Dua minggu telah berlalu sejak Freya mulai bekerja sebagai pelayan di rumah megah Javier Bennett. Setiap hari terasa seperti beban berat yang menghimpit, dengan bayang-bayang perjanjian gelap yang terus menghantuinya.
Terlebih saat Pamela Bennett, ibu Javier, selalu memastikan bahwa Freya menjalankan misinya menggoda Javier dan merusak rumah tangga bahagia itu.
Freya mencoba berkali-kali untuk mendekati Javier, tapi pria itu selalu menjaga jarak, mencintai istrinya dengan sepenuh hati. Viona yang selalu bersikap baik padanya membuat Freya semakin sulit untuk melaksanakan perintah Pamela.
Namun, hari ini, Pamela datang dengan ancaman baru.
Di ruang kecil di sudut rumah, Pamela mendatangi Freya dengan ekspresi dingin. Matanya menyala tajam saat ia berbicara.
"Sudah lebih dua minggu. Kau sudah membuat kemajuan?" tanya Pamela tanpa basa-basi.
Freya menunduk, "Belum, Nyonya. Tuan Javier... ia selalu menjaga jarak."
Pamela mendengus marah, wajahnya menunjukkan ketidaksabaran. "Kau terlalu lambat! Mau sampai kapan kau mengulur waktu sampai Javier mau menghabiskan malam denganmu? Kalau kau terus menunda, aku akan menghentikan pengobatan adikmu saat ini juga!"
Kata-kata Pamela mengguncang Freya. Tubuhnya gemetar. Pamela tidak main-main. Freya tahu bahwa ia telah menukar kebebasan dan harga dirinya demi menyelamatkan nyawa David dari ancaman yang lebih mengerikan.
Tapi apa yang diminta Pamela terasa semakin mustahil dan menyakitkan bagi Freya karena kehidupan Javier dan istrinya sangat romantis.
“A-aku akan berusaha lagi,” ucap Freya dengan suara bergetar.
"Secepatnya!" sahut Pamela tegas. "Kau harus memastikan dirimu hamil secepat mungkin. Itu alasan mengapa aku menempatkanmu di sini. Viona tidak bisa memberinya anak, dan aku butuh pewaris untuk keluarga ini. Kau akan memberinya anak, dan itu akan menjadi tiketmu keluar dari mimpi buruk ini!"
Freya merasa dunia berputar. Jadi, ini alasan sebenarnya? Pamela ingin seorang pewaris untuk keluarga Bennett karena Viona tidak bisa hamil. Dan Pamela mencari cara lain, cara yang lebih licik dan kejam.
"Tapi bagaimana aku bisa melakukannya, Nyonya? Tuan Javier tidak pernah menunjukkan minat padaku," kata Freya, suaranya penuh kebingungan dan ketakutan.
Pamela menatapnya tajam. "Pria tidak akan menolak godaan tubuh wanita! Beberapa hari lagi aku akan mengajak Viona pergi, manfaatkan waktu tersebut untuk menggoda Javier!"
Freya tak bisa lagi berargumen. Pamela sudah memutuskan, dan Freya tak punya pilihan lain.
Ia harus menghadapi sesuatu yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi pengganggu di kehidupan bahagia Javier dan istrinya.
*
Malam itu Freya tidak bisa tidur, ia memilih berjalan pelan menuju dapur untuk mengambil air minum. Setiap langkahnya mengingatkannya pada perintah Pamela, jantungnya berdegup kencang, keringat dingin membasahi telapak tangannya.
Pamela telah memberitahunya apa yang harus dilakukan, dan sekarang Freya harus memaksa dirinya untuk menjalani tugas yang penuh kehinaan ini.
Namun, ketika Freya melewati kamar Javier, ia mendengar suara dari dalam. Suara yang membuatnya berhenti di tengah langkahnya.
Pintu kamar sedikit terbuka, apa pemilik kamar sengaja tidak menutup pintu dengan rapat agar Freya bisa melihat dengan jelas pemandangan yang ada di dalam?
