lalu menggendongnya sambil menenangkannya. "Hust.. diamlah,auntydi sini sayang." Alex semakin menangis dengan kencang. Aku kemudian mengusap punggung dan sesekali menepu-nepukknya agar ia tenang. "Ada apa, Amanda? Alex kenapa?" tanya paman James langsung dengan khawatir, begitu ia ada di kamar Alex. Di belakangnya ada ibu dan juga Dareen. "Sepertinya Alex jatuh," jawabku yang masih berusaha menenangkan Alex. "Apa dia baik-baik saja?" tanya ibu.

  • Passed By You!!!   Chapter 11 | Look Similiar

    Alex tak henti-hentinya tertawa begitu aku membantunya bermain ayunan. Dareen pergi membeli minuman untuk kami berdua. Setelah puas dengan bermain ayunan kini Alex menuju ke arah seluncuran. Memang taman dekat rumahku begitu dilengkapi dengan arena permaian anak. Tidak lama kemudian Dareen sudah datang. Dia lalu memberiku air botol mineral, dia juga membawa permen kapas yang dia belikan untuk Alex. Alex terlihat senang menerima permen kapas dari Dareen. "Kenapa kau memberinya permen?" protesku. "Memangnya kenapa?" tanyanya datar tanpa ada rasa bersalah sama sekali. "Tentu tidak bisa, itu kurang baik untuk gizinya sama pertumbuhan giginya," jawabku yang sedikit kesal. Enak saja dia ingin memberi Alex makanan tidak sehat.

  • Passed By You!!!   Chapter 12 | Pasta

    "Cukup sekian kelas hari ini. Jangan lupa minggu depan kita ada kuis. Bagi yang belum menyelesaikan tugas segera selesaikan sebelum hari kuis," kata Mr. Taka yang kemudian berlalu keluar dari kelas. Aku merenggangkan badanku, dua jam mendengar ceramah yang begitu kaku membuatku begitu mengantuk. Dan juga dia termasuk dosen yang sangat keras. Di kelasnya, kami tidak bisa melakukan apapun selain memperhatikan dirinya berceramah. "Mr. Taka sudah tua, buncit, botak, menyebalkan lagi." Jessica mencacinya. Ia masih menyimpan dendam kepada Mr. Taka mengingat semester lalu dia hampir saja tidak lulus di kelas Mr. Taka hanya karena dia lupa mensenyapkan ponselnya. "Meskipun begitu, tapi kau takut tidak lulus di kelasnya 'kan?" timpalku. "S

  • Passed By You!!!   Chapter 13 | What's Wrong?

    Selepas selesai makan, aku tidak langsung pulang. Kami berjalan-jalan ke salah satu mall di New York. Jessica ingin membeli beberapa pakaian baru, ia betul-betul memanfaatkan Noah begitu Noah bilang akan mengikuti kemauan Jessica seharian ini. Sementara, aku kini menemani Jessica memilih pakaian yang cocok padanya. Terlihat juga dari kejauhan Zion dan Noah sedang berbicara. Mereka mungkin sedikit bosan menemani wanita berbelanja. Terlebih Jessica, memilih satu pakaian saja prosesnya sangat lama. "Ayolah Jessica, kau sudah setengah jam hanya karena memilih warna," keluhku kepadanya. Dari tadi dia hanya bingung ingin memilih antara warna putih atau abu-abu. Aku sudah memberikan saranku, namun dia terlihat semakin bingung. "Aku harus pastikan yang benar-benar cocok di tubuh seksiku ini." Jessica berkata dengan penuh percaya diri.

