Freya melangkah ragu memasuki rumah mewah Javier Bennett, sebuah rumah yang lebih mirip istana dengan pilar-pilar menjulang dan taman yang luas.
Di dalam, setiap sudut dihiasi pernak-pernik mewah, berkilauan di bawah cahaya lampu kristal. Namun, bagi Freya, rumah ini terasa seperti sangkar emas, menawan tapi menjebak.
Ia akan menjadi pelayan di rumah ini, sebuah peran yang disepakati dalam perjanjian mengerikan yang telah ia buat dengan Pamela Bennett.
Freya harus menyembunyikan identitasnya sebagai orang ketiga dalam kehidupan Javier, berpura-pura menjadi seorang pelayan yang setia, sementara hatinya dipenuhi rasa takut.
"Selamat datang, Freya," sambut seorang wanita cantik dengan ramah. "Aku Viona, istri Javier Bennett."
Freya tertegun. Ia baru menyadari bahwa ia akan berhadapan langsung dengan istri Javier. Viona Bennett tampak anggun dan elegan, dari tatapannya yang lembut membuat Freya yakin bahwa Viona adalah wanita yang baik.
"Senang bertemu dengan Anda, Nyonya," jawab Freya dengan gugup.
Viona tersenyum tipis. "Aku harap kau bisa menjadi pelayan yang baik. Javier sangat menyukai masakan Italia, jadi kau harus mempelajari resep-resepnya."
Freya mengangguk, hatinya dipenuhi ketakutan. Ia tahu bahwa tugasnya tidaklah mudah. Ia harus berpura-pura menjadi orang asing di rumah ini, menyembunyikan rahasia yang membebani hatinya.
Tepat pada saat itu, sosok pria tampan dan gagah menuruni tangga. Sejenak Freya terpaku, betapa tampan dan berwibawa sosok Javier jika dilihat secara langsung.
Di depan matanya, Javier menunjukkan keromantisan untuk istrinya sehingga Freya menundukkan kepala.
"Siapa ini?" tanya Javier, matanya menyorot Freya dengan tajam.
"Dia pelayan baru di rumah kita," jawab Viona, suaranya lembut.
Javier mengangguk singkat, pria itu mencium mesra bibir Viona di depan Freya sebelum pergi bekerja. Tampak Viona malu-malu saat Javier memperlakukannya seperti itu di depan orang baru.
Freya terdiam, mengamati mereka berdua. Pertanyaan besar muncul di benaknya, mengapa Pamela menyuruh orang lain menjadi orang ketiga di rumah tangga putranya saat hubungan Javier dan istrinya baik-baik saja? Apakah ini sebuah jebakan? Apakah Pamela memiliki rencana lain yang tersembunyi?
Freya merasakan ketakutan menjalari tubuhnya. Ia telah menjual dirinya demi menyelamatkan adiknya, namun ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia harus berpura-pura menjadi orang asing di rumah ini, menyembunyikan rahasia yang membebani hatinya.
Freya hanya bisa berharap bahwa ia bisa bertahan hidup di rumah ini, dan memastikan ia bisa menyelamatkan David dari kematian.
**
Seminggu berlalu, Freya mulai terbiasa dengan rutinitas di rumah megah Javier Bennett.
Setiap pagi, ia menyaksikan Javier dan Viona saling berpelukan mesra sebelum Javier berangkat bekerja. Viona dengan senyum yang lembut dan tatapan yang penuh kasih sayang, selalu menyapa Freya dengan ramah.
Freya merasa tertekan. Ia melihat betapa bahagianya Javier dan Viona. Namun, di balik kebahagiaan itu, Freya tahu bahwa ia adalah bom waktu yang siap meledak.
Seiring berjalannya waktu, Freya mulai memperhatikan Javier. Ia mengamati kebiasaan pria itu, cara ia berbicara, cara ia tertawa, cara ia memandang Viona. Freya menyadari bahwa Javier adalah pria yang penuh kasih sayang, dan ia mencintai Viona dengan tulus.
