Di pagi hari angin berdayung melintasi ilalang yang tenang. Hembusnya membuat mereka bergelombang. Langit telah biru kembali. Kupu-kupu beraneka warna berterbangan tak tentu arah. Demikian pula murid-murid Perguruan Wuling yang tengah bersiap-siap.Satu-satunya cara membedakan mereka dengan perguruan lain adalah pedang dan rambutnya. Murid Wuling tidak boleh memakai pedang yang tidak berasal dari Wuling. Mereka juga diwajibkan memajangkan rambutnya dengan ikat kepala di atasnya, seperti para pendeta Tao. Hanya saja rambut mereka terurai panjang.Chiu Kang telah selesai menyiapkan barang-barangnya. Dia berdiri di depan danau melihat air yang terhampar luas. Dia melihat ikan-ikan kecil berlari-lari saling berkejaran. Sesaat dia lupa akan perpisahan ini, tapi lalu teringat lagi.Kong Kuanyin menyuruh Lao Sying mengantar Chiu Kang ke Guang. Dia telah menyiapkan satu kereta kuda untuk perjalanan mereka.Hubungan antara Chiu Kang dan Lao Sying terbilang aneh. Lao Sying selalu menyalahkan ap
“Tuan Muda, larilah. Kau tak perlu repot denganku!” teriak biksu tua itu.Dua belas biksu muda itu maju bersama menyerang Lao Sying. Gerakan mereka sangat ringan dan lincah. Apalagi saat toya di tangan mereka mengayun cepat.Lao Sying terus menghindar tanpa memiliki kesempatan menyerang. Biksu-biksu itu rupanya memiliki ilmu silat tinggi. Bahkan, satu dari mereka pun masih susah untuk dikalahkan Lao Sying, apalagi dua belas orang.Biksu dengan rahang paling tebal itu mengarahkan toyanya ke kaki Lao Sying. Sebisa mungkin Lao Sying menghindar, tapi ternyata serangan itu memiliki dua sasaran sekaligus. Biksu itu memutar toyanya dan mengarahkan ujungnya yang lain tepat ke arah dada Lao Sying.Karena mendapat serangan tiba-tiba, Lao Sying tak bisa lagi menghindar maupun menangkis. Dia terdorong ke belakang beberapa langkah, lalu dari berbagai penjuru semua toya mengarah kepadanya.Meski bisa menghindari beberapa toya dengan gerakan lincahnya, beberapa yang lain mengenai punggung, dada dan
Chiu Kang tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. Lao Sying dan biksu tua itu terkejut, meski mereka sudah bisa memperkirakannya.“Lalu, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Lao Sying.“Aku punya lebih dari tujuh puluh butir pil itu. Aku hanya mencoba mengulur waktu,” jawabnya.“Anakku, kenapa kau harus melakukan ini. Kau akan memberikan pil berhargamu itu hanya untuk menyelamatkan kami?” tanya biksu tua itu, yang nama sebenarnya adalah Baozhai.Meski usianya hanya lima puluh sembilan tahun, wajahnya tampak seperti orang berumur tujuh puluh tahun. Di setiap sudut wajahnya, hampir dipenuhi keriput.“Paman Biksu benar. Kenapa kau harus melakukan ini. Saat itu, kau punya peluang untuk kabur, tapi kenapa kau tidak melakukannya?” Lao Sying menyerocos.“Mana mungkin aku meninggalkan keluargaku mati begitu saja. Aku lebih suka mati bersama mereka daripada menyelamatkan diriku sendiri. Tidak ada kehidupan yang lebih menyakitkan selain kesepian,” jawab Chiu Kang berlagak bijak.“Kau ini,” Lao
“Ya! Kita harus bersatu!”“Kita harus bersiap!”Sahut-menyahut antar suara begitu riuh. Suasana menjadi ramai dengan teriakan, “Setuju! Siap!” dan, “Bersatu!”Meski demikian, beberapa orang di antara para jenderal dan menteri ada yang tampak berpikir serius. Mereka tampak sedang merangkai satu persatu kejadian yang terjadi belakangan ini.Setelah kematian Putra Mahkota Zhao Kong; dipenggalnya Perdana Menteri Hu Lian Tang; diusirnya seluruh Keluarga Tai; pembantaian Jenderal Deming sekeluarga, dan yang terkahir serangan membabi-buta terhadap banyak kediaman jenderal, termasuk keluarga Yang di Gui. Tentu semua ini bukan kebetulan. Ada rancangan besar di balik semua itu.“Menurut Jenderal Besar, apa yang harus kita lakukan?” Jenderal Yi Zixin dari Jingzhao bertanya. Pria empat puluh sembilan tahun ini terkenal dengan permainan tombaknya. Dia memiliki wajah tampan dan bersih, dengan mata sedikit besar.“Benar, sekarang apa yang harus kita lakukan, Jenderal Besar?” Menteri Keadilan, Wei Yi
