“Mereka sombong sekali yakin bisa mengalahkan kita? Cih, bahkan sekali pukul saja sudah mati,” seringai Minako.
“Tutup mulutmu!” Sano dengan pedang kembarnya mengamuk dan berusaha menyerang Minako yang akan menjadi musuh bebuyutannya saat ini.
Sekelompok pasukan dari klan Osu mengadangnya. Dia dikepung oleh para pria berpedang.
“Sial, ini tak ada habisnya!” Rion membantu Sano menghadapi para samurai pemberontak dari klan Osu. “Kita harus mundur!”
“Tidak bisa!” tolak Sano.
“Kau harus gunakan akalmu, Sano! Kita tak mungkin menang melawan mereka hanya bertiga. Heisu harus segera diobati!”
Diam-diam, Rion memanggil pasukan burungnya untuk mengelabui musuh. Minako menembaki burung-burung itu agar terbang pergi tapi mereka adalah burung ilusi. Pada kesempatan yang kecil sekali, Rion bersama San
“Kau masih berpura-pura tidak tahu, Wakil Komandan Shinsengumi?” desis Maitreya. “Awalnya, kami tak ingin terlibat. Tapi, kematian demi kematian warga kota sudah sangat mengganggu! Apakah ini bagian dari patroli yang kalian dengungkan itu? Apa kau tahu ini?”“Iblis buatan kalian telah kehilangan rasionalitas karena mereka bukan lagi manusia. Sedangkan kalian sudah disumpah untuk melindungi kota dan seluruh warganya. Bagaimana bisa pelindung kota malah memanfaatkan warganya sebagai sumber makanan mereka?” sindir Xavier.Rion terseret pada satu ingatan. Setiap malam ini dia memergoki Shana sering keluar malam diam-diam. Tak ada yang tahu ke mana dia pergi. Rion juga tak berpikir gadis itu akan melakukan sesuatu yang berbahaya. Tapi, informasi dari Maitreya dan Xavier perlu untuk dia pertimbangkan.“Satu hal lagi, Rion, apa kau ingin meninggalkan kota ini bersama kami? Bukankah tuju
Silver tumbang. Peluru itu menembus dadanya. Rion berlari menopang tubuh Silver yang berlumuran darah.Di atap salah satu rumah warga, Maitreya menyengih menyaksikan pemandangan itu. “Aku tahu pasti orang bodoh sepertimu akan melakukannya! Menderitalah lebih lama Rion. Itu hukuman karena kau menolak bergabung dengan kami.”Maitreya dan Xavier melompat meninggalkan lokasi yang mulai dikerumuni oleh pasukan shinsengumi."Silver, bangun!" teriak Rion.Karena tak ada tanggapan, Rion menggendong tubuh Silver di punggungnya dan berlari kembali ke markas shinsengumi untuk meminta bantuan.Di markas shinsengumi, Shana mengeluarkan peluru yang menembus dada Silver. Akan tetapi, pemuda itu masih tak juga sadarkan diri."Ini aneh," gumam Shana sambil menunjukkan peluru di wadah yang sudah dia keluarkan pada Rion. "Peluru ini tak terbuat dari timah."Rion meraih peluru itu dan gemetar menahan kemarahan. Dia bisa merasakan racun dengan
Rion berkuda meninggalkan lokasi penyergapan. Saito membantunya mengadang pasukan bersenjata. Akan tetapi, saat Rion membalikkan kuda, di depannya sudah berdiri Minako dengan pistol di tangan.“Yo, Penyihir Merah, kau mau kabur begitu saja? Ini tak menarik!” Minako menodongkan pistolnya ke arah Rion. Mereka saling berhadapan.Di belakang Rion, pasukan shinsengumi yang dipimpin oleh Saito juga sedang menghadapi pasukan pemberontak bersenjata api. Anehnya, para pasukan pemberontak itu semuanya mengenakan caping bambu. Sedikit berbeda dari biasanya.Dor! Dor! Tembakan dimuntahkan oleh Minako ke arah Rion. Penyihir Merah itu melompat dari kudanya dengan sangat cepat untuk menghindari tembakan Minako.“Seperti yang diharapkan dari seorang Penyihir Merah legendaris!” seringai Minako sambil mengisi ulang pelurunya. Perempuan itu menyibakkan rambut panjangnya yang menjuntai ke pundak.Di salah satu batang pohon di tengah hutan tak j
“Begitu rupanya. Jadi kau bekerja sama dengan pembuat mutan-mutan ini untuk melawan kami?” Gyou menarik lepas pedang dari sarungnya. “Kau sangat gigih, ya?” seringai Gyou.Maitreya tersenyum. “Kau juga pasti berjuang keras demi memenuhi ambisi Tuanmu! Kau hanya... Iblis buatan sama seperti mereka, bukan?”Gyou mendesis rahasianya dibongkar.“Aku melihatmu di hutan, Gyou Amagiri! Kau hanya seorang ronin (samurai pengembara) biasa yang dijebak oleh Minako. Dia yang membawamu pada kultivator itu dan mengubahmu menjadi iblis, kan? Nah, Gyou, kenapa kau tidak bekerja sama saja denganku? Tak ada untungnya kau terus menurut pada Tuanmu! Bukankah kau seharusnya sudah mati? Serahkan kembali orang-orang yang sudah kalian culik pada kami! Penyihir Merah dan rekannya bukan tandingan kalian!”Gyou Amagiri menyipitkan mata menatap Maitreya. Dengan pedang tergenggam, dia menerjang gadis buta itu dengan kecepatan iblis. &ld