"Kenapa aku harus melakukan ini?" gumamnya dalam hati. "Kenapa aku harus menjadi orang ketiga?"
Freya pun sudah mulai mencari celah untuk menggoda Javier. Ia mencoba untuk menarik perhatian pria itu dengan cara-cara halus, seperti memasak makanan kesukaan Javier, menata ruangan dengan rapi, dan ia berusaha untuk selalu berada di dekat Javier.
Namun, setiap kali ia mencoba untuk mendekat, Javier selalu bersikap dingin dan menjaga jarak. Ia memang memperlakukan Freya dengan sopan, namun tidak pernah menunjukkan tanda-tanda tertarik.
Freya merasa putus asa. Ia tak tahu bagaimana cara untuk menggoda Javier. Ia merasa seperti sedang bermain dengan api, dan ia takut akan terbakar.
Suatu sore, Freya sedang membersihkan ruang makan ketika Javier masuk. Ia tampak lelah dan kesal. "Apa kau sudah menyiapkan makan malam?" tanyanya dengan suara dingin.
"Ya, Tuan," jawab Freya dengan gugup. "Saya sudah menyiapkan makanan kesukaan Anda."
Javier mengangguk, lalu duduk di meja makan. Freya segera menyajikan makanan, hatinya berdebar kencang. Ia mencoba untuk tidak menatap Javier, namun pandangannya tak bisa lepas dari pria itu.
"Terima kasih," kata Javier, matanya menatap Viona yang baru saja turun dari tangga. "Sayang, aku sudah lapar."
Viona tersenyum, lalu duduk di samping Javier. Mereka berdua mulai makan malam, bercanda dan tertawa bersama.
Freya merasa tertekan, ia merasa seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukan yang tak ingin ia saksikan.
"Freya, tolong ambilkan minuman untukku," kata Viona dengan ramah.
Freya mengangguk, lalu pergi ke dapur untuk mengambil minuman.
Rasanya, ia seperti sedang terperangkap dalam sebuah mimpi buruk. Namun, Freya tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai.
Bagaimanapun caranya, Freya harus bisa menggoda Javier meskipun harus mengorbankan harga dirinya.
Dua minggu telah berlalu sejak Freya mulai bekerja sebagai pelayan di rumah megah Javier Bennett. Setiap hari terasa seperti beban berat yang menghimpit, dengan bayang-bayang perjanjian gelap yang terus menghantuinya.Terlebih saat Pamela Bennett, ibu Javier, selalu memastikan bahwa Freya menjalankan misinya menggoda Javier dan merusak rumah tangga bahagia itu.Freya mencoba berkali-kali untuk mendekati Javier, tapi pria itu selalu menjaga jarak, mencintai istrinya dengan sepenuh hati. Viona yang selalu bersikap baik padanya membuat Freya semakin sulit untuk melaksanakan perintah Pamela.Namun, hari ini, Pamela datang dengan ancaman baru.Di ruang kecil di sudut rumah, Pamela mendatangi Freya dengan ekspresi dingin. Matanya menyala tajam saat ia berbicara."Sudah lebih dua minggu. Kau sudah membuat kemajuan?" tanya Pamela tanpa basa-basi.Freya menunduk, "Belum, Nyonya. Tuan Javier... ia selalu menjaga jarak."Pamela mendengus marah, wajahnya menunjukkan ketidaksabaran. "Kau terlalu l
Setelah malam itu, pandangan Freya terhadap Javier menjadi berbeda. Ia terus terbayang kalau dirinya berada di posisi Viona saat menerima sentuhan hangat Javier.Seperti apa rasanya dicintai oleh pria seperti Javier?Setiap kali menyajikan makanan untuk Javier, Freya akan memanfaatkan waktu sesingkat apapun untuk menatap wajah pria itu. Sungguh pria yang menawan. Sikap dinginnya membuat Freya sangat ingin menaklukkannya."Aku harus bagaimana?" pikir Freya, bingung. "Bagaimana aku bisa membuatnya memperhatikanku?"Pagi itu, Javier pergi ke kantor dan Viona juga pergi untuk menghadiri perkumpulan para wanita sosialita, itu artinya Freya sendiri di rumah.Ia pun juga pergi untuk membeli beberapa pakaian sexy, sungguh ia telah menjatuhkan harga dirinya hingga ke dasar tanah.Freya memilih pakaian-pakaian yang tak pernah terbesit di pikirannya akan ia kenakan. Pakaian tidur yang transparan, gaun malam yang menonjolkan lekuk tubuhnya, dan lingerie yang hanya akan menambah daya tariknya di m
Keesokan paginya, Javier mengantarkan Viona sampai depan pintu saat wanita itu dijemput oleh Pamela untuk liburan bersama.Bahkan sampai saat ini pun Freya masih takut ketika Pamela menatapnya tajam memberikan peringatan kalau selama satu minggu ke depan, Freya harus berhasil menjalankan rencananya.Tapi bagaimana? Mendekati pria sedingin Javier tidaklah mudah. Pria itu hanya bersikap hangat dengan istrinya, dan menjadi orang ketiga dalam hubungan harmonis mereka tidaklah mudah.Namun, jika Freya tidak melakukan tugas pemberian Pamela, wanita itu pasti akan menghentikan pengobatan David yang saat ini masih di rumah sakit.Javier masih seperti biasanya, hanya menunjukkan kelembutan kepada istrinya."Jaga Viona baik-baik," katanya, suaranya tegas dan penuh perhatian. "Aku tidak akan memaafkan siapapun jika sesuatu terjadi padanya."Pamela hanya mengibaskan tangan dengan sikap angkuh. "Aku membawanya liburan, Javier, bukan ke medan perang."Viona tertawa kecil, menghampiri suaminya dan m
Dua hari berlalu dengan ketegangan yang kian memuncak di benak Freya. Meskipun mengenakan pakaian yang lebih berani, ia masih belum melakukan apapun untuk mendekati Javier. Namun, pesan-pesan dari Pamela tak henti-hentinya mengusiknya, membuat pikirannya gelisah dan hatinya terombang-ambing di antara ketakutan dan tuntutan.Pagi itu ketika Freya sedang menyiapkan sarapan, suara Javier yang tiba-tiba terdengar membuatnya terlonjak. "Kenapa kau mengenakan pakaian seperti itu?" Nada suaranya dingin, nyaris menusuk. Freya berbalik, menatapnya dengan mata melebar. Wajah pria itu serius, seperti mencoba membaca setiap gerak-geriknya. Sebelum Freya bisa menjawab, Javier melontarkan pertanyaan yang lebih mengagetkan, "Apa kau mencoba menggodaku?"Kata-kata itu tepat mengenai sasaran, dan jantung Freya serasa melonjak. "Ti-tidak, Tuan," ia segera menggeleng, mencoba mengelak. "Udara di luar mulai panas. Saya hanya mengenakan pakaian yang nyaman untuk musim panas."Mata Javier memicing, me
"Ah, Tuan Javier!" Freya terengah, kebingungan antara menahan rasa takut dan dorongan yang semakin menguasainya. Obat yang ditaburkan di makanannya jelas mulai bekerja, ditambah aroma alkohol yang menyeruak dari tubuh Javier, membuat tindakannya semakin liar.Tanpa ragu, Javier membalik tubuh Freya dan mencium bibirnya dengan penuh hasrat, mendominasi setiap inci dari dirinya. Freya yang awalnya terkejut, akhirnya menyerah, mengalungkan tangannya di leher Javier, membiarkan pria itu memegang kendali.Namun, ada yang menusuk hati Freya ketika Javier berbisik, "Viona…" Nama istrinya yang terucap dalam keadaan penuh gairah membuat Freya sadar bahwa meski tubuh Javier bersamanya, pikirannya tetap pada wanita yang dicintainya.Meskipun hatinya terluka, Freya tahu ia tak punya pilihan. Dengan rasa ragu, ia membiarkan Javier mengangkatnya dengan mudah, membawanya ke tempat tidur. Setiap sentuhan Javier semakin liar, penuh gairah yang tak bisa dikendalikan. Freya mati-matian menahan rasa t
Beberapa hari berlalu dalam ketegangan yang tak terucapkan antara Javier dan Freya. Viona akhirnya pulang dari liburannya. Dan seperti biasa, senyum manisnya menyambut Javier, saat pria itu segera mendekat memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang. Sementara itu, Pamela menyudutkan Freya dengan tatapan tajam, dan rasa mencekam menggantung di udara.“Apa sudah ada kemajuan?” suara dingin Pamela memecah keheningan.Freya mengikutinya dengan cemas. "Maaf, Nyonya... Kami baru melakukannya sekali. Saya belum bisa memastikan apakah saya hamil," jawabnya gugup.Pamela berbalik dengan tajam, wajahnya kaku. "Kau pikir aku melakukan ini untuk kebaikanmu? Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk pengobatan adikmu. Jika kau gagal, kau akan mengembalikan semuanya, dan bunganya juga!" ancamnya tanpa ampun.Seketika Freya menatap Pamela, namun wajah wanita itu tidak bercanda sama sekali. Freya hanya bisa menelan ludahnya, meratapi nasibnya demi kesembuhan David. Setelah Pamela mendesak Freya unt
"Kau sadar apa yang kau ucapkan itu?" Javier bertanya dengan nada dingin yang menusuk, membuat jantung Freya berdegup kencang. Wajahnya berubah drastis, dan dengan gugup Freya menelan ludah sambil melangkah mundur.Namun, bahkan jarak satu langkah tak cukup untuk menghindari tatapan tajam Javier yang menembus. "Ma-maaf, saya lancang. Seharusnya saya sadar diri, di rumah ini saya hanya pelayan," gumam Freya.Javier memperhatikan Freya menunduk sebagai permintaan maafnya. Bohong kalau Javier tidak tertarik dengan Freya, ia hanya mencoba membatasi diri agar tidak mengkhianati Viona.Terlebih Freya memiliki wajah yang cantik, tubuhnya yang terbungkus baju tidur itu juga tampak menarik. Javier adalah pria normal, bukan hanya satu wanita saja yang bisa membuatnya bereaksi. Pikirannya berkecamuk, dan dia menggeleng pelan, menahan diri sebelum godaan menguasainya.Dengan langkah berat, Javier melewati Freya, mencoba melawan hasrat yang hampir saja membakar akal sehatnya. Namun, rasa cemas m
Pagi harinya, Viona menghampiri Freya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. Senyum lembutnya menyapa, membuat suasana hangat terasa di dapur. "Sejak kamu tinggal di sini, aku jadi sering makan enak," ucap Viona, suaranya penuh pujian.Freya menoleh sejenak, tersenyum tipis. "Apa sebelumnya Nyonya tidak cukup makan makanan enak?" tanyanya.Viona tertawa kecil sambil mengambil gelas di meja. "Sebenarnya tidak semua masakan cocok di lidahku, tapi aku suka masakanmu," jawabnya, suaranya terdengar tulus. Freya memperhatikan cara berjalan Viona yang tampak sedikit berbeda dari biasanya."Anda sakit?" tanya Freya dengan nada khawatir.Viona mengangkat alisnya, sedikit terkejut. "Tidak, kenapa kamu berpikir begitu?" tanyanya balik, nadanya ringan namun penuh rasa ingin tahu.Freya menatapnya lebih lama sebelum menjawab, "Cara berjalan Anda tidak seperti biasanya. Mungkin Anda perlu berobat."Viona tertawa ringan sambil menggelengkan kepala. "Tidak perlu, ini biasa saja. Hal seperti ini seri