Rion berkuda meninggalkan lokasi penyergapan. Saito membantunya mengadang pasukan bersenjata. Akan tetapi, saat Rion membalikkan kuda, di depannya sudah berdiri Minako dengan pistol di tangan.
“Yo, Penyihir Merah, kau mau kabur begitu saja? Ini tak menarik!” Minako menodongkan pistolnya ke arah Rion. Mereka saling berhadapan.
Di belakang Rion, pasukan shinsengumi yang dipimpin oleh Saito juga sedang menghadapi pasukan pemberontak bersenjata api. Anehnya, para pasukan pemberontak itu semuanya mengenakan caping bambu. Sedikit berbeda dari biasanya.
Dor! Dor! Tembakan dimuntahkan oleh Minako ke arah Rion. Penyihir Merah itu melompat dari kudanya dengan sangat cepat untuk menghindari tembakan Minako.
“Seperti yang diharapkan dari seorang Penyihir Merah legendaris!” seringai Minako sambil mengisi ulang pelurunya. Perempuan itu menyibakkan rambut panjangnya yang menjuntai ke pundak.
Di salah satu batang pohon di tengah hutan tak j
“Begitu rupanya. Jadi kau bekerja sama dengan pembuat mutan-mutan ini untuk melawan kami?” Gyou menarik lepas pedang dari sarungnya. “Kau sangat gigih, ya?” seringai Gyou.Maitreya tersenyum. “Kau juga pasti berjuang keras demi memenuhi ambisi Tuanmu! Kau hanya... Iblis buatan sama seperti mereka, bukan?”Gyou mendesis rahasianya dibongkar.“Aku melihatmu di hutan, Gyou Amagiri! Kau hanya seorang ronin (samurai pengembara) biasa yang dijebak oleh Minako. Dia yang membawamu pada kultivator itu dan mengubahmu menjadi iblis, kan? Nah, Gyou, kenapa kau tidak bekerja sama saja denganku? Tak ada untungnya kau terus menurut pada Tuanmu! Bukankah kau seharusnya sudah mati? Serahkan kembali orang-orang yang sudah kalian culik pada kami! Penyihir Merah dan rekannya bukan tandingan kalian!”Gyou Amagiri menyipitkan mata menatap Maitreya. Dengan pedang tergenggam, dia menerjang gadis buta itu dengan kecepatan iblis. &ld
“Kalian harus melarikan diri!” ujar Isami pada anak buahnya. “Biar aku yang menyerahkan diri pada mereka.”Hiji terkejut bukan main. “Kau mau menyerahkan diri pada musuh? Kau hanya akan dibunuh oleh mereka.”“Tentu saja aku tak akan mengaku sebagai Komandan Shinsengumi. Aku hanya akan mengulur waktu agar kalian bisa melarikan diri.”Anggota inti yang lain merasa berat hati. Tapi, mereka juga tak punya pilihan. Markas sudah dikepung dari segala arah oleh sekitar 400 prajurit pasukan pemberontak.Rion bergegas pergi ke kamar Silver.“Ada apa?” kejut Silver sambil berusaha duduk dengan dada sesak.“Kita harus pergi! Markas dikepung oleh musuh. Aku harus membawamu pergi dari sini!”“Kau bisa tinggalkan aku,” pinta Silver.“Kau gila? Kau mau ditawan musuh dan dijadikan bahan percobaan di lab rahasia mereka?”Silver mengembuskan nap
Hiji berdiri dengan sempoyongan. Dia pegangi dada yang tertembak dan melihat telapaknya dilumuri darah sendiri.“Apakah ini rasanya ditembak?” seringai gadis itu. “Ini tidak terlalu mengesankan seperti yang aku bayangkan jika dibandingkan dengan penderitaan Isami!” Hiji menoleh ke jajaran pasukan pemberontak yang sudah menembaknya.Burung-burung di langit mendekat dan mengepung pasukan pemberontak. Sebanyak apa pun mereka menembakkan peluru, burung-burung itu bukannya kabur tapi malah semakin banyak mendekat dan mengerubungi mereka. Hiji terheran. Dia tak pernah melihat yang seperti itu.Gadis itu menoleh ke arah Rion. Pada wujud mutan, Hiji memiliki penglihatan mata yang jauh lebih bagus daripada manusia normal. Matanya bisa melihat aura kegelapan yang menyelubungi Rion. Rion menggerakkan tangan untuk mengendalikan pasukan burung dari kejauhan.“Ini tidak mungkin!” gumam Hiiji sambil memegangi dada yang terus mengucurk
Hiji terlihat tengah berdiskusi dengan Saito di kamp militer bentukan pemerintahan lama. Pasukan militer pemerintahan lama terdesak sampai ke pelosok ibu kota karena serangan dari pemerintahan baru.“Jika ini adalah perintah Wakil Komandan, aku akan patuh!” ujar Saito. “Tapi, izinkan aku mengklarifikasi satu hal. Itu tidak berarti shinsengumi akan dibubarkan, kan?”Hiji diam saja melipat tangan ke dada sambil bersandar ke sebatang pohon.“Aku ingin mengambil bagian dalam kampanye ini sebagai Saito dari shinsengumi dan menanggung bendera ketulusan shinsengumi!”“Lakukan sesukamu,” ujar Hiji pendek.Setelah Saito pergi untuk bergabung dengan barisan pasukan utama, tertingal Hiji seorang diri di sana. Dia duduk merenung di kamp dan memisahkan diri dari anggota pasukan baru yang lain. Dia merasa empas dan tak berdaya. Dia menjadi satu-satunya perempuan di antara pasukan pemerintahan lama yang semuanya ter