“Kalian harus melarikan diri!” ujar Isami pada anak buahnya. “Biar aku yang menyerahkan diri pada mereka.”Hiji terkejut bukan main. “Kau mau menyerahkan diri pada musuh? Kau hanya akan dibunuh oleh mereka.”“Tentu saja aku tak akan mengaku sebagai Komandan Shinsengumi. Aku hanya akan mengulur waktu agar kalian bisa melarikan diri.”Anggota inti yang lain merasa berat hati. Tapi, mereka juga tak punya pilihan. Markas sudah dikepung dari segala arah oleh sekitar 400 prajurit pasukan pemberontak.Rion bergegas pergi ke kamar Silver.“Ada apa?” kejut Silver sambil berusaha duduk dengan dada sesak.“Kita harus pergi! Markas dikepung oleh musuh. Aku harus membawamu pergi dari sini!”“Kau bisa tinggalkan aku,” pinta Silver.“Kau gila? Kau mau ditawan musuh dan dijadikan bahan percobaan di lab rahasia mereka?”Silver mengembuskan nap
Hiji berdiri dengan sempoyongan. Dia pegangi dada yang tertembak dan melihat telapaknya dilumuri darah sendiri.“Apakah ini rasanya ditembak?” seringai gadis itu. “Ini tidak terlalu mengesankan seperti yang aku bayangkan jika dibandingkan dengan penderitaan Isami!” Hiji menoleh ke jajaran pasukan pemberontak yang sudah menembaknya.Burung-burung di langit mendekat dan mengepung pasukan pemberontak. Sebanyak apa pun mereka menembakkan peluru, burung-burung itu bukannya kabur tapi malah semakin banyak mendekat dan mengerubungi mereka. Hiji terheran. Dia tak pernah melihat yang seperti itu.Gadis itu menoleh ke arah Rion. Pada wujud mutan, Hiji memiliki penglihatan mata yang jauh lebih bagus daripada manusia normal. Matanya bisa melihat aura kegelapan yang menyelubungi Rion. Rion menggerakkan tangan untuk mengendalikan pasukan burung dari kejauhan.“Ini tidak mungkin!” gumam Hiiji sambil memegangi dada yang terus mengucurk
Hiji terlihat tengah berdiskusi dengan Saito di kamp militer bentukan pemerintahan lama. Pasukan militer pemerintahan lama terdesak sampai ke pelosok ibu kota karena serangan dari pemerintahan baru.“Jika ini adalah perintah Wakil Komandan, aku akan patuh!” ujar Saito. “Tapi, izinkan aku mengklarifikasi satu hal. Itu tidak berarti shinsengumi akan dibubarkan, kan?”Hiji diam saja melipat tangan ke dada sambil bersandar ke sebatang pohon.“Aku ingin mengambil bagian dalam kampanye ini sebagai Saito dari shinsengumi dan menanggung bendera ketulusan shinsengumi!”“Lakukan sesukamu,” ujar Hiji pendek.Setelah Saito pergi untuk bergabung dengan barisan pasukan utama, tertingal Hiji seorang diri di sana. Dia duduk merenung di kamp dan memisahkan diri dari anggota pasukan baru yang lain. Dia merasa empas dan tak berdaya. Dia menjadi satu-satunya perempuan di antara pasukan pemerintahan lama yang semuanya ter
“Kau benar-benar putus asa sampai menggunakan pedang seperti itu pada tiruan sepertiku?” Hiji menyeringai dan bangkit dengan cepat menyerang Gyou. “Yang kuperlukan hanya menghindarinya, kan?”“Diam!” Gyou menyabetkan pedang pada Hiji.Tang! Pedang mereka beradu.Hiji dengan energi barunya masih mampu menyerang Gyou meski perutnya berdarah-darah. Dia menebas dan menyabet posisi Gyou. Tapi, iblis itu bergerak dengan cepat menghindar dan terus menghindar.Gyou menyeringai melihat Hiji kelelahan menebas udara kosong. Dia berpindah tempat dengan sangat cepat di belakang Hiji dan menebas punggung gadis itu.Darah Hiji kembali muncrat. Punggungnya koyak. Saat pedang Gyou akan menyerang lagi, Hiji sudah menahan pedang iblis itu dengan bilah katananya sendiri. Dengan kedua tangan yang mulai gemetar, Hiji menahan dorongan pedang Gyou.“Batasmu sebagai mutan sudah berakhir, Hiji-san. Aku tak peduli meski kau se