Javier dan Viona sedang berbaring di tempat tidur, terlibat dalam keintiman yang membuat Freya menahan napas. Mereka bercumbu dengan penuh gairah, saling menyentuh dan berbisik mesra satu sama lain. Tatapan Javier penuh cinta dan hasrat, sementara Viona memeluknya dengan kelembutan menikmati setiap sentuhan yang Javier berikan.
"Mereka sangat liar," batin Freya sambil menutup bibirnya dengan telapak tangan rapat-rapat.
Freya merasakan tubuhnya menggigil. Ia tak pernah menyangka akan melihat hal ini.
Javier dan Viona pasangan yang luar biasa, erangan mereka yang terdengar sampai telinga Freya membuat sekujur tubuhnya ikut meremang. Ia lantas mundur perlahan dari pintu, perasaan panas dingin menjalari tubuhnya.
Pamela memaksanya untuk menjalani tugas kotor ini, tetapi melihat keintiman Javier dan Viona membuatnya semakin sulit.
Mereka berdua saling mencintai, sementara Freya hanya instrumen dalam rencana kejam seorang ibu mertua yang tak tahu batas.
Freya akhirnya kembali ke kamarnya, dengan pikiran yang terus terbayang erangan sexy Javier dan tubuh kekar pria itu yang tak berbusana saat mencumbu istrinya.
Malam itu, Freya tak bisa tidur. Tatapan mesra Javier pada Viona terus terngiang di kepalanya.
Bagaimana rasanya jika suatu hari nanti Javier menatapnya seperti itu?
"Argh, apa yang aku pikirkan!” Freya menggerutu frustrasi. Ia menghela napas panjang, lalu memejamkan matanya. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?" lirihnya.
Tekanan dari Pamela semakin kuat, tetapi hatinya tak sanggup menghancurkan kebahagiaan orang lain.
Namun, setelah melihat keintiman Javier dan Viona yang begitu liar …
“Astaga!”
Dengan gusar Freya mengusap wajahnya. Ia mengumpat lirih saat bagian intimnya ikut basah karena pemandangan yang ia lihat beberapa saat lalu membangunkan naluri liar dalam tubuhnya ….
Setelah malam itu, pandangan Freya terhadap Javier menjadi berbeda. Ia terus terbayang kalau dirinya berada di posisi Viona saat menerima sentuhan hangat Javier.Seperti apa rasanya dicintai oleh pria seperti Javier?Setiap kali menyajikan makanan untuk Javier, Freya akan memanfaatkan waktu sesingkat apapun untuk menatap wajah pria itu. Sungguh pria yang menawan. Sikap dinginnya membuat Freya sangat ingin menaklukkannya."Aku harus bagaimana?" pikir Freya, bingung. "Bagaimana aku bisa membuatnya memperhatikanku?"Pagi itu, Javier pergi ke kantor dan Viona juga pergi untuk menghadiri perkumpulan para wanita sosialita, itu artinya Freya sendiri di rumah.Ia pun juga pergi untuk membeli beberapa pakaian sexy, sungguh ia telah menjatuhkan harga dirinya hingga ke dasar tanah.Freya memilih pakaian-pakaian yang tak pernah terbesit di pikirannya akan ia kenakan. Pakaian tidur yang transparan, gaun malam yang menonjolkan lekuk tubuhnya, dan lingerie yang hanya akan menambah daya tariknya di m
