Caroline terkejut saat tangannya dipegang oleh Arthur, terasa sangat dingin sampai menusuk ke tulang, matanya menatap tajam ke arah Caroline.
"Maaf kenapa Tuan?" tanya Caroline seramah mungkin, mencoba menyembunyikan ketakutannya.
Arthur hanya mengerlingkan matanya, tanda ia memberi isyarat kepada Caroline untuk duduk, dengan tubuh yang gemetar dan gugup Caroline duduk di depan Arthur.
"Apa saya salah membawakan pesanannya tuan?" tanya Caroline.
Arthur hanya menggeleng, Caroline semakin bingung dibuatnya, dia tak mengerti dengan tamunya yang satu ini, super aneh.
"Apa yang bisa saya bantu tuan, jika tak ada masalah saya ijin mau melayani tamu yang lain."
Arthur masih terdiam, dia malah menyodorkan makanan yang dia pesan dan menyuapkan sepotong kue ke mulut Caroline.
'Dih aneh ini orang, dari tadi ditanya gak nyaut, tiba-tiba malah nyuapin cake ke mulut gue, lama-lama gue sumpel juga mulutnya sama kue, biar nggak bisa mangap sekalian,'
"Jadi cewek jangan galak, nanti gak ada cowok yang suka, sama satu lagi, saya juga bisa bicara, enggak bisu kaya yang kamu pikir," bisik Arthur di telinga Caroline, seketika bulu kuduk Caroline berdiri.
"Maaf saya tidak tahu, tapi bagaimana anda bisa tahu isi pikiran saya?" tanya Caroline.
"Itu tidak penting, sekarang kamu makan dulu, saya tau dari pagi kamu belum sarapan!" perintah Arthur.
Caroline tambah bingung, darimana lelaki misterius itu bisa tahu, kalau dari pagi dia belum makan, padahal dia tak mengatakan apapun tadi.
"Tapi bagaimana cara saya membayar semua makanan ini, bahkan gaji saya selama sebulan pun, tak akan mampu melunasi semua bill makanan ini, tolong jangan persulit saya tuan, saya tau saya salah, saya minta maaf," ucap Caroline.
"Saya yang akan membayar makanannya," ucap Arthur.
"Tapi kita belum kenal tuan, kenapa tuan bersikap baik terhadap saya?" tanya Caroline
"Itu bukan masalah, bukankah sudah seharusnya kita saling menolong sesama."
"Tuan tidak makan?"
"Tidak."
"Lantas untuk apa tuan memesan semua makanan ini."
'Jangan-jangan dia orang gila, tapi masa iya sih cowok ganteng kaya gini gila,' batin Caroline.
"Buang semua pikiran kotor kamu, saya tidak seperti yang kamu pikirkan, dan ini uang untuk membayar semua makananmu," ucap Arthur, seraya memberikan sejumlah uang kepada Caroline.
"Tapi ini kebanyakan tuan."
"Terserah mau kamu apakan uang itu, aku tak butuh benda seperti itu," ucap Arthur datar.
"Terimakasih tuan."
Arthur berlalu meninggalkan cafe dan menjalani aktivitasnya yang lain.
Selepas kepergian Arthur, Caroline makan dengan lahap, bak orang kelaparan.
"Woy, makan sendirian aja, aku juga mau, bagi donk," tegur Berta.
"Ih bikin kaget aja, aku kira orang yang tadi balik lagi, udah duduk, makan aja semuanya mumpung gratis," ucap Caroline.
"Gila, ini semua kamu makan sendiri, bukannya tadi kamu bilang ini pesanan si cowok aneh itu, tapi kok kamu yang makan, emang kamu sanggup bayar ini semua, inikan makanan favorit di cafe kita, harganya juga cukup menguras isi kantong."
"Ini cowok tadi yang pesan, yang aku ceritain di dapur, aku juga heran kenapa dia ngasih makanan sebanyak ini buat aku, padahal dia kan gak kenal sama aku, ketemu aja baru sekarang, tapi anehnya dia tau kalo aku belum makan seharian ini, bahkan aku nyampe dikasih uang buat bayar semua makanan ini,"
"Yang bener kamu, masa iya sih dia ninggalin gitu aja semua makanan ini, ditambah dia juga ngasih kamu uang, alasannya apa coba?"
"Mungkin aku lagi beruntung aja kali."
"Coba cek dulu, aku takut itu uangnya palsu?" tanya Berta tak percaya.
"Ini asli Berta, nih cek aja sendiri," ucap Caroline, mata Berta terbelalak saat melihat uang yang dikeluarkan oleh Caroline dari dalam sakunya.
"Gila banyak banget, berasa dapat durian runtuh dong ya, udah mah disuruh makan enak, dikasih duit pula."
"Tapi gue masih bingung, sebenarnya cowok itu manusia apa bukan sih? Terus darimana dia dapat uang sebanyak ini!"
"Udah gak usah mikir yang aneh-aneh, sekarang makan aja dulu, nanti keburu bos dateng, yang ada nanti kita disangka malas-malasan di jam kerja."