  • Passed By You!!!   Chapter 14 | Be Profesional

    Aku membuka mataku merasa cahaya matahari pagi menembus jendelaku. Kulihat ibu membuka tirai jendelaku. Aku mengucek mataku lalu mendudukkan diriku. Kepalaku terasa berat, semalam aku tidak bisa tidur memikirkan kata-kata Dareen. Setelah aksi teriak meneriaki, aku langsung pulang begitu saja. Semalam aku lebih memilih pulang naik taksi, rasanya ada yang tidak beres antara aku dengan Dareen jika terus bersama. "Ayo bangun lalu mandi putri tidur," titah ibu kepadaku. "Ibu kenapa cepat sekali membangunkanku, aku masih mengantuk," gumamku lalu kembali membaringkan tubuhku di kasir. Hari ini aku kelas siang, tidak ada salahnya jika aku terlambat bangun. Ibu langsung menarikku. "Hei, bangun. Tidak baik anak gadis lama bangun. Nanti jodohmu lama terbuka."

Latest chapter

  • Passed By You!!!   Chapter 27 | Always Jules

    Pintu rumah kemudian tiba-tiba terbuka. “Jadi, sekarang kalian sudah resmi menjadi sepasang kekasih?” Ternyata itu adalah suara Gavin yang seakan-akan terasa memergokiku. Tapi, memang nyatanya seperti itu hanya saja ini terasa… ah entahlah, yang jelas aku merasa sangat malu. “Kau—kenapa tiba-tiba membuka pintu?” tanyaku kepada Gavin yang sedikit terbata-bata. “Kau pergi terlalu lama, aku mengirimi pesan tapi kau tidak membalasnya. Baru saja berencana untuk menelpon mu tapi kudengar ada suara.” “Lalu, kau menguping?” Aku menatapanya dengan penuh rasa penasaran. “Aku akui kalau aku mendengar pembicaraan kalian.” Dia berkata dengan santai. “Kenapa kau—” “Dengar, aku punya telinga. Bukan salahku jika aku mendengar pembicaraan kalian.” Gavin terlebih dahulu menyela kata-kataku sebelum aku ingin mengajukan protes dengannya. “Kau bisa saja menghindarinya,” sanggahku. “Sudah terlanjur menikmati.” Lagi-lagi Gavin b

  • Passed By You!!!   Chapter 26 | Supermarket

    “Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?” tanyaku. Dareen hanya diam, dia tidak membuka mulutnya sama sekali. Sudah hampir lima belas menit aku duduk di dalam mobilnya tapi dia belum mengatakan apapun. “Sampai kapan kau akan diam? Sudahlah, kalau tidak ada yang ingin kau katakan lebih baik aku pergi saja.” Aku berkata seraya meraih pintu mobil untuk untuk membukanya tapi Dareen terlebih dulu menahan lenganku. “Tunggu,” katanya. “Katakan, aku harus pergi supermarket sekarang.” “Aku bingung dengan sikapmu, apa yang terjadi denganmu.” Akhirnya Dareen membuka mulut. “Tidak ada apa-apa. Kau hanya ingin mengatakan itu? Kalau begitu, aku pergi.” “Tunggu, Amanda!” bentaknya yang kemudian kembali menarik tanganku. Aku terpekik. “Ada apa, Dareen?” Dareen kemudian menghela napas. “Kau sangat berbeda, kau bahkan tidak mau menerima kalung dariku.” “Katakan padaku, kau kenapa?” tanya Dareen lagi. Aku menggeleng. “

  • Passed By You!!!   Chapter 25 | Confide

    “Sebenarnya apa yang terjadi denganmu dan Mr. Ivander?” tanya Jessica. Saat ini aku sedang berada di apartemen Jessica. Sebenarnya, tidak ada yang perlu kuselesaikan dengannya. Aku hanya beralasan dengan Dareen kalau aku mempunyai urusan penting dengan Jessica. Aku tahu, jika aku tidak berbohong seperti tadi kemungkinan ia akan semakin menahanku. Akhirnya aku mengetahu kalau selama ini Dareen berada di Kanada, entah apa yang dilakukannya di sana. Mungkin dia pergi menghabiskan waktu atau bermulan madu sekalian dengan Jules. Itu sangat membuatku tidak tenang. Tadi dirinya memberikan sebuah kalung mapple kepadaku. Kalung itu sangat indah, rasanya ada rasa penyesalan karena menolaknya. Tapi, aku mempertahankan harga diriku. Aku tidak ingin termakan cinta buaya lagi. Butuh waktu lama untuk sembuh dari luka yang kudapatkan dan aku tidak ingin membuat luka baru lagi karena pada akhirnya hanya akulah yang akan tersakiti. “Amanda?!” panggil Jessica lagi