Daun-daun kering berserakan di depan Kuil Qishi. Para biksu muda sedang sibuk menyapunya, tidak terkecuali Chiu Kang. Dia dijadikan murid Kuil Qishi oleh Biksu Liu Sing Ming, tapi tidak menjadi biksu.Chiu Kang terus mengayun-ayunkan sapunya. Udara pagi di sekitar Kuil Qishi memang sejuk. Karena di sekitar kuil hanya ada pohon-pohon besar dan rindang, tidak ada pedesaan. Pemukiman terdekat dengan Kuil Qishi berjarak lebih dari delapan li.Setiap pagi, Chiu Kang diwajibkan menyapu daun-daun kering itu, bahkan seringkali dia menyelesaikannya sendirian.Di sore hari, dia harus mengisi tempat penampungan air hingga penuh. Sementara biksu-biksu lain hanya duduk-duduk santai. Perlakuan mereka terhadap Chiu Kang sangatlah buruk.Biksu Tua Baozhai sering melaporkan masalah ini pada kakak seperguruannya, tapi tak pernah digubris oleh Liu Sing Ming. Katanya: “Jika dia mau tinggal di sini, dia harus bekerja.”Walaupun menghadapi kesulitan seberat ini, Chiu Kang tetap tabah. Sebenarnya, dia tida
Lao Sying dengan cepat membuka surat itu. Dia seperti tidak mempedulikan orang-orang di sekitarnya.“Sying-er, kau harus pergi ke Xingyuan. Paman gurumu membutuhkan bantuanmu. Saudara-saudaramu yang lain sudah berangkat pagi ini. Kau harus cepat ke sana. Dan juga, sampaikan salamku untuk Kang-er.”Salah satu keahlian Perguruan Wuling yang tidak dimiliki perguruan lain adalah kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Setiap murid Wuling memiliki burung daranya sendiri-sendiri. Mereka mendidik burung dara itu sejak kecil untuk mengantarkan surat.“Ini surat dari guruku. Aku harus cepat meninggalkan tempat ini. Guru menyuruhku ke Xingyuan. Ada tugas yang harus kupenuhi,” ucapnya.“Jangan ditunggu-tunggu lagi, Paman.”“Tapi bagaimana denganmu. Meninggalkanmu di tempat berbahaya seperti ini sangat tidak nyaman bagiku. Kenapa kau tidak ikut denganku?”“Benar, Anakku. Kau harus ikut dengannya,” bujuk Biksu Tua Baozhi.“Bukankah aku sudah katakan tadi, aku akan tetap di sini. Mereka tidak akan me
Chiu Kang tersenyum sembari mengukur rambutnya. “Dia tidak berasal dari sini. Rumahnya sangat jauh di Chongqing. Sementara aku tinggal di Biara.”“Tapi tidak ada kamar lain di rumahku. Semuanya telah terisi oleh istri dan anak-anakku.”“Tuan tak usah khawatir, aku bisa tidur di mana saja,” kata Lei Liwei.“Tapi,” peternak itu seakan masih tidak rela.“Sebagai tanda terima kasih, aku berikan satu kuda ini untuk Tuan. Anggap saja sebagai biaya mengajari temanku. Dan juga..” Chiu Kang mendekatkan mulutnya di telinga perternak itu. “Aku ingin Tuan mengantarnya ke Chongqing. Aku beri Tuan satu tael emas sebagai bayarannya,” bisik Chiu Kang serius.Muka peternak itu seketika berubah. Tampaknya dia tertarik dengan tawaran Chiu Kang.“Dari mana kau dapatkan uang sebanyak itu?” bisiknya.“Tuan tak perlu tahu. Asalkan Tuan berjanji, aku berikan uang itu sekarang.”“Baik, aku janji.”Chiu Kang memberikan satu tael emas pada peternak itu.“Lakukan secepat mungkin. Jika Tuan pandang temanku sudah
Pertarungan dahsyat itu membuat semua orang terperanjat, berhenti melakukan apapun, bahkan pertempuran di antara mereka sendiri. Mereka bertanya-tanya, siapakah pemenang di antara mereka berdua.Setelah asap ledakan mereda, terlihat pria berusia empat puluh tahunan terkapar di sisi pintu. Mulutnya banyak mengeluarkan darah. Dia terus memegangi dadanya yang nyeri karena luka dalam. Matanya yang barusan memancarkan sorot tajam telah memudar. Yang ada tinggal tatapan kosong.“Yang Mulia!” teriak hampir semua pengikut Sekte Gunung Es. Mereka langsung bergerombol mendekati Son Ca Gang.“Bawa dia pergi dari sini! Dan jangan sekali-kali kalian berani menginjakkan kaki di wilayahku lagi!” seru Ping Jianguo tegas.Mereka pun bergegas membawa Son Ca Gang pergi.Ping Jianguo masih berdiri tegak. Anehnya, dia tidak mengatakan apapun saat Fa Duyi, murid keempat, Tao Shunyuan, murid kedelapan, dan Qi Peizhi murid terakhir Kong Kuanyin menanyakan keadaannya. Akan tetapi, tiba-tiba dia memuntahkan da