Setelah malam itu, pandangan Freya terhadap Javier menjadi berbeda. Ia terus terbayang kalau dirinya berada di posisi Viona saat menerima sentuhan hangat Javier.
Seperti apa rasanya dicintai oleh pria seperti Javier?
Setiap kali menyajikan makanan untuk Javier, Freya akan memanfaatkan waktu sesingkat apapun untuk menatap wajah pria itu. Sungguh pria yang menawan. Sikap dinginnya membuat Freya sangat ingin menaklukkannya.
"Aku harus bagaimana?" pikir Freya, bingung. "Bagaimana aku bisa membuatnya memperhatikanku?"
Pagi itu, Javier pergi ke kantor dan Viona juga pergi untuk menghadiri perkumpulan para wanita sosialita, itu artinya Freya sendiri di rumah.
Ia pun juga pergi untuk membeli beberapa pakaian sexy, sungguh ia telah menjatuhkan harga dirinya hingga ke dasar tanah.
Freya memilih pakaian-pakaian yang tak pernah terbesit di pikirannya akan ia kenakan. Pakaian tidur yang transparan, gaun malam yang menonjolkan lekuk tubuhnya, dan lingerie yang hanya akan menambah daya tariknya di mata seorang pria.
Setiap pilihannya adalah bentuk harga dirinya yang telah hancur. Namun, Freya tak punya pilihan lain. Ia sudah terlanjur tenggelam dalam permainan ini.
Saat Freya kembali, rumah Javier terasa begitu sunyi. Setiap sudut rumah yang mewah itu terasa begitu kosong, seperti pantulan dari kehampaan yang kini merajai hatinya.
Freya melangkah ke kamar yang diberikan untuknya. Ia menyimpan pakaian-pakaian barunya di lemari. Tak lama setelah itu, suara lembut Viona memanggilnya, "Freya!"
Dengan cepat, Freya keluar dan menghampiri Viona yang tersenyum hangat, “Aku punya sesuatu untukmu. Saat berbelanja tadi, aku melihat gaun ini, dan aku merasa ini cocok untukmu.”
Freya menelan ludah, merasa tak enak menerima hadiah dari Viona, wanita yang seharusnya ia khianati.
“Terima kasih, Nyonya,” jawabnya, mencoba menyembunyikan perasaan bersalah.
"Oh ya, Freya. Besok aku dan ibu akan pergi keluar kota untuk liburan musim panas. Bisakah kau membantuku menyiapkan pakaian? Aku tak sempat melakukannya malam ini karena ada makan malam dengan Javier."
Freya mengangguk, "Saya akan menyiapkannya untuk Anda," jawabnya.
Viona tersenyum, "Terima kasih," ucap wanita itu lalu pergi.
Malam harinya, Freya melihat Viona dan Javier pergi bersama dan setelah mereka pergi, Freya masuk ke kamar pribadi Javier dan Viona untuk menyiapkan baju liburan musim panas.
Itu artinya waktu yang Pamela berikan sudah tiba, Freya harus menjalankan misinya menggoda Javier.
Setelah menyelesaikan tugasnya mengemasi pakaian milik Viona ke koper, Freya tak sengaja menjatuhkan salah satu baju yang tergantung di lemari.
Saat mengambilnya, baju itu adalah milik Javier. Dan entah pikiran dari mana, Freya menghirup wangi di baju Javier yang berhasil membuatnya berimajinasi.
"Aku benar-benar gila!" gumam Freya, mengguncang kepalanya untuk mengusir pikiran liar yang muncul.
Ia buru-buru menyelesaikan tugasnya dan keluar dari kamar itu dengan perasaan yang bercampur aduk.
Freya kembali ke kamarnya, mengenakan salah satu baju sexy dan menatap bayangannya di cermin. Gaun itu memperlihatkan bahunya yang halus dan membentuk lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ketika ia melihat dirinya sendiri di cermin, ia merasa seperti seseorang yang berbeda, seseorang yang lebih berani.
