Dengan cepat, tohokan Juna dipatahkan. Harusnya dia menyadari bahwa tak mungkin Rinjani berani bertingkah begini jika ada Dharma Winata di rumah.“Jun ….” Tangan Rinjani mulai membelai dada Juna sambil merayapkan kedua tangan ke wajah Juna.Sungguh berbahaya, ini sangat berbahaya. Juna memang mencintai Anika, tapi sebagai pria normal, kalau terus digoda begini, bukankah akan membuatnya runtuh?“Rin, kalau tidak jadi makan bersama, aku pulang saja, yah!” Juna menahan dua tangan Rinjani yang merayap ke belakang telinganya.Mata Rinjani bertemu tatapan teguh Juna. Di pandangan Juna, selalu terarah ke wajahnya, sama sekali tidak melirik ke arah tubuhnya.“Apakah aku memang tidak semenarik itu, Jun?” Rinjani menampilkan wajah muram.“Bukannya kamu tidak menarik, Rin, tapi aku sudah memiliki pujaanku sendiri.” Juna berkata.Dia terpaksa menyatakan demikian karena Rinjani sudah semakin ekstrim cara menggodanya.Mata Rinjani membeku sejenak usai mendengar pengakuan Juna. “Kamu … kamu sudah pu
Mendengar seruan Rinjani, Juna hanya menjawab, “Sudah, sudah, sana masuk ke dalam! Jangan terlalu lama di luar begini, tak baik!”Setelah itu, dia melajukan motornya keluar dari areal hunian Winata yang besar dan luas.“Hgh! Wanita satu itu … apa dia tidak malu teriak-teriak begitu? Memangnya tidak malu kalau sampai terdengar pekerja-pekerja di rumahnya? Tak paham aku dengannya.” Juna menggumam pelan.Setelahnya, motor melaju ke arah rumah Anika.“Tuan.” Mendadak saja, Nyai Wungu sudah muncul di bahu Juna. Seperti biasa, dia memilih bentuk sebesar cacing tanah bila memunculkan wujud fisik solidnya.“Bagaimana, Nyai? Apakah Hartono masih mengirim orang untuk menguntit aku?” tanya Juna tanpa menoleh ke samping.“Tadi sempat menguntit Tuan dan saya biarkan karena saya tahu Tuan hendak ke tempat nona Rinjani. Tapi begitu penguntitnya melihat Tuan masuk ke rumah nona Rinjani, dia langsu
Suara astral yang hanya bisa didengar oleh makhluk yang memiliki energi supernatural itu terdengar berat, rendah, dan tua.‘Sial! Kenapa datang di saat sedang begini?’ maki Nyai Mirah di hatinya ketika dia mengetahui suara siapa itu.Mau tak mau, gara-gara suara itu, pertarungan pun berjeda. Kedua nyai jin menengadah ke langit di atas mereka dan kemudian muncul perlahan cahaya merah terang yang turun dari atas.Juna bisa melihat jelas itu kumpulan cahaya merah yang setelahnya memunculkan wujud kereta kencana dengan 8 kuda hitam legam, melayang gagah di angkasa.‘Hm, kau membuatku menunggu terlalu lama, Mirah!’ Suara itu muncul lagi, diikuti sosoknya yang keluar dari kereta kencana.Mata supernatural Juna melihat sosok gagah di angkasa. Wujudnya tinggi besar, berkulit merah kehitaman, dan berotot bagaikan binaragawan, memakai pakaian seperti raja Jawa kuno, bertelanjang dada meski memakai armor yang menyatu dengan mantel juba
Tanah Nusantara ini sungguh beragam adat dan budaya serta kepercayaan secara supernaturalnya.Meski sudah memasuki era millennium, era modern, tapi tetap saja sebagian masyarakatnya masih memegang ajaran nenek moyang, termasuk hal-hal berkaitan dengan mistis dan klenik.Tak pelak jika Juna beberapa kali harus bersinggungan dengan hal gaib, sosok astral, dan kejadian supernatural lainnya meski sudah berada di zaman modern yang segalanya serba canggih.Banyak orang di sekitar Juna, termasuk para musuh dan rival, masih menggunakan cara-cara mistis untuk menangani urusan mereka.Maka, tak perlu heran jika di rumahnya, Hartono saat ini sedang berbicara di telepon dengan seseorang.“Ki Darmo, benarkah sudah ada hasilnya?” tanya Hartono disertai senyum girang di wajah sumringah.“Tentu, Pak. Anak buah saya sudah mengonfirmasi ini benar-benar bukti solid, tidak terbantahkan!” Orang yang dipanggil Ki Darmo, menyahut Hartono.
