“Di mana aku?” tanya Chiu Kang setelah sadarkan diri. Keadaan tubuhnya masih lemah.Alam merengkuh langit biru dengan sayapnya. Wajah birunya pun berubah kuning. Bekas-bekas kejayaan matahari menyebar di antara ufuk senja. Burung alap-alap terbang bebas mencari tempat berteduh untuk malam hari. Tebing-tebing putih tersiram oleh kuningnya sisa cahaya matahari.“Kau berada di Puncak Fanjingshan, salah satu puncak tertinggi dari Gunung Wuling,” jawab seorang gadis kecil berusia sembilan tahun dengan tawa ceria.Dia sangat suka ketika diberitahu bahwa tempat tinggalnya adalah puncak tertinggi dari Gunung Wuling oleh kakeknya beberapa hari yang lalu. Gadis itu bermata sedikit lebar, hidung mancung, kulit kuning dan wajah cantik.“Kenapa aku bisa berada di tempat sejauh ini?” Chiu Kang berusaha bangkit, tapi dicegah oleh gadis kecil itu.“Kakak jangan berdiri. Kakek menyuruhku untuk melarang Kakak bangun jika sadar nanti,” ucap gadis kecil itu sedikit cemberut.Mendengar nama Puncak Fanjing
Kong Kuanyin tak menyangka anak kecil yang diselamatkannya berpikiran dewasa.“Kenapa kau tidak melihat-lihat di luar sana. Ini adalah tempat peristirahatan milik kami, kau tidak perlu sungkan,” katanya.“Bukankah aku sudah dapat melihat semuanya dari sini, Kakek?”“Kau memang bisa melihat tebing dan danau itu, tapi tidak semuanya. Kau harus keluar dan menikmati surupnya matahari di ujung danau itu. Semua murid-muridku berada di sana. Kenapa kau tak mencobanya?”“Baiklah, aku turuti nasehat Kakek.”Chiu Kang melangkah keluar dari gazebo. Dia menghirup udara yang mahasegar di sini.Ternyata benar kata Kong Kuanyin, karena banyak tertutupi pohon-pohon rindang, tidak semua dari tempat ini dapat dijangkau oleh matanya. Dia bahkan tidak bisa melihat rumah peristirahatan yang sangat besar milik keluarga Kong.“Kakak! Kakak! Kemari,” teriak gadis kecil itu. Tingkahnya membuat Chiu Kang tertawa.“Kenapa kau diam di sini. Pergilah ke sana. Aku yakin kau lama tidak merasakan kehangatan keluarga
Setelah berjalan beberapa langkah, dia mengetuk pintu kamar Wang Zhu Ren.“Saudara Wang, aku ingin pamit sekarang,” ujar Li Guzhou lirih.Tak berselang lama pintu kamar terbuka. Wang Zhu Ren dan Fan Yi menemuinya dengan mata lebam dan bibir dipaksa tersenyum.“Kenapa terburu-buru, Kakak Li. Kau bahkan belum mengunjungi rumah Ayahku di Gui Selatan?” tanya Fan Yi.“Mungkin tidak kali ini, Adik ipar. Aku harus cepat kembali ke Taiyuan, kemudian pergi ke ibukota. Aku harus mencegah Pangeran Zhao You untuk terus meningkatkan kekuatannya. Jika itu terlambat, negeri Song berada dalam bahaya.”Wang Zhu Ren menunduk. “Kakak Li benar. Meski Yang Mulia Pangeran Zhao Kong telah tiada, kita harus mencegah Pangeran Zhao You berkuasa. Ini satu-satunya cara menyelamatkan negeri Song.”“Aku senang kau mengerti. Sebelum aku pergi, aku ingin minta maaf karena menyebabkan adikmu meninggal. Maafkan aku, Adik Wang,” Li Guzhou menjura.“Kakak Li! Kakak Li!” Wang Zhu Ren dan Fan Yi mencegahnya. “Aku tak meny