"Apa yang akan terjadi jika Javier melihatku seperti ini?" pikirnya, sembari membayangkan tatapan dingin Javier yang berubah penuh gairah.
Gaun tidur transparan itu membuat Freya berdebar, lalu ia menggeleng dan mengakhiri malam sunyi sendirian di dalam rumah besar itu.
Freya mulai merasa lelah dan akhirnya tertidur. Namun, sekitar pukul dua belas malam, suara keras benda jatuh membangunkannya.
Penasaran dengan apa yang terjadi, ia pun bangun menuju area dapur yang saat itu sangat sepi. Freya juga tidak tahu apakah Javier dan Viona sudah pulang atau belum karena dua jam yang lalu ia ketiduran.
"Apa ada penyusup di rumah ini?" Freya berjalan dengan perlahan, mencari sumber suara benda jatuh yang terdengar sampai kamarnya.
Kepalanya celingukan dengan hati-hati, hingga tiba-tiba suara rendah yang familiar membuatnya terlonjak kaget.
“Apa kau terbangun karena suara barusan?”
Jantung Freya hampir berhenti. Ia berbalik cepat, dan melihat Javier berdiri di belakangnya. Wajahnya tampak dingin, meskipun ada sedikit kerutan di dahinya karena heran.
“Maaf jika aku mengganggumu,” kata Javier, matanya sekilas memandang Freya sebelum ia beralih melihat ke arah lain. “Tapi seharusnya kamu lebih memperhatikan apa yang kau kenakan saat keluar kamar.”
Freya mengikuti tatapan Javier, ia baru menyadari pakaiannya yang begitu terbuka dan menggoda. Pakaian yang seharusnya ia pakai hanya untuk menjalankan rencana.
Wajahnya memerah seketika.
‘Oh sial!’ umpat Freya dalam hati, merasa malu sekaligus terkejut, karena tatapan dingin Javier sempat berubah … meski hanya sesaat.
Namun, itu berhasil membuat Freya berpikir ada sedikit kemungkinan Javier tertarik padanya.
Keesokan paginya, Javier mengantarkan Viona sampai depan pintu saat wanita itu dijemput oleh Pamela untuk liburan bersama.Bahkan sampai saat ini pun Freya masih takut ketika Pamela menatapnya tajam memberikan peringatan kalau selama satu minggu ke depan, Freya harus berhasil menjalankan rencananya.Tapi bagaimana? Mendekati pria sedingin Javier tidaklah mudah. Pria itu hanya bersikap hangat dengan istrinya, dan menjadi orang ketiga dalam hubungan harmonis mereka tidaklah mudah.Namun, jika Freya tidak melakukan tugas pemberian Pamela, wanita itu pasti akan menghentikan pengobatan David yang saat ini masih di rumah sakit.Javier masih seperti biasanya, hanya menunjukkan kelembutan kepada istrinya."Jaga Viona baik-baik," katanya, suaranya tegas dan penuh perhatian. "Aku tidak akan memaafkan siapapun jika sesuatu terjadi padanya."Pamela hanya mengibaskan tangan dengan sikap angkuh. "Aku membawanya liburan, Javier, bukan ke medan perang."Viona tertawa kecil, menghampiri suaminya dan m
Dua hari berlalu dengan ketegangan yang kian memuncak di benak Freya. Meskipun mengenakan pakaian yang lebih berani, ia masih belum melakukan apapun untuk mendekati Javier. Namun, pesan-pesan dari Pamela tak henti-hentinya mengusiknya, membuat pikirannya gelisah dan hatinya terombang-ambing di antara ketakutan dan tuntutan.Pagi itu ketika Freya sedang menyiapkan sarapan, suara Javier yang tiba-tiba terdengar membuatnya terlonjak. "Kenapa kau mengenakan pakaian seperti itu?" Nada suaranya dingin, nyaris menusuk. Freya berbalik, menatapnya dengan mata melebar. Wajah pria itu serius, seperti mencoba membaca setiap gerak-geriknya. Sebelum Freya bisa menjawab, Javier melontarkan pertanyaan yang lebih mengagetkan, "Apa kau mencoba menggodaku?"Kata-kata itu tepat mengenai sasaran, dan jantung Freya serasa melonjak. "Ti-tidak, Tuan," ia segera menggeleng, mencoba mengelak. "Udara di luar mulai panas. Saya hanya mengenakan pakaian yang nyaman untuk musim panas."Mata Javier memicing, me
