Chiu Kang tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. Lao Sying dan biksu tua itu terkejut, meski mereka sudah bisa memperkirakannya.“Lalu, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Lao Sying.“Aku punya lebih dari tujuh puluh butir pil itu. Aku hanya mencoba mengulur waktu,” jawabnya.“Anakku, kenapa kau harus melakukan ini. Kau akan memberikan pil berhargamu itu hanya untuk menyelamatkan kami?” tanya biksu tua itu, yang nama sebenarnya adalah Baozhai.Meski usianya hanya lima puluh sembilan tahun, wajahnya tampak seperti orang berumur tujuh puluh tahun. Di setiap sudut wajahnya, hampir dipenuhi keriput.“Paman Biksu benar. Kenapa kau harus melakukan ini. Saat itu, kau punya peluang untuk kabur, tapi kenapa kau tidak melakukannya?” Lao Sying menyerocos.“Mana mungkin aku meninggalkan keluargaku mati begitu saja. Aku lebih suka mati bersama mereka daripada menyelamatkan diriku sendiri. Tidak ada kehidupan yang lebih menyakitkan selain kesepian,” jawab Chiu Kang berlagak bijak.“Kau ini,” Lao
“Ya! Kita harus bersatu!”“Kita harus bersiap!”Sahut-menyahut antar suara begitu riuh. Suasana menjadi ramai dengan teriakan, “Setuju! Siap!” dan, “Bersatu!”Meski demikian, beberapa orang di antara para jenderal dan menteri ada yang tampak berpikir serius. Mereka tampak sedang merangkai satu persatu kejadian yang terjadi belakangan ini.Setelah kematian Putra Mahkota Zhao Kong; dipenggalnya Perdana Menteri Hu Lian Tang; diusirnya seluruh Keluarga Tai; pembantaian Jenderal Deming sekeluarga, dan yang terkahir serangan membabi-buta terhadap banyak kediaman jenderal, termasuk keluarga Yang di Gui. Tentu semua ini bukan kebetulan. Ada rancangan besar di balik semua itu.“Menurut Jenderal Besar, apa yang harus kita lakukan?” Jenderal Yi Zixin dari Jingzhao bertanya. Pria empat puluh sembilan tahun ini terkenal dengan permainan tombaknya. Dia memiliki wajah tampan dan bersih, dengan mata sedikit besar.“Benar, sekarang apa yang harus kita lakukan, Jenderal Besar?” Menteri Keadilan, Wei Yi
Daun-daun kering berserakan di depan Kuil Qishi. Para biksu muda sedang sibuk menyapunya, tidak terkecuali Chiu Kang. Dia dijadikan murid Kuil Qishi oleh Biksu Liu Sing Ming, tapi tidak menjadi biksu.Chiu Kang terus mengayun-ayunkan sapunya. Udara pagi di sekitar Kuil Qishi memang sejuk. Karena di sekitar kuil hanya ada pohon-pohon besar dan rindang, tidak ada pedesaan. Pemukiman terdekat dengan Kuil Qishi berjarak lebih dari delapan li.Setiap pagi, Chiu Kang diwajibkan menyapu daun-daun kering itu, bahkan seringkali dia menyelesaikannya sendirian.Di sore hari, dia harus mengisi tempat penampungan air hingga penuh. Sementara biksu-biksu lain hanya duduk-duduk santai. Perlakuan mereka terhadap Chiu Kang sangatlah buruk.Biksu Tua Baozhai sering melaporkan masalah ini pada kakak seperguruannya, tapi tak pernah digubris oleh Liu Sing Ming. Katanya: “Jika dia mau tinggal di sini, dia harus bekerja.”Walaupun menghadapi kesulitan seberat ini, Chiu Kang tetap tabah. Sebenarnya, dia tida
Lao Sying dengan cepat membuka surat itu. Dia seperti tidak mempedulikan orang-orang di sekitarnya.“Sying-er, kau harus pergi ke Xingyuan. Paman gurumu membutuhkan bantuanmu. Saudara-saudaramu yang lain sudah berangkat pagi ini. Kau harus cepat ke sana. Dan juga, sampaikan salamku untuk Kang-er.”Salah satu keahlian Perguruan Wuling yang tidak dimiliki perguruan lain adalah kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Setiap murid Wuling memiliki burung daranya sendiri-sendiri. Mereka mendidik burung dara itu sejak kecil untuk mengantarkan surat.“Ini surat dari guruku. Aku harus cepat meninggalkan tempat ini. Guru menyuruhku ke Xingyuan. Ada tugas yang harus kupenuhi,” ucapnya.“Jangan ditunggu-tunggu lagi, Paman.”“Tapi bagaimana denganmu. Meninggalkanmu di tempat berbahaya seperti ini sangat tidak nyaman bagiku. Kenapa kau tidak ikut denganku?”“Benar, Anakku. Kau harus ikut dengannya,” bujuk Biksu Tua Baozhi.“Bukankah aku sudah katakan tadi, aku akan tetap di sini. Mereka tidak akan me