“Kau benar-benar putus asa sampai menggunakan pedang seperti itu pada tiruan sepertiku?” Hiji menyeringai dan bangkit dengan cepat menyerang Gyou. “Yang kuperlukan hanya menghindarinya, kan?”“Diam!” Gyou menyabetkan pedang pada Hiji.Tang! Pedang mereka beradu.Hiji dengan energi barunya masih mampu menyerang Gyou meski perutnya berdarah-darah. Dia menebas dan menyabet posisi Gyou. Tapi, iblis itu bergerak dengan cepat menghindar dan terus menghindar.Gyou menyeringai melihat Hiji kelelahan menebas udara kosong. Dia berpindah tempat dengan sangat cepat di belakang Hiji dan menebas punggung gadis itu.Darah Hiji kembali muncrat. Punggungnya koyak. Saat pedang Gyou akan menyerang lagi, Hiji sudah menahan pedang iblis itu dengan bilah katananya sendiri. Dengan kedua tangan yang mulai gemetar, Hiji menahan dorongan pedang Gyou.“Batasmu sebagai mutan sudah berakhir, Hiji-san. Aku tak peduli meski kau se
Rion dan singanya berhenti di sebuah hutan yang berbatasan langsung dengan desa terdekat di ibu kota. Sepasang mata Rion dan mata singa itu menyala merah terang dalam kegelapan dan pekatnya selimut kabut.“Sudah kuduga mereka akan muncul di sini!”“Kau benar-benar tahu tentang tempat ini, Penyihir Merah?” ujar seorang perempuan.Rion berbalik dan mendapati Minako sudah berdiri di belakangnya dengan tas tergenggam dan tampak berat.“Demi mendapatkan darah segar untuk pasukan mutannya, Ron bekerjasama dengan pemerintahan baru, bukankah kau dan Ryoma yang mengatakannya?”Minako hanya menyeringai.“Lagi pula tampilan mereka sangat menonjol. Untuk apa pasukan biasa berjalan-jalan di hutan pada malam hari saat tubuh mereka sudah kepayahan setelah berperang seharian?”“Meskipun senjata milikmu sudah cukup tua, tapi pikiranmu tajam juga, ya?” ledek Minako. “Meski kau sabetkan s
Para ronin menembaki Silver dari kejauhan. Pemuda berambut perak itu memutar kedua lengannya hingga membentuk simbol mantra aksara Kalamantra dan tercipta sebuah perisai gaib. Perisai gaib dari sihir bondowoso itu mampu mementalkan semua peluru yang datang ke arahnya.Gagal dengan senapan, para ronin mencabut pedang dari pinggang masing-masing dan menerjang Silver bersama-sama.Silver menangkupkan kedua telapak tangannya ke tanah. Energi alam di dalam tanah dan di sekitarnya terserap ke dalam kedua telapak Silver. Dari tangannya memancar cahaya kemerahan. Sihir bondowosonya bekerja dengan cepat membalikkan energi alam yang ada menjadi getaran dahsyat di permukaan tanah.Silver entakkan telapaknya ke tanah. Duuarr!Para ronin yang mencoba menyerangnya terlempar ke belakang dan jatuh bergelimpangan. Tubuh mereka hancur dari dalam akibat pukulan sihir bondowoso Silver melalui tanah. Permukaan tanah retak dalam jumlah besar dan memanjang. Udara dingin dan pek
Rion melihat ada sejumput rambut berwarna perak yang dia yakini milik Silver di dalam kantung koin itu.“Jadi... Kau mengikutiku?” Hiji menjadi muak menyadari pasukan mutan itu menguntitnya.“Astaga. Shinsengumi benar-benar kelompok yang merepotkan!” sengih Maitreya. “Tanpa dirimu aku bisa menemukan Rion kapan saja!” bantah Maitreya atas tuduhan Hiji.“Apa yang kau lakukan pada Silver? Di mana dia?” teriak Rion penuh kemarahan.Xavier melindungi gadis itu. Maitreya meyakinkan Xavier dia akan baik-baik saja.“Inilah akibatnya kalau kau keras kepala dan menolak bekerja sama dengan kami!” ujar Maitreya dengan seringainya. “Aku datang untuk menjemputmu, Penyihir Merah! Selama kau bersedia bekerja sama dan menyerahkan kekuatanmu pada kami, maka semua akan baik-baik saja!” bujuknya.Rion maju selangkah. Hiji menahan lengan pemuda itu dan menggeleng tipis.Rion menyentak