"Awas ada drone!" teriak Jenderal Besar Raven saat dia mulai di kejauhan sana ada 8 benda mencurigakan yang terbang mendekat.Karena tidak mau menjadi korban maka begitu mendengar teriakan Jenderal Besar Raven itu, para prajurit langsung memencar sambil mencari keberadaan drone yang dimaksud Jenderal Besar Raven itu.Dan setelah mereka menemukannya, mereka langsung mengarahkan tembakan-tembakan mereka ke arah Drone yang berdatangan itu.Beberapa drone itu mulai menembak tapi mereka sudah berhasil ditembak dan dijatuhkan oleh para prajuritnya Jenderal Besar Raven.Setelah itu, Jenderal Besar Raven memberi komando agar supaya perjalanan diteruskan dengan Jenderal Besar Raven terus mengawasi keadaan.Sesampainya di Mall Kota Delta, ternyata sudah ada dua kelompok pesawat angkut yang sudah berada di sana lebih dulu bahkan saat pesawatnya Daniel datang, hampir bersamaan dengan kelompok keempat."Hidup Jenderal Besar Raven. Hidup Jenderal Besar Raven," teriak ratusan prajurit saat mereka me
"Itu pasti Maverick." Dengan harapan tinggi kalau yang datang adalah pilot pesawat tempur yang baru saja menolong dia dan para prajuritnya untuk bisa mendarat tanpa gangguan dari pesawat tempur musuh, Jenderal Besar Raven sudah keluar."Ternyata dia hanya seorang cleaning service di mall ini, jenderal," kata Vigo menyambut Jenderal Besar Raven."Takut-takuti dia tapi jangan bunuh dia. Usahakan kita tidak boleh membunuh warga sipil kecuali warga sipil itu bersenjata api dan ingin mencelakai kita. Mengerti?" tandas Jenderal Besar Raven."Siap, jenderal."Setelah itu, Jenderal Besar Raven mulai berdiskusi dengan beberapa orang perwiranya untuk menetapkan rencana terbaik menuju ke arah ibukota."Jenderal Besar Raven, terjadi sesuatu di negara kita," kata Brigjen Bryan sambil membawa laptop resmi kemiliteran."Ada apa?""Dewan jenderal yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Shichenko, beserta dewan jenderal, sudah memaksakan rapat luar biasa dengan agenda memaksakan perang.""J
Mendengar kata-kata dari Jenderal Besar Raven ini, Dewan parlemen dan Dewan Militer kini menunggu dalam diam, menunggu kata-kata Jenderal Besar Raven selanjutnya.Jenderal Besar Raven kembali pidato online untuk berusaha menaikkan semangat saudara-saudara sebangsanya yang memiliki hak dan kemampuan dalam mengijinkan perang terjadi dengan negara Krimea.Setelah Jenderal Besar Raven menyelesaikan kata-katanya, terjadi kasak-kusuk diantara anggota Dewan Militer dan juga anggota Dewan Senat.Setelah berembuk beberapa saat dengan semua anggotanya, diselingi dengan hasutan-hasutan dari Gerga, akhirnya Gerga kembali berdiri dan mengambil pengeras suara serta menatap Jenderal Besar Raven."Begini, menurut kami, Kata-kata dari Jenderal ini tidak merubah keadaan. Kita tetap tidak bisa berperang. Perang itu mahal harganya dan akan mengakibatkan kerugian besar. Kerugian besar akan dibebankan kepada rakyat juga. Huh!" cibir Gerga."Kamu tidak mengerti, perdana menteri. Yang aku tekan kan disini ad
"Perdana menteri, dengan adanya kesaksian dari mata-mata ini sebaiknya kalian kembali berembuk jangan coba-coba mengambil keputusan sendiri. Ingat! Parlemen itu terdiri dari banyak orang, kamu jangan mengambil keputusan sendiri tanpa rapat antar sesama kalian! Ingat itu!" kata Shichenko sambil menatap tajam kearah Gerga."Iya, jenderal. Aku akan segera mengajak para anggota parlemen untuk berembuk." Setelah berkata seperti itu, Gerga kembali membalikkan tubuhnya untuk melakukan rapat dengan anggota parlemen.Saat parlemen melakukan rapat, anggota Dewan Militer nampak tersenyum-senyum, mereka masih sangat bangga dengan kata-kata dari Mordo tadi tentang ketakutan dari para petinggi militer Krimea akan kebangkitan militer Hawking dibawah pimpinan Jendral Besar Raven yang mengguncang dunia itu.Sementara Mordo masih menunggu di tengah panggung, ada 1 buah kursi yang dibawa oleh staf di gedung ini kepada Mordo yang sebelumnya berdiri untuk duduk di tengah panggung menantikan hasil rapat da