  • Passed By You!!!   Chapter 24 | Grasshoppers

    “Amanda, lanjutkan makanmu. Kenapa kau diam saja?” tanya Jessica menyadarkanku dari lamunanku. Aku kemudian hanya mengangguk seraya melanjutkan makan siangku. “Apa kau baik saja-saja?” Ia kembali bertanya. Apa aku harus bilang kalau aku tidak baik-baik saja melihat Dareen sedang menikmati waktu berdua dengan wanita itu. Aku juga bingung kenapa aku sangat merasa terganggu dengan hal itu. “Aku baik-baik saja,” jawabku akhirnya. Kami pun kembali diam seraya menikmati makan kami. Meski aku tidak begitu menikmatinya karena ada 2 belalang di sekitarku. Mungkin Dareen dan Jules tidak melihat kami, sehingga dari kejauhan dapat kulihat kalau mereka sedang berbicara serius. Entah apa yang dibicarakan oleh kedua belalang itu, mungkin mereka sedang membicarakan masa depan mereka. Memangnya apa peduli ku. “Ayo, kita pergi. Aku sudah selesai.” Jessica berkata seraya beranjak dari tempatnya. Aku pun mengikutinya. Kali ini kami akan mele

  • Passed By You!!!   Chapter 23 | Jules

    Aku bangun dari tidurku, merasa sekujur tubuhku terasa pegal. Yah, semalam adalah acara ulang tahun yang melelahkan untuk ukuran orang yang sudah berumur. Paman James, Gavin, dan Dareen menggila karena mereka terlalu banyak minum. Sehingga, rumah kami menjadi berantakan dan aku yang harus bertanggung jawab untuk membereskan semua itu. Aku kemudian berjalan menuju kamar mandi, membasuh wajah dan menggosok gigi. Setelah itu, aku pun segera turun. Di ruang tengah tampak amat berantakan. Terlihat juga Dareen yang tertidur di sofa lalu di lantai ada Gavin. Sementara paman, mungkin ia sudah diseret oleh ibu ke kamarnya. Aku berjalan menuju Dareen, berencana membangunkannya. Mungkin hari ini ia mempunyai jadwal mengajar. “Dareen, bangunlah! Sudah jam 8 pagi. Apa kau tidak punya jadwal kelas hari ini?” kataku sembari menepuk-nepuk bahunya. Namun, yang ditepuk masih tertidur pulas. Aku kembali mencoba membangunkannya, kali ini aku menariknya dengan keras

  • Passed By You!!!   Chapter 22 | My Red Face

    Dareen terus mengelus kepalaku, ia juga semakin mengeratkan pelukannya. Aku? Aku masih diam, sungguh sekarang sangat nyaman berada dalam pelukannya, rasanya biarlah dulu seperti ini. “Sampai kapan kau akan terus memelukku seperti ini?” tanyaku. “Sampai aku merasa puas.” Dia semakin mengeratkan pelukannya. Entah mengapa kata “puas” begitu ambigu di telinga aku. Apa dia tidak tahu kalau sekarang wajahku begitu merah seperti kepiting rebus. “Apa kau lupa sekitar sejam yang lalu kau membentak dan mempermalukanku di depan kelas.” Dareen kemudian melepas pelukannya lalu kedua tangannya menangkup wajahku. Sorot matanya begitu damai menatapku dan hal itu membuatku terbang. “Maafkan aku karena telah membentakmu.” “Dosen macam apa yang meminta maaf ke mahasiswanya begitu mudah.” Aku menyindirnya, aku tahu biar bagaimanapun juga diriku tetaplah salah mengenai tugasku. “Dosen yang tergila-gila dengan mahasiswanya.” “Ck! Dasar aneh,