"Dari mana saja kamu Arthur?" Tanya iblis yang sedang menunggu kedatangan Arthur."Aku habis mencari udara segar di luar.""Apa kau sudah mencari tahu tentang keberadaan keturunan mereka, orang-orang yang telah membantai orang tuamu hingga tewas, kau harus membalaskan dendam Edward dan kedua orang tuamu!""Tentu saja, tak ada satupun orang yang akan bisa lepas dari kejaran ku.""Ingat tujuan kita tinggal di bumi, jangan sekali-kali kamu mengingkari janjimu kepada Tuan Lucifer, dia bisa murka dan akan menghukummu, ingat berkat dialah kau bisa hidup abadi dan punya kekuatan.""Apa maksudmu?""Jangan
Caroline Aliezta Daniele, seorang wanita yang cantik jelita, memiliki badan yang sexy, bola mata berwarna biru, rambut pirang yang bergelombang, dan warna kulitnya yang exotis semakin menambah sempurna kecantikannya.Caroline tinggal di sebuah apartemen bersama Ayah dan Ibu tirinya, Ibu kandung Caroline telah lama meninggal karena sebuah penyakit.Caroline termasuk salah satu mahasiswi tercantik di universitasnya, tak heran jika dia selalu menjadi incaran dan rebutan para pria di kampusnya, namun sayang Caroline tidak begitu tertarik dengan dunia percintaan, dia lebih fokus belajar demi mengejar cita-citanya untuk menjadi orang sukses.Demi mencukupi kebutuhannya Caroline bekerja paruh waktu di sebuah cafe, dia bekerja dari jam delapan pagi sampai jam empat sore, dia sengaja
Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Caroline langsung masuk ke dalam mobil Arthur, dan duduk di sebelahnya."Tolong bawa aku pergi bersamamu," pinta Caroline.Arthur memandang aneh ke arah wanita yang sedang duduk di sampingnya."Turun dari mobilku!" bentak Arthur"Tidak, aku akan tetap di sini.""Dasar wanita gila.""Kumohon tuan tolong bawa aku bersamamu.""Kenapa?""Aku merasa aman jika berada di dekatmu.""Lantas?"
Dua orang pria sedang duduk di balkon, dengan raut wajah yang terlihat sangat cemas sambil menghisap cerutu, mereka sedang membicarakan suatu masalah yang bisa mengancam kelangsungan hidup mereka."Ada apa kau datang menemuiku?""Ada yang ingin aku sampaikan kepadamu.""Apa? sepertinya sangat penting?""Apa kau sudah melihat berita hari ini?""Tidak, aku tak pernah sempat melihat berita, sangat tidak penting jika aku harus melihat berita, tak ada untungnya bagiku.""Setiap minggu selalu saja ada korban pembunuhan, tak tanggung pelakunya membantai satu keluarga hingga tak ada yang tersisa, yang memb
Dua orang pria berjubah hitam sedang berdiri memperhatikan kerumunan penduduk dari balik pohon, mereka menyeringai jahat melihat reaksi para penduduk yang mudah terhasut dengan ucapan Jhon, ternyata dengan mudahnya mereka bisa mengecoh penduduk."Cepat katakan Jhon siapa orangnya, kami sudah tak sabar ingin memberi pelajaran kepada manusia-manusia laknat, yang telah merenggut nyawa anak kami.""Kalian tenanglah dulu.""Tidak, kami sudah tak sabar ingin menghajar orangnya!""Cepat katakan siapa orangnya Jhon, tolong jangan membuat kami semakin penasaran."Para penduduk terus berteriak meminta penjelasan dari si pria yang sedang dikendalikan pikirannya.
Setelah puas melihat isi kastil, Caroline mulai merasa lelah."Arthur apa ku boleh melihat kamar yang akan aku tempati?" tanya Caroline."Tentu saja, ayo, ikuti aku," ajak Arthur.Arthur mulai berjalan melewati lorong dan menaiki anak tangga, diikuti dengan Caroline yang mengekor di belakangnya, tibalah mereka di sebuah pintu kamar yang sudah usang, Arthur langsung membukakan pintu untuk Caroline."Silahkan ini kamarmu, aku harap kau jangan bertindak gegabah selama tinggal di sini, dan satu lagi jangan pernah berani keluar saat malam hari di kastil ini, karena akan sangat berbahaya untuk manusia sepertimu.""Banyak banget aturannya."
Caroline terkejut, melihat pria asing yang berdiri di hadapannya."Siapa kau? Bagaimana caramu masuk kemari? Apa kau pencuri ? Jangan berani macam-macam atau aku akan teriak agar orang-orang di sini akan menghajarmu!" ancam Caroline, dia memberondong beberapa pertanyaan kepada sosok lelaki yang berdiri di hadapannya."Hey, tenanglah nona, jangan panik, tak sedikitpun aku mempunyai niat jahat terhadapmu.""Siapa kau?" tanya Caroline."Kau tak perlu tahu namaku, yang pasti aku masih salah satu penghuni kastil ini.""Ada apa kau datang ke kamarku?""Aku hanya ingin memperingatkanmu, agar menjaga jarak
Caroline berdiri tepat di hadapan Arthur, lagi dan lagi muncul perasaan aneh di hati Arthur, dia nampak terpesona melihat kecantikan Caroline."Selamat malam Arthur," sapa Caroline."Iya," jawab Arthur singkat."Maaf, telah membuatmu menunggu," ujar Caroline."Duduklah." Arthur mempersilahkan Caroline untuk duduk."Wow.. banyak sekali hidangannya, siapa yang memasak makanan sebanyak ini?""Luna.""Siapa Luna, apa dia memasak semua ini sendiri?""Iya, dia yang memasak semua makanan