"Iya, pak. Namanya Ken. Tetapi, sebenarnya dia memiliki bakat untuk menjadi pialang saham, pak. Itu dia perlihatkan saat dilakukan test untuk pialang saham oleh Pak Gatot, seorang tukang test berpengalaman yang biasanya melakukan pengujian terhadap semua pialang yang masuk di perusahaan ini, pak, " kata Lidya yang bersemangat mempromosikan Ken.Graham, seorang pria berkulit putih, kini memperhatikan wajah Lidya saat Lidya sedang menceritakan tentang Ken ini. Ada rasa cemburu di hati Graham dan juga ada rasa tidak rela kalau dia harus memberikan promosi kepada Ken karena yang dia lihat, orang tuanya Lidya tidak suka akan hubungan Lidya dan Ken, kalau dia mempromosikan Ken maka dia takut dengan masa depan pendekatannya dengan Lidya nanti.Tetapi Graham juga tahu kalau dia tidak bisa langsung menolak mentah-mentah untuk mempromosikan Ken menjadi pialang saham, karena itu akan bisa membuat Lidya menjauh darinya.Karena itu, Graham harus bermain cantik lagi. Dia harus memainkan sebuah nara
"Ayo, Lidya. Kamu harus segera memimpin kami," kata Edmund kembali mengingatkan Lidya.Lydia terpaksa pamitan kepada Ken dan segera mengikuti langkah Edmund untuk menuju ke ruangan Tim Alfa.Ken Masih sempat maju 2 langkah mendekati bagian belakang Lidya kemudian berbisik di telinga Lidya, "aku bangga kepadamu. Maju terus, Lidya."Lidya menghentikan langkahnya. "Tapi aku takut.""Takut kenapa?""Prestasiku Itu kan karena adanya bantuan dari Master Wing. Sekarang ini, kalau aku langsung memimpin Tim Alfa tanpa bimbingan dari Master Wing, bisa-bisa aku gagal. Karena aku yakin aku tidak akan mampu tanpa bimbingan Master Wing."Ken tersenyum dan berkata, "aku yakin kamu mampu tapi kalau memang kamu tidak percaya diri, kamu coba saja hubungi Master Wing."Lidya mengangguk. "I will." Kemudian dia langsung menuju ke ruangan Tim Alfa untuk mengikuti Edmund yang sudah menunggunya dari jarak sekitar 5 meter.Lidya masuk ke dalam ruangan Tim Alfa dengan kurang percaya diri. Tapi dia langsung dis
Romel menggeram dan berkata, “aku tahu orang macam apa kamu ini!”“Maksud, bapak?”“Aku tahu kalau kamu sejak awal mengincar Lidya supaya kamu bisa numpang hidup enak di rumahku. Iya kan?”“Aku tidak--”“JANGAN MENYANGKAL!” teriak Romel. “Aku tahu orang macam apa kamu ini. Aku tahu kalau kamu mengincar harta warisan aku, iya kan?”“Sama sekali tidak, pak. Keluargaku tidak mengajarkan demikian kepadaku. Keluargaku punya rumah juga untuk mereka wariskan kepadaku, jadi--”“Rumah gubuk di kampung, kan?” potong Romel. “Cleaning service seperti kamu ini, pasti warisannya kayak gitu, makanya kamu mendekati anakku karena sudah kesengsem dengan rumahku. Ingin numpang hidup enak di rumahku. Iya kan?”“Tidak seperti itu, pak. Sama sekali tidak seperti itu.” Ken harus meredam amarahnya di dadanya karena orang yang sedang menghinanya saat ini adalah ayah dari gadis yang sangat Ken cintai.Kalau orang lain yang berusaha menghina Ken seperti ini, bisa saja Ken akan marah dan langsung berusaha melaku
Ken baru saja memberikan beberapa masukan di pasar saham kepada Lidya, dengan berperan sebagai Master Wing. Tapi, baru saja dia hendak memberikan masukan tambahan, Burhan, sang kepala cleaning service sudah datang bersama Rudy, staf dari bagian umum untuk mengawasi kinerja Ken setiap menit.“Hah? Kenapa begini?” tanya Ken. Biasanya Ken memang hanya diawasi oleh Burhan. Itupun Ken hanya diawasi kinerjanya sekali-kali. Saat sudah mendekati makan siang ataupun mendekati jam pulang kantor, karena itu, Ken sangat bingung dengan perubahan ini.“Ini adalah perintah dari Direktur Umum, Ken. Kami berdua hanya menjalankan tugas aja,” bisik Burhan.Ken terpaksa pasrah. Tapi sekarang dia menjadi bingung cara untuk menganalisa pasar saham dan memberikan saran-saran bagi Lidya karena setelah itu, Ken betul-betul diawasi dengan ketat oleh Burhan dan Rudy. Mereka berdua hanya duduk dari dua sisi, khusus untuk mengawasi Ken dan setiap kali Ken berusaha untuk mengeluarkan handphone, maka,mereka berdua
Ken sempat panas saat melihat pemandangan itu, apalagi karena pria bule itu tampak mendekatkan wajahnya ke wajah Lidya dan tidak terlihat Lidya menghindar. Bahkan, Lidya nampak memeluk tubuh pria bule itu.Ken tidak bisa lagi melihat pemandangan itu, sehingga Ken langsung membalikkan tubuhnya dan menjauh dari posisinya sebelumnya.Ken mengambil tongkat pel-nya untuk mengepel di tempat yang berada 20 meter dari Lidya berjakan tadi.“Hmmmph … pantas saja dia tidak membalas email-ku. Padahal, aku korbankan jam makan siangku untuk berhubungan dengannya lewat email. Huft.” Ken bertindak agresif. Dia menggerakkan tongkat pel-nya dengan cepat untuk membersihkan tempat ini.Seseorang tampak memperhatikan tingkah laku Ken dari jarak 5 meter. Dia bahkan mengabadikan apa yang sedang dilakukan Ken dan juga ekspresi wajah Ken yang sedang sedih dan setengah mengamuk dalam bekerja itu dengan melakukan perekaman video.Setelah itu, orang ini tertawa licik dan mengirim video ini ke nomor WA Graham.Di
Bayangan Lidya memeluk tubuh pria bule tadi, masih mengganggu pikiran Ken sehingga dia tidak bisa bekerja dengan baik. Namun akhirnya Ken berusaha untuk menenangkan hatinya. “Aku tidak boleh curiga berlebihan pada Lidya. Mungkin saja ada sesuatu yang bisa dijelaskan sehingga Lidya memluk pria itu.”“Tapi apa? Pemandangan tadi terlihat dengan sangat jelas. Pria bule tadi terlihat menyandarkan kepalanya ke bahu Lidya. Harusnya Lidya menolak, tapi, kenapa Lidya malah memeluknya? Penjelasan apa dengan keadaan sejelas itu?” batin Ken lagi.Ken menengadahkan wajahnya ke langit-langit ruangan. “Apakah untuk ketiga kalinya aku kembali mendapatkan situasi seperti itu, dimana gadis yang aku cintai, ternyata ada main di belakang dengan pacar mereka. Ugh … apakah pria bule itu adalah pacarnya Lidya?”Ken kembali bekerja karena Rudy terlihat melotot ke arah Ken. Hati Ken tidak tenang tapi, setelah Ken teringat akan kebersamaan dia dengan Lidya beberapa hari ini, pembelaan Lidya untuk Ken dan pener
“Apa lagi, hah?!” Romel melotot ke arah Ken.“Baiklah. Aku tidak jadi minta ijin.” Ken akhirnya mengalah. Dia belum siap untuk kehilangan tempat bagi dia untuk menguji cinta Lidya.Romel menatap Ken dan membatin. “Apapun keputusan yang kamu ambil, aku dan Graham pasti akan menemukan cara untuk memisahakan kamu dengan Lidya. Karena aku tidak sudi memiliki mantu orang miskin sepertimu!”Ken langsung mohon diri dan keluar dari ruangan HRD. Langkahnya terus diikuti oleh Burhan. Ken berusaha menyelesaikan tugasnya hari ini karena dia kembali diawasi oleh Burhan dan Rudy.Ken berusaha fokus bekerja dan memilih untuk tenang. Dia berniat untuk bertanya tentang pelukan Lidya pada pria bule itu, sesudah usai jam kerja.**Di tempat lain, seusai jam kerja, Lidya terduduk lesu. Semua keputusan yang dia buat hari ini, baik itu pembelian saham maupun penjualan saham gorenhan atau saham Blue Chip yang selalu bergerak harganya di pasar saham, ternyata semuanya merugikan bagi Lidya dan timnya.Lidya m
Ada suara desahan lelaki dan perempuan yang dari suaranya, jaraknya tampak tidak terlalu jauh dari pintu masuk ruangan presiden direktur itu.Suara desahan yang bersahutan itu, terdengar seperti ada dua orang, laki-laki dan perempuan yang sedang bercumbu, memadu kasih, tidak jauh dari pintu masuk ruangan presiden direktur ini.Ken terdiam kaku saat mendengar suara desahan panas antara dua orang di dalam sana. Ken masih sempat mendengar pembicaraan antara dua gadis tadi yang walaupun sudah meninggalkan posisi mereka sebelumnya di depan ruangan presiden direktur, tapi, posisi dua gadis itu masih berada di depan Ken beberapa meter.“Hot banget di dalam sana. Aduh. Sampai meriang aku dengarnya,” kata si gadis pertama.“Aku juga. Jadi kepengen bermesraan setelah mendengar itu. Ih,” timpal gadis kedua.“Tapi, kasihan juga sih si cleaning service.” gadis pertama menoleh ke belakang ke arah Ken.“Iya juga, sih. Tapi, mana bisa sih cleaning service bersaing dengan bos besar. Levelnya beda jauh