Chiu Kang tersenyum sembari mengukur rambutnya. “Dia tidak berasal dari sini. Rumahnya sangat jauh di Chongqing. Sementara aku tinggal di Biara.”“Tapi tidak ada kamar lain di rumahku. Semuanya telah terisi oleh istri dan anak-anakku.”“Tuan tak usah khawatir, aku bisa tidur di mana saja,” kata Lei Liwei.“Tapi,” peternak itu seakan masih tidak rela.“Sebagai tanda terima kasih, aku berikan satu kuda ini untuk Tuan. Anggap saja sebagai biaya mengajari temanku. Dan juga..” Chiu Kang mendekatkan mulutnya di telinga perternak itu. “Aku ingin Tuan mengantarnya ke Chongqing. Aku beri Tuan satu tael emas sebagai bayarannya,” bisik Chiu Kang serius.Muka peternak itu seketika berubah. Tampaknya dia tertarik dengan tawaran Chiu Kang.“Dari mana kau dapatkan uang sebanyak itu?” bisiknya.“Tuan tak perlu tahu. Asalkan Tuan berjanji, aku berikan uang itu sekarang.”“Baik, aku janji.”Chiu Kang memberikan satu tael emas pada peternak itu.“Lakukan secepat mungkin. Jika Tuan pandang temanku sudah
Pertarungan dahsyat itu membuat semua orang terperanjat, berhenti melakukan apapun, bahkan pertempuran di antara mereka sendiri. Mereka bertanya-tanya, siapakah pemenang di antara mereka berdua.Setelah asap ledakan mereda, terlihat pria berusia empat puluh tahunan terkapar di sisi pintu. Mulutnya banyak mengeluarkan darah. Dia terus memegangi dadanya yang nyeri karena luka dalam. Matanya yang barusan memancarkan sorot tajam telah memudar. Yang ada tinggal tatapan kosong.“Yang Mulia!” teriak hampir semua pengikut Sekte Gunung Es. Mereka langsung bergerombol mendekati Son Ca Gang.“Bawa dia pergi dari sini! Dan jangan sekali-kali kalian berani menginjakkan kaki di wilayahku lagi!” seru Ping Jianguo tegas.Mereka pun bergegas membawa Son Ca Gang pergi.Ping Jianguo masih berdiri tegak. Anehnya, dia tidak mengatakan apapun saat Fa Duyi, murid keempat, Tao Shunyuan, murid kedelapan, dan Qi Peizhi murid terakhir Kong Kuanyin menanyakan keadaannya. Akan tetapi, tiba-tiba dia memuntahkan da
Mendengar teriakan Ping Guang yang sangat keras. Fa Duyi dan Tao Shunyuan langsung mendekati Ping Jianguo. Mereka memegang tangan paman gurunya dengan erat.“Paman guru, kau baik-baik saja?” tanya Tao Shunyuan.“Kenapa tubuhku seperti baik-baik saja,” dia keheranan. “Aku ingat betul lukaku sangat parah. Aku merasa seperti akan mati, tapi kenapa aku merasa baik-baik saja?” Ping Jianguo bangun dari duduknya dan bahkan mulai berdiri.Tao Shunyuan, Fa Duyi dan kedua anak Ping Jianguo terkejut. Dalam tempo yang sangat cepat, Ping Jianguo telah kembali seperti sediakala. Sementara Lao Sying masih tersudut diam. Tatapanya masih kosong, bedanya kali ini air mata menetes deras di matanya.“Adik kesepuluh, lihat! Obatmu benar-benar ajaib. Paman guru telah siuman,” ucap Tai Shunyuan sembari tersenyum. Lanjutnya: “Jangan salahkan dirimu sendiri. Meskipun aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi jangan salahkan dirimu sendiri.”Lao Sying mengeluarkan senyum terpaksa mendengar nasihat kakak s
Sekte Gunung Es yang merasa gagal menaklukan para pesilat Negeri Song memilih pulang ke tempat mereka.Sementara itu, karena menganggap tugas mereka di Xingyuan telah selesai, Fa Duyi, Tao Shunyuan, Lao Sying dan Qi Peizhi meninggalkan Xingyuan sebelas hari yang lalu. Saat ini mereka telah sampai di Perguruan Wuling.Berdiri di tepi jurang, Kong Kuanyin memainkan serulingnya. Suara merdunya menyebar dengan indah. Sayang dalam kemerduan itu terdapat rasa sakit dan kepedihan. Dia tidak dapat melupakan anak laki-laki semata wayangnya yang telah tiada. Sejak saat itu, kapanpun dia meniup serilungnya, nada pilu akan terasa.Kepedihan itu semakin bertambah setelah mendengar cerita tentang Chui Kang dari murid-muridnya. Nada seruling itu bertambah menyayat, mencabik siapapun yang mendengarnya.Kong Kuanyin terkenal sebagai pribadi yang tabah. Tak seorang pun, bahkan mendiang istrinya pernah melihatnya menitikkan air mata. Tapi bagi yang mengenalnya dengan baik, Kong Kuanyin selalu menangis.