  • Passed By You!!!   Chapter 21 | Rejection

    Aku berjalan menuju perpustakaan dengan penuh kekesalan terhadap Dareen dan aku lebih kesal dengan diriku sendiri, bisa-bisanya aku merasa masuk akal dengan semua yang dia bilang seakan-akan mematahkan semua pendirianku. “Kenapa wajahmu begitu murung? Kau dari mana saja?” tanya Jessica begitu aku sampai di perpustakaan. “Tidak apa-apa. Kau sudah mengerjakan sampai mana?” “Aku sisa 15 halaman lagi. Kau juga harus mulai mengerjakannya, masih ada waktu.” Aku mengangguk dan mulai mengambil laptop dari tas ku lalu kunyalakan tapi sepertinya laptopku low battery. Aku pun segera mencari charger-nya. Tapi begitu aku mengutak-ngatik isi tasku, aku belum menemukannya. Jangan bilang kalau aku tidak membawanya. “Ada apa?” Jessica bertanya. “Aku tidak membawa charger laptop dan laptopku mati.” “Ya sudah, cepat gunakan komputer perpustakaan saja.” “Apa kau tidak lihat kalau semua komputer terpakai, bagaiman

  • Passed By You!!!   Chapter 20 | Our Annoyance

    Aku dan Dareen sedari tadi diam satu sama lain di dalam mobil. Setelah ia melontarkan pentanyaan canggung yang kupilih untuk tidak menjawabnya. Kini, dia tetap memaksaku agar dirinya mengantarku pulang ke rumah. Sungguh ini aneh sekali, biasanya dia banyak bicara. Tapi, dia hanya diam dan menampilkan wajah datar dengan rahangnya yang mengeras. Apa mungkin dia salah paham tentangku dan menjadi cemburu. Rasanya dia sudah cukup berumur untuk berada di fase seperti itu. “Hm, Dareen. Sebenarnya kau tidak perlu begitu repot mengantarku pulang.” Aku berkata basa-basi hanya untuk memecah suasana canggung ini. “Tidak apa-apa,” jawabnya dengan singkat, jelas, dan padat. Ya. Bisa kutebak, dia pasti mengira karena Zion lah aku tidak menerimanya. Ck! Dasar, apa dia tidak ingat sama umurnya. Tapi, biarlah mungkin dengan begitu dia akan menjauhiku. Sekali lagi kutegaskan kalau aku berada disini hanya untuk fokus dengan pendidikanku dan prioritasku hanyalah untuk ana

  • Passed By You!!!   Chapter 19 | Crazy In Love

    Aku berjalan memasuki area kampus, memakai atasan yang menutupi bagian leher. Aneh memang, memakai pakaian seperti ini padahal sekarang musim panas. Tapi, setidaknya itu lebih baik dari pada orang-orang melihat tanda di leherku. “Bammm..” Aku terlonjak kaget ketika Jessica dengan sengaja mengagetkanku. “Aku bisa jantungan,” protesku kepadanya. “Hahaha, maafkan aku. Kenapa kau terlihat lesu begitu?” “Aku hanya kebanyakan begadang.” “Ini ice cream mu, Babe.” Noah menghampiri Jessica, dia kemudian melihatku dari atas hingga bawah. “What the fuck, ada apa dengan style-mu hari ini. Apa kau tidak kepanasan? Dasar aneh!” Yahh.. dia memprotes cara berpakaianku. Jessica kemudian menatapku dengan curiga. “Apa kau menyembunyikan sesuatu?” Jessica bertanya seraya mulai menarik kerah bajuku untuk melihat. Dia mungkin curiga denganku, aku tahu Jessica adalah orang yang peka dengan keadaan wanit

DMCA.com Protection Status