"Ah, Tuan Javier!" Freya terengah, kebingungan antara menahan rasa takut dan dorongan yang semakin menguasainya. Obat yang ditaburkan di makanannya jelas mulai bekerja, ditambah aroma alkohol yang menyeruak dari tubuh Javier, membuat tindakannya semakin liar.Tanpa ragu, Javier membalik tubuh Freya dan mencium bibirnya dengan penuh hasrat, mendominasi setiap inci dari dirinya. Freya yang awalnya terkejut, akhirnya menyerah, mengalungkan tangannya di leher Javier, membiarkan pria itu memegang kendali.Namun, ada yang menusuk hati Freya ketika Javier berbisik, "Viona…" Nama istrinya yang terucap dalam keadaan penuh gairah membuat Freya sadar bahwa meski tubuh Javier bersamanya, pikirannya tetap pada wanita yang dicintainya.Meskipun hatinya terluka, Freya tahu ia tak punya pilihan. Dengan rasa ragu, ia membiarkan Javier mengangkatnya dengan mudah, membawanya ke tempat tidur. Setiap sentuhan Javier semakin liar, penuh gairah yang tak bisa dikendalikan. Freya mati-matian menahan rasa t
Beberapa hari berlalu dalam ketegangan yang tak terucapkan antara Javier dan Freya. Viona akhirnya pulang dari liburannya. Dan seperti biasa, senyum manisnya menyambut Javier, saat pria itu segera mendekat memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang. Sementara itu, Pamela menyudutkan Freya dengan tatapan tajam, dan rasa mencekam menggantung di udara.“Apa sudah ada kemajuan?” suara dingin Pamela memecah keheningan.Freya mengikutinya dengan cemas. "Maaf, Nyonya... Kami baru melakukannya sekali. Saya belum bisa memastikan apakah saya hamil," jawabnya gugup.Pamela berbalik dengan tajam, wajahnya kaku. "Kau pikir aku melakukan ini untuk kebaikanmu? Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk pengobatan adikmu. Jika kau gagal, kau akan mengembalikan semuanya, dan bunganya juga!" ancamnya tanpa ampun.Seketika Freya menatap Pamela, namun wajah wanita itu tidak bercanda sama sekali. Freya hanya bisa menelan ludahnya, meratapi nasibnya demi kesembuhan David. Setelah Pamela mendesak Freya unt
"Kau sadar apa yang kau ucapkan itu?" Javier bertanya dengan nada dingin yang menusuk, membuat jantung Freya berdegup kencang. Wajahnya berubah drastis, dan dengan gugup Freya menelan ludah sambil melangkah mundur.Namun, bahkan jarak satu langkah tak cukup untuk menghindari tatapan tajam Javier yang menembus. "Ma-maaf, saya lancang. Seharusnya saya sadar diri, di rumah ini saya hanya pelayan," gumam Freya.Javier memperhatikan Freya menunduk sebagai permintaan maafnya. Bohong kalau Javier tidak tertarik dengan Freya, ia hanya mencoba membatasi diri agar tidak mengkhianati Viona.Terlebih Freya memiliki wajah yang cantik, tubuhnya yang terbungkus baju tidur itu juga tampak menarik. Javier adalah pria normal, bukan hanya satu wanita saja yang bisa membuatnya bereaksi. Pikirannya berkecamuk, dan dia menggeleng pelan, menahan diri sebelum godaan menguasainya.Dengan langkah berat, Javier melewati Freya, mencoba melawan hasrat yang hampir saja membakar akal sehatnya. Namun, rasa cemas m
Pagi harinya, Viona menghampiri Freya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. Senyum lembutnya menyapa, membuat suasana hangat terasa di dapur. "Sejak kamu tinggal di sini, aku jadi sering makan enak," ucap Viona, suaranya penuh pujian.Freya menoleh sejenak, tersenyum tipis. "Apa sebelumnya Nyonya tidak cukup makan makanan enak?" tanyanya.Viona tertawa kecil sambil mengambil gelas di meja. "Sebenarnya tidak semua masakan cocok di lidahku, tapi aku suka masakanmu," jawabnya, suaranya terdengar tulus. Freya memperhatikan cara berjalan Viona yang tampak sedikit berbeda dari biasanya."Anda sakit?" tanya Freya dengan nada khawatir.Viona mengangkat alisnya, sedikit terkejut. "Tidak, kenapa kamu berpikir begitu?" tanyanya balik, nadanya ringan namun penuh rasa ingin tahu.Freya menatapnya lebih lama sebelum menjawab, "Cara berjalan Anda tidak seperti biasanya. Mungkin Anda perlu berobat."Viona tertawa ringan sambil menggelengkan kepala. "Tidak perlu, ini biasa saja. Hal seperti ini seri
Meskipun sudah satu bulan berlalu sejak operasi David dilakukan, remaja itu juga masih belum menunjukkan tanda bahwa kesehatannya akan membaik. Ketika Freya masuk ke ruangan, David terlihat duduk dan menyapanya sambil tersenyum."Senang bisa melihatmu, Frey." sapa David.Freya menghampiri dengan cepat, meletakkan tasnya dan menghembuskan napas berat. "Kau membuatku khawatir, David," ujarnya lembut sebelum memeluk David erat, merasakan tubuh kurus adiknya yang terasa semakin rapuh di balik pelukannya."Dari mana kamu punya uang sebanyak ini untuk biaya pengobatanku? Jumlahnya pasti tidak sedikit, jangan paksa dirimu terus bekerja untuk merawat orang penyakitan sepertiku. Setelah aku mati, kau pasti akan bebas.""Tutup mulutmu!" bentak Freya, ia mendadak menjadi marah karena David membahas sesuatu yang ia takutkan. "Aku ingin kau sehat, David. Kalau dirimu tidak ada, aku tidak punya keluarga lagi. Setelah apa yang aku lakukan untukmu, apa kau akan menyerah begitu saja?"David menunduk
Freya menunjukkan sikap dinginnya di hadapan Javier, seolah tidak sedikit pun tertarik padanya. Namun, di balik tatapan acuhnya, ada sebuah rencana licik yang ia jalankan. Setiap gerak-gerik Viona diperhatikan dengan cermat, menunggu celah agar Freya bisa bergerak leluasa. Tugas dari Pamela menekan pikirannya, dan Freya tahu dia harus berhasil melaksanakannya, apapun risikonya.Saat malam tiba, ketika Viona terlelap dalam tidurnya, Javier masih sibuk di ruang kerjanya, tenggelam dalam pekerjaannya. Freya memberanikan diri masuk. Dengan langkah yang terukur, ia mendekati Javier, membuat pria itu menoleh dari layar komputer, sedikit terkejut melihat Freya di waktu yang tidak biasa."Apa yang kau lakukan di sini? Kau seharusnya beristirahat untuk bekerja besok," ujar Javier dingin, nadanya tidak ramah.Namun Freya tetap melangkah dengan sikap menggoda yang begitu terang-terangan. Tangan halusnya mengusap bahu Javier dari belakang, membuat pria itu berniat berdiri. Tapi sebelum sempat i