Caroline menatap lekat suami dan putranya, mereka bagai pinang dibelah dua, sangat mirip, layaknya seorang adik kakak.
"Bagaimana perjalanan kalian?" tanya Caroline membuka obrolan.
"Banyak hal baru yang aku temukan, aku mendapat banyak pelajaran," jawab Arron, sambil meneguk segelas air jeruk hangat.
"Pelajaran apa yang kamu dapatkan Putraku?"
"Kepercayaan, persahabatan, dan sakitnya perpisahan."
"Tapi kamu sangat berani, Dady sangat bangga memiliki putra sepertimu, 17 tahun Dady menunggumu, hingga tibalah waktunya kini, kita dipertemukan kembali di tempat yang indah ini, itu semua berkat keberanianmu, Arron." Arthur memuji keberanian Arron, sambil mengelu
"Katakan pada Momy, dimana Leo, serigala itu