Telah hampir satu bulan Chiu Kang berada di Gunung Fanjingshan. Keindahan gunung itu memberi pesona tersendiri bagi semua hal yang pernah terjadi dalam hidupnya.Di sini, Chiu Kang mendengar cicit burung saling berirama bersama udara yang mengalun. Lambai daun-daun melagu. Alam yang berdawai. Suara binatang-binatang kecil yang bernada. Semuanya tampak memukau baginya. Seumpama dia tidak terikat janji dengan kakeknya untuk pergi ke Guang. Dia suka untuk menghabiskan hari-harinya di tempat ini.Karena itu, hatinya sering dibimbang terbawa rasa. Padahal, seringkali dia memutuskan untuk pergi kemarin, besok, lusa, pagi, siang, malam dan sore, tapi pada akhirnya semuanya tertunda. Bukan karena siapa-siapa, tapi karena dirinya sendiri.Selama di Gunung Fanjingshan, Chiu Kang menemukan kembali kehangatan keluarga. Semua orang menganggapnya seperti keluarga mereka sendiri. Kakek Kong Kaunyin yang murah hati, Bibi Qi Peizhi yang penyayang, Paman Lao Sying yang tampak tak peduli tapi sebenarnya
Di pagi hari angin berdayung melintasi ilalang yang tenang. Hembusnya membuat mereka bergelombang. Langit telah biru kembali. Kupu-kupu beraneka warna berterbangan tak tentu arah. Demikian pula murid-murid Perguruan Wuling yang tengah bersiap-siap.Satu-satunya cara membedakan mereka dengan perguruan lain adalah pedang dan rambutnya. Murid Wuling tidak boleh memakai pedang yang tidak berasal dari Wuling. Mereka juga diwajibkan memajangkan rambutnya dengan ikat kepala di atasnya, seperti para pendeta Tao. Hanya saja rambut mereka terurai panjang.Chiu Kang telah selesai menyiapkan barang-barangnya. Dia berdiri di depan danau melihat air yang terhampar luas. Dia melihat ikan-ikan kecil berlari-lari saling berkejaran. Sesaat dia lupa akan perpisahan ini, tapi lalu teringat lagi.Kong Kuanyin menyuruh Lao Sying mengantar Chiu Kang ke Guang. Dia telah menyiapkan satu kereta kuda untuk perjalanan mereka.Hubungan antara Chiu Kang dan Lao Sying terbilang aneh. Lao Sying selalu menyalahkan ap
“Tuan Muda, larilah. Kau tak perlu repot denganku!” teriak biksu tua itu.Dua belas biksu muda itu maju bersama menyerang Lao Sying. Gerakan mereka sangat ringan dan lincah. Apalagi saat toya di tangan mereka mengayun cepat.Lao Sying terus menghindar tanpa memiliki kesempatan menyerang. Biksu-biksu itu rupanya memiliki ilmu silat tinggi. Bahkan, satu dari mereka pun masih susah untuk dikalahkan Lao Sying, apalagi dua belas orang.Biksu dengan rahang paling tebal itu mengarahkan toyanya ke kaki Lao Sying. Sebisa mungkin Lao Sying menghindar, tapi ternyata serangan itu memiliki dua sasaran sekaligus. Biksu itu memutar toyanya dan mengarahkan ujungnya yang lain tepat ke arah dada Lao Sying.Karena mendapat serangan tiba-tiba, Lao Sying tak bisa lagi menghindar maupun menangkis. Dia terdorong ke belakang beberapa langkah, lalu dari berbagai penjuru semua toya mengarah kepadanya.Meski bisa menghindari beberapa toya dengan gerakan lincahnya, beberapa yang lain mengenai punggung, dada dan