Jansen Onasis, pengacara yang Juna tunjuk untuk mengurus perceraian dia, mengangguk begitu Juna datang menemuinya.“Baik, Pak Juna.” Jansen menyahut sopan.Kemudian, mereka mulai mendiskusikan beberapa hal yang akan dibawa ke pengadilan nantinya.Siang harinya, ketika Juna sedang sibuk akan pertemuan dengan pengacaranya, Hartono membuat langkah.“Bu, ada tamu yang ingin bertemu Ibu.” Pekerja Anika menyampaikan kedatangan seseorang ke majikan dia di minimarket utama.Anika menutup buku stok yang sedang dia periksa. Lalu dia menatap pekerjanya sambil bertanya, “Siapa?”“Katanya perwakilan dari Pak Hartono.” Pekerja menjawab Anika.Dahi Anika berkerut heran. “Hartono? Bukannya itu ayah mertuanya mas Janu?” bisiknya lirih sebagai gumaman sambil berpikir.Tak berapa lama, tamu itu diberi izin memasuki ruangan pribadi Anika di Jozmart. Dia lelaki jangkung dan kurus dengan fi
‘Eh?’ Nyai Wungu terkejut. ‘Sepertinya aku terlalu kuat memukul dia?’Nyai Wungu tidak menyangka pukulan ekor yang sederhana saja, ternyata mengakibatkan efek keras bagi manusia biasa.“Pak! Anda tidak apa-apa, Pak?” Anika bergegas bangkit dari kursinya untuk menuju ke lelaki jangkung kurus suruhan Hartono.Pecahan jiwa Juna melongo beberapa saat melihat adegan tadi, tapi kemudian tertawa terbahak-bahak.‘Ha ha ha! Rasakan! Ha ha ha! Bagus, Nyai! Bagus!’ Pecahan jiwa Juna senang sekali.Sementara itu, Anika berusaha membantu lelaki jangkung kurus suruhan Hartono untuk berdiri dari lantai. Kaget sekali dia saat lelaki tadi menghantam lemari.“Pak, Anda baik-baik saja?” Anika mengulangi pertanyaannya.“Kamu buta? Sudah tahu aku begini masih tanya apa aku baik-baik saja? Tentu tidak!” Si lelaki jangkung kurus suruhan Hartono menjawab ketus sambil hendak menjangkau ul
Inilah hal utama yang paling tidak disukai Juna pada Anika. Gampang menyerah, gampang mengalah untuk ketenangan dan perdamaian semua orang.‘Sejak dulu, selalu saja Nik begitu. Dia rela menderita dan memikul semua beban demi terciptanya perdamaian. Sama seperti dia yang merelakan dirinya seperti dijual orang tuanya untuk menikah dengan pria-pria tua dan tak dia kenal demi kepentingan rakyat,’ batin Juna.Juna mendekat ke pujaannya dan merengkuh pinggang Anika.“Nik, ada kalanya kita harus memikirkan diri sendiri dan apa yang kita inginkan, kok! Tak ada salahnya sesekali bersikap egois tanpa perlu memikirkan perasaan orang lain. Tak apa, Nik!” Juna mengetatkan pelukannya pada pinggang Anika.Mata Anika berkaca-kaca saat menatap Juna. Lelaki pujaannya ini selalu saja bisa meraba hatinya. “Tapi Mas, akan timbul—““Ssshh ….” Belum selesai Anika berucap, Juna sudah menghentikannya dengan menyentuhkan jari ke bibir Anika.“Mas?” Anika menatap tak berdaya ke Juna.“Cukup cintai aku sejujur y
237Malam itu merupakan malam yang buruk bagi para suruhan Hartono yang menguntit Juna. Tadinya mereka diperintahkan untuk menghambat laju motor Juna, tapi keadaan cepat berbalik begitu Juna melakukan sesuatu.***Esok harinya, ketika Juna bertemu Hartono, dia bersikap biasa seakan tidak ada apa-apa. Tetap menyapa sopan ke ayah mertuanya meski ingin sekali kepalan tangannya mengetuk batok kepala Hartono.“Ke kantor, Jun?” tanya Hartono ketika melihat Juna sudah berpakaian rapi, keluar dari dalam rumah.“Iya, Pa. Pergi dulu, ya, Pa!” Juna pamit.“Jun, jangan lupa jenguk Nita!” Hartono tak lupa meneriakkan itu sebelum Juna masuk ke mobil.Sahutan keluar dari Juna, “Ya, Pa.”Namun, di hatinya, Juna mencemooh Hartono. ‘Kamu pikir aku punya waktu untuk putri jahatmu? Yah, kamu juga sama jahatnya seperti putrimu, Har!’Setelah tiba di kantor, Juna hanya mengurus hal-hal kecil dan kemudian bergegas keluar lagi untuk menemui Saini dan timnya sebelum dia bertemu pengacara perceraiannya, Jansen