Keesokan paginya, Javier mengantarkan Viona sampai depan pintu saat wanita itu dijemput oleh Pamela untuk liburan bersama.Bahkan sampai saat ini pun Freya masih takut ketika Pamela menatapnya tajam memberikan peringatan kalau selama satu minggu ke depan, Freya harus berhasil menjalankan rencananya.Tapi bagaimana? Mendekati pria sedingin Javier tidaklah mudah. Pria itu hanya bersikap hangat dengan istrinya, dan menjadi orang ketiga dalam hubungan harmonis mereka tidaklah mudah.Namun, jika Freya tidak melakukan tugas pemberian Pamela, wanita itu pasti akan menghentikan pengobatan David yang saat ini masih di rumah sakit.Javier masih seperti biasanya, hanya menunjukkan kelembutan kepada istrinya."Jaga Viona baik-baik," katanya, suaranya tegas dan penuh perhatian. "Aku tidak akan memaafkan siapapun jika sesuatu terjadi padanya."Pamela hanya mengibaskan tangan dengan sikap angkuh. "Aku membawanya liburan, Javier, bukan ke medan perang."Viona tertawa kecil, menghampiri suaminya dan m
Dua hari berlalu dengan ketegangan yang kian memuncak di benak Freya. Meskipun mengenakan pakaian yang lebih berani, ia masih belum melakukan apapun untuk mendekati Javier. Namun, pesan-pesan dari Pamela tak henti-hentinya mengusiknya, membuat pikirannya gelisah dan hatinya terombang-ambing di antara ketakutan dan tuntutan.Pagi itu ketika Freya sedang menyiapkan sarapan, suara Javier yang tiba-tiba terdengar membuatnya terlonjak. "Kenapa kau mengenakan pakaian seperti itu?" Nada suaranya dingin, nyaris menusuk. Freya berbalik, menatapnya dengan mata melebar. Wajah pria itu serius, seperti mencoba membaca setiap gerak-geriknya. Sebelum Freya bisa menjawab, Javier melontarkan pertanyaan yang lebih mengagetkan, "Apa kau mencoba menggodaku?"Kata-kata itu tepat mengenai sasaran, dan jantung Freya serasa melonjak. "Ti-tidak, Tuan," ia segera menggeleng, mencoba mengelak. "Udara di luar mulai panas. Saya hanya mengenakan pakaian yang nyaman untuk musim panas."Mata Javier memicing, me
"Ah, Tuan Javier!" Freya terengah, kebingungan antara menahan rasa takut dan dorongan yang semakin menguasainya. Obat yang ditaburkan di makanannya jelas mulai bekerja, ditambah aroma alkohol yang menyeruak dari tubuh Javier, membuat tindakannya semakin liar.Tanpa ragu, Javier membalik tubuh Freya dan mencium bibirnya dengan penuh hasrat, mendominasi setiap inci dari dirinya. Freya yang awalnya terkejut, akhirnya menyerah, mengalungkan tangannya di leher Javier, membiarkan pria itu memegang kendali.Namun, ada yang menusuk hati Freya ketika Javier berbisik, "Viona…" Nama istrinya yang terucap dalam keadaan penuh gairah membuat Freya sadar bahwa meski tubuh Javier bersamanya, pikirannya tetap pada wanita yang dicintainya.Meskipun hatinya terluka, Freya tahu ia tak punya pilihan. Dengan rasa ragu, ia membiarkan Javier mengangkatnya dengan mudah, membawanya ke tempat tidur. Setiap sentuhan Javier semakin liar, penuh gairah yang tak bisa dikendalikan. Freya mati-matian menahan rasa t
Beberapa hari berlalu dalam ketegangan yang tak terucapkan antara Javier dan Freya. Viona akhirnya pulang dari liburannya. Dan seperti biasa, senyum manisnya menyambut Javier, saat pria itu segera mendekat memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang. Sementara itu, Pamela menyudutkan Freya dengan tatapan tajam, dan rasa mencekam menggantung di udara.“Apa sudah ada kemajuan?” suara dingin Pamela memecah keheningan.Freya mengikutinya dengan cemas. "Maaf, Nyonya... Kami baru melakukannya sekali. Saya belum bisa memastikan apakah saya hamil," jawabnya gugup.Pamela berbalik dengan tajam, wajahnya kaku. "Kau pikir aku melakukan ini untuk kebaikanmu? Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk pengobatan adikmu. Jika kau gagal, kau akan mengembalikan semuanya, dan bunganya juga!" ancamnya tanpa ampun.Seketika Freya menatap Pamela, namun wajah wanita itu tidak bercanda sama sekali. Freya hanya bisa menelan ludahnya, meratapi nasibnya demi kesembuhan David. Setelah Pamela mendesak Freya unt