Chiu Kang tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. Lao Sying dan biksu tua itu terkejut, meski mereka sudah bisa memperkirakannya.“Lalu, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Lao Sying.“Aku punya lebih dari tujuh puluh butir pil itu. Aku hanya mencoba mengulur waktu,” jawabnya.“Anakku, kenapa kau harus melakukan ini. Kau akan memberikan pil berhargamu itu hanya untuk menyelamatkan kami?” tanya biksu tua itu, yang nama sebenarnya adalah Baozhai.Meski usianya hanya lima puluh sembilan tahun, wajahnya tampak seperti orang berumur tujuh puluh tahun. Di setiap sudut wajahnya, hampir dipenuhi keriput.“Paman Biksu benar. Kenapa kau harus melakukan ini. Saat itu, kau punya peluang untuk kabur, tapi kenapa kau tidak melakukannya?” Lao Sying menyerocos.“Mana mungkin aku meninggalkan keluargaku mati begitu saja. Aku lebih suka mati bersama mereka daripada menyelamatkan diriku sendiri. Tidak ada kehidupan yang lebih menyakitkan selain kesepian,” jawab Chiu Kang berlagak bijak.“Kau ini,” Lao
“Ya! Kita harus bersatu!”“Kita harus bersiap!”Sahut-menyahut antar suara begitu riuh. Suasana menjadi ramai dengan teriakan, “Setuju! Siap!” dan, “Bersatu!”Meski demikian, beberapa orang di antara para jenderal dan menteri ada yang tampak berpikir serius. Mereka tampak sedang merangkai satu persatu kejadian yang terjadi belakangan ini.Setelah kematian Putra Mahkota Zhao Kong; dipenggalnya Perdana Menteri Hu Lian Tang; diusirnya seluruh Keluarga Tai; pembantaian Jenderal Deming sekeluarga, dan yang terkahir serangan membabi-buta terhadap banyak kediaman jenderal, termasuk keluarga Yang di Gui. Tentu semua ini bukan kebetulan. Ada rancangan besar di balik semua itu.“Menurut Jenderal Besar, apa yang harus kita lakukan?” Jenderal Yi Zixin dari Jingzhao bertanya. Pria empat puluh sembilan tahun ini terkenal dengan permainan tombaknya. Dia memiliki wajah tampan dan bersih, dengan mata sedikit besar.“Benar, sekarang apa yang harus kita lakukan, Jenderal Besar?” Menteri Keadilan, Wei Yi
Untuk sesaat Duan Fang You menghela nafas panjang. Tulang-tulang di tangannya terasa panas dan nyeri. Dari pertarungan ini dia tahu, kemampuannya masih jauh di bawah Da Bolin.Karena itu dalam hatinya dia memilih berhenti melanjutkan pertarungan. Beruntung Mu Long Bui maju sebagai penengah.Duan Fang You langsung membalikkan badannya menjauhi mereka semua.“Aku pergi,” katanya dingin sembari melangkah pergi meninggalkan kediaman Keluarga Jin.“Ingat, pertarungan kita belum berakhir!” Da Bolin masih memendam kemarahan besar di hatinya.“Adik seperguruan, kau harus ingat tugas kita terlebih dahulu. Kau tahu apa yang akan Pangeran Zhao You lakukan jika mengetahui hal ini?”Mu Long Bui berusaha menenangkan adik seperguruannya.“Tuan Mu benar. Ketua Da seharusnya lebih tenang. Jangan terusik dengan kata-kata Duan Fang You. Dia memang bukan dari kalangan kita,” kata Chiu Sek.Da Bolin m
Memang, sepanjang karier kemiliterannya Jenderal Hu Qiqiang tidak pernah dicela dan dipandang remeh, karena ada titah Kaisar Song Renzong yang memerintahkan hal tersebut.Dia adalah satu-satunya keturunan Perdana Menteri Hu Lian Tang. Selama ini, dia sering merasa kecil hati jika menghadiri pertemuan bersama kaisar, pejabat dan jenderal-jenderal lainnya.Perdana Menteri Li Xiaobo mendekati Jenderal Hu Qiqiang.“Kau bukan anak seorang pengkhianat, kau putra seorang pahlawan sejati,” kata Perdana Menteri Liu Xiaobo sambil menepuk-nepuk pundak Jenderal Hu Qiqiang yang tanpa sadar telah menitikkan air mata.“Perdana Menteri Liu benar, pahlawan sejati tidak butuh tanda jasa, tapi sebuah hati yang besar. Kau beruntung telah mewarisinya dari ayahmu,” sambung Jenderal Besar Li Guzhou.Tangis di mata Jenderal Hu Qiqiang semakin deras.“Terima kasih telah menceritakannya, jika tidak aku akan terus menganggap Ayahku pengkhianat busuk.”“Anak orang besar tak boleh secengeng itu,” goda Jenderal We
Pagar sedang berdiri kokoh. Warnanya yang putih membuatnya tidak tampak seperti benteng. Bendera naga berkibar kencang di atasnya.Di depan pintu gerbang masuk rumah itu dijaga beberapa prajurit kerajaan. Mereka mengenakan pakaian besi ringan, tidak seperti pakaian besi untuk berperang.Seperti halnya rumah-rumah menteri lainnya, selalu ada keamanan ketat yang menjaganya, demikian pula dengan Menteri Keadilan Li Weiyuan.Walaupun jika dibandingkan dengan kediaman menteri lainnya, keamanan di rumah Li Weiyuan masih terbilang longgar.Beberapa saat yang lalu, seorang kurir tiba dari Taiyuan. Mereka membawa sebuah surat penting yang dikirimkan oleh Tai bersaudara dari Dali.Setelah menerima surat itu, muka Jenderal Besar Li Guzhou mendadak berubah cemas. Seketika dia mondar-mandir seperti seseorang yang telah kehilangan arah.Sepupunya, Menteri Keadilan Li Weiyuan tampak bingung melihat tingkah aneh Li Guzhou. Demikian pula dengan anaknya, Jend
Park Wan dan dua bawahannya tertegun, terutama Park Wan. Dia tidak percaya ilmu tertinggi Sekte Gunung Es tidak berarti apa-apa bagi Chiu Kang. Bahkan gabungan tenaga dalam mereka bertiga hilang begitu saja.Setelah berhasil mengendalikan tenaga dalamnya, Chiu Kang berjalan menghampiri Park Wan.“Kau baik-baik saja?” tanya Chiu Kang.“Ilmu silat Ketua Kang memang luar biasa. Aku mengaku kalah,” ujar Park Wan.Sementara Son Kam Jeu dan Son Hyeun In masih terlihat tidak terima, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa.“Aku masih harus banyak belajar,” ucap Chiu Kang sembari mengulurkan tangan membantu Park Wan berdiri.“Terima kasih,” kata Park Wan setelah berdiri.Chiu Kang tersenyum.“Aku akan menyelamatkan Son Ca Gang,” kata Chiu Kang tiba-tiba.Park Wan, Son Kam Jeu dan Son Hyeun In terkejut mendengar ucapan Chiu Kang. Tidak terkecuali dengan para bawahannya di Perkumpulan Pendekar Song.“Ketua Kang! Kau tidak bisa melakukannya,” ujar Xiao Bojing.“Benar, Ketua Kang,” ujar para ketua
Setelah cukup lama Chiu Kang berada dalam posisi ini, lalu dia mengubah telapak tangannya yang terbuka menjadi mengepal.Dia tarik sedikit mundur kedua telapak tangannya, lalu memukulkannya sekuat tenaga. Jurus yang dikeluarkannya saat ini adalah jurus Pukulan Tanah Hampa milik ayahnya.Wusshh...Park Wan terdorong ke atas sehingga dia harus bersalto beberapa kali untuk mengendalikan tenaga dalamnya. Sedangkan Son Hyeun In terdorong jatuh di atas tanah karena tidak mampu menahan serangan Chiu Kang.Lalu Chiu Kang mendaratkan kakinya di atas tanah dengan kedua tangan bergerak mengendalikan tenaga dalamnya.“Kau memang hebat, Ketua Kang,” ucap Park Wan yang sudah berdiri di atas tanah.Dia membantu Son Kam Jeu dan Son Hyeun In bangun.“Apa tuan-tuan masih ingin memaksamu?” tanya Chiu Kang.“Tidak ada cara lain untuk menyembuhkan Kakak Gang selain membawamu ke sana,” kata Park Wan.