"Kamu dimana?" tanya Wilona lirih."Aku di Krimea. Aku beberapa kali menelponmu tapi handphone-mu selalu tidak aktif," jawab Jenderal Besar Raven."Mereka sempat merampas handphoneku, Daniel. Tetapi untunglah, saat ini, mereka kembali membolehkan aku memegang handphoneku.""Syukurlah. Aku minta maaf padamu, Wilona.""Untuk apa?""Karena aku gagal menolongmu hingga kamu jatuh ke tangan Pangeran Darius.""Aku tidak menyalahkanmu, Daniel. Aku yakin kalau kamu sudah berusaha sekuatnya untuk menolongku, tapi, keadaan berkehendak lain.""Sekarang ini aku berada di Krimea. Kamu ada di mana, Wilona?"Aku di istana Keluarganya Darius, Daniel, tetapi syukurlah, sampai saat ini, dia tidak mengapa-apakan diriku.""Baguslah. Dia memang pernah berjanji kepadaku kalau dia tidak akan menyentuhmu hingga dia menikahimu dan itu akan dia dilakukan dalam 1 minggu ini.""Yah. Itulah yang dia katakan kepadaku. Dia bilang, dia ingin menikahiku dalam satu minggu ini. Tetapi aku berjanji kepada diriku sendiri
"APA YANG KAMU INGINKAN? PERGI?!!" teriak Wilona sambil menyambar sebuah asbak di atas meja, asbak yang terbuat dari kaca. Asbak itu langsung dia pegang dengan kedua tangannya dan siap untuk diayunkan kepada Darius yang berusaha mendekatinya.Darius tersenyum dan berkata, "jangan khawatir, sayangku. Aku tidak akan pernah tega menyakitimu. Lagipula, aku menghormatimu. Karena itu, aku baru akan melakukannya saat kita sudah resmi menikah.""Lalu kenapa kamu mendekatiku?""Aku mendekatimu ini, hanya untuk supaya aku bisa melihat wajahmu dengan jelas sebelum aku meninggalkan kamu karena aku selalu merindukan wajahmu. Wajah cantik jelita yang selalu membuatku terpesona."Setelah berkata seperti itu, Darius membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar meninggalkan Wilona sendirian.Wilona langsung menghempaskan tubuhnya di pembaringan. Dia sangat lega karena Darius belum melakukan kekerasan atau belum berusaha mencoba untuk melakukan pelecehan kepadanya.**Di tempat lain, Jenderal Besar Raven m
"Aku tidak ingin merusak masa depan prajuritku sendiri, perdana menteri. Aku yang mengajari mereka untuk mempertahankan negara ini, karena itu, mereka tidak perlu ikut denganku karena aku akan pergi ke perang yang mustahil aku menangkan.""Hahaha. Baguslah kalau kau mengerti.""Kalau aku mau, aku bisa mengajak 80 persen prajurit disini untuk mengikutiku tapi, aku tidak bisa melakukannya, aku tidak ingin membiarkan mereka melawan konstitusi negara ini, apalagi, harus ada yang menjaga negeri ini dari tangan pengkhianat yang bisa menghancurkan negeri yang kami cintai ini." Jenderal Besar Raven menatap tajam ke arah Gerga.Untuk sejenak, Gerga memalingkan wajahnya setelah itu dia berbalik dan berkata, "baguslah, jenderal, kalau kamu tidak mengajak mengajak bekas anak buahmu untuk mengikutimu. Aku bilang bekas, karena saat kamu tetap pada rencanamu untuk berperang menghadapi Krimea, maka otomatis kamu sudah dipecat dari militer negeri ini. Ingat itu, jenderal," kata Gerga sambil kembali me
"Aku tahu kalau kalian ingin sekali mengikuti aku ke medan perang. Aku tahu kalau kalian ingin sekali menghadapi musuh kita bersama-sama. Aku tahu kalau kalian ingin berada di bawah pimpinanku untuk terakhir kalinya tetapi aku bukan pergi ke medan perang di mana ada kesempatan untuk menang tapi aku pergi ke medan perang di mana kesempatan untuk menang sama sekali tidak ada."Setelah itu, Jenderal Besar Raven terdiam sambil menatap satu-satu ke arah sekitar 300 orang anggota pasukan Klan Naga Api yang memiliki keluarga.Jenderal Besar Raven juga meminta 3000 prajurit dan perwira yang mengikutinya untuk mengaku.Kalau di antara mereka ada yang sudah berkeluarga, maka mereka harus bergabung dengan anggota klan Naga Api yang sudah berkeluarga.Setelah menghela nafas, Jenderal Besar Raven kembali melanjutkan kata-katanya, "Karena kalian memiliki keluarga, aku tidak akan ijinkan kalian untuk mengikutiku. Tapi, masih ada harapan bagi kalian untuk nanti membantu kami.""Bagaimana caranya, je