"Kau sadar apa yang kau ucapkan itu?" Javier bertanya dengan nada dingin yang menusuk, membuat jantung Freya berdegup kencang. Wajahnya berubah drastis, dan dengan gugup Freya menelan ludah sambil melangkah mundur.Namun, bahkan jarak satu langkah tak cukup untuk menghindari tatapan tajam Javier yang menembus. "Ma-maaf, saya lancang. Seharusnya saya sadar diri, di rumah ini saya hanya pelayan," gumam Freya.Javier memperhatikan Freya menunduk sebagai permintaan maafnya. Bohong kalau Javier tidak tertarik dengan Freya, ia hanya mencoba membatasi diri agar tidak mengkhianati Viona.Terlebih Freya memiliki wajah yang cantik, tubuhnya yang terbungkus baju tidur itu juga tampak menarik. Javier adalah pria normal, bukan hanya satu wanita saja yang bisa membuatnya bereaksi. Pikirannya berkecamuk, dan dia menggeleng pelan, menahan diri sebelum godaan menguasainya.Dengan langkah berat, Javier melewati Freya, mencoba melawan hasrat yang hampir saja membakar akal sehatnya. Namun, rasa cemas m
Pagi harinya, Viona menghampiri Freya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. Senyum lembutnya menyapa, membuat suasana hangat terasa di dapur. "Sejak kamu tinggal di sini, aku jadi sering makan enak," ucap Viona, suaranya penuh pujian.Freya menoleh sejenak, tersenyum tipis. "Apa sebelumnya Nyonya tidak cukup makan makanan enak?" tanyanya.Viona tertawa kecil sambil mengambil gelas di meja. "Sebenarnya tidak semua masakan cocok di lidahku, tapi aku suka masakanmu," jawabnya, suaranya terdengar tulus. Freya memperhatikan cara berjalan Viona yang tampak sedikit berbeda dari biasanya."Anda sakit?" tanya Freya dengan nada khawatir.Viona mengangkat alisnya, sedikit terkejut. "Tidak, kenapa kamu berpikir begitu?" tanyanya balik, nadanya ringan namun penuh rasa ingin tahu.Freya menatapnya lebih lama sebelum menjawab, "Cara berjalan Anda tidak seperti biasanya. Mungkin Anda perlu berobat."Viona tertawa ringan sambil menggelengkan kepala. "Tidak perlu, ini biasa saja. Hal seperti ini seri
Meskipun sudah satu bulan berlalu sejak operasi David dilakukan, remaja itu juga masih belum menunjukkan tanda bahwa kesehatannya akan membaik. Ketika Freya masuk ke ruangan, David terlihat duduk dan menyapanya sambil tersenyum."Senang bisa melihatmu, Frey." sapa David.Freya menghampiri dengan cepat, meletakkan tasnya dan menghembuskan napas berat. "Kau membuatku khawatir, David," ujarnya lembut sebelum memeluk David erat, merasakan tubuh kurus adiknya yang terasa semakin rapuh di balik pelukannya."Dari mana kamu punya uang sebanyak ini untuk biaya pengobatanku? Jumlahnya pasti tidak sedikit, jangan paksa dirimu terus bekerja untuk merawat orang penyakitan sepertiku. Setelah aku mati, kau pasti akan bebas.""Tutup mulutmu!" bentak Freya, ia mendadak menjadi marah karena David membahas sesuatu yang ia takutkan. "Aku ingin kau sehat, David. Kalau dirimu tidak ada, aku tidak punya keluarga lagi. Setelah apa yang aku lakukan untukmu, apa kau akan menyerah begitu saja?"David menunduk