Setelah mengeluarkan jurus Pedang Es Putih, Park Wan menangkis semua serangan pedang He Jinhai dengan tangan telanjang, tapi karena tangan tersebut dibalut tenaga dalam es yang luar biasa, membuatnya lebih keras dari baja.Lalu kemudian Park Wan mulai menyerang He Jinhai dengan lebih serius.He Jinhai seketika terkejut. Dia tidak siap menghadapi serangan yang sangat cepat dari segala arah bagian tubuhnya. Kali ini He Jinhai benar-benar terdesak. Ilmu Pedang Es Putih milik Park Wan berhasil mengungguli jurus Pedang Hujan Badai.Traang...Pedang He Jinhai jatuh terkena sabetan tangan Park Wan. He Jinhai terdesak beberapa langkah ke belakang untuk menghindari serangan Park Wan.Melihat gurunya berada dalam bahaya, Hong Chuntao masuk ke dalam pertempuran, tapi dia juga tak banyak membantu. Bahkan hanya beberapa jurus, dia sudah terkena pukulan hebat dan terpental jauh.Lalu secara bergantian masuk Yang Mingyu, Chan Juan dan terakhir Ho Fengge. Dengan keterlibatan mereka, pertempuran menja
“Pergi ke Song rasanya tidak mungkin. Di sana terlalu banyak orang-orang Pangeran Zhao You,” kata Tai Niu Xin.“Kita harus membawanya ke sebuah tempat di mana Pangeran Zhao You tidak punya banyak pengaruh,” Bu Liak mengajukan saran.“Adik Keempat benar, kita harus melakukannya,” sambung Bu Sengku, saudara kedua dari Empat Pendekar Wangi.Miao Yin Feng dan lainnya manggut-manggut.Lalu tiba-tiba Tai Kun Lun angkat bicara: “Ke Liao. Di sana Pangeran Zhao You tidak mempunyai kekuasaan.”“Masalahnya, di mana kita akan tinggal di sana?” tanya Jin Su Yu.“Ya, itu masalahnya,” Bu Peng membenarkan.“Kalian tak usah khawatir. Di Liao kita bisa minta bantuan Hu Chen Wu, saudara kandung Jenderal Hu Hongyin,” ucap Tai Kun Lun.“Apa dia bisa dipercaya?” tanya Bu Huang.Tai Kun Lun tersenyum.“Dia adalah seorang Jenderal Song,
Setelah cukup lama beradu tenaga dalam, tiba-tiba Park Wan menarik tenaga dalamnya dan mengarahkannya ke langit.Wushh...Bunyi nyaring tenaga dalam besar yang menguai menjadi air di udara.Karena terkejut dengan tindakan Park Wan, Guru Majin tidak sempat menarik serangannya secara penuh, sehingga ada tenaga dalam yang tersisa mengenai Park Wan.Bluugh...Park Wan terdorong beberapa langkah ke belakang. Di sudut bibirnya keluar sedikit darah.“Ketua!” seru Son Kam Jeu dan Son Hyeun In.Guru Majin bergegas mendekati Park Wan setelah mengendalikan tenaga dalamnya.“Bagaimana keadaanmu? Kenapa kau melakukannya?” tanya Guru Majin keheranan.Park Wan masih terdiam. Dia sedang mengatur tenaga dalamnya, dan berusaha menyembuhkan lukanya. Setelah beberapa saat memejamkan mata, Park Wan mulai membuka matanya.“Aku baik-baik saja,” ucapnya dengan tersenyum.Guru Majin menggelengkan kepalanya.“Jika kau mengeluarkan seluruh tenaga dalammu, aku pasti kalah,” kata Guru Majin.“Tetua berlebihan. Ak
“Mari kita pergi bersama,” ajak Chiu Kang yang dijawab dengan gelengan kepala Wang Jiang. “Kenapa?” tanyanya heran.“Aku harus menyelesaikan persediaan obat untuk orang-orang yang terluka,” ujarnya.Chiu Kang diam tersenyum.“Baiklah, aku akan pergi sendiri. Nona Jiang berhati-hatilah, jangan sampai tangan Nona yang istimewa itu terbakar saat merebus obat,” godanya.Wang Jiang mengangguk dengan senyum menyeringai. Dia merasakan kehangatan yang sama seperti dulu. Kehangatan yang memeluknya dengan erat dan memperkenalkannya dengan cinta.“Kenapa aku merasakan kehangatan seperti ini lagi? Apakah dia adalah Chiu Kang?” hatinya bertanya-tanya. “Ah, tidak mungkin. Chiu Kang telah mati. Kenapa aku menjadi seperti ini?” keluhnya dengan memukul-mukul kepalanya sendiri.Pagi ini Perguruan Danau Laingzi snagat ramai. Keceriaan tertampak di setiap sudutnya. Apalagi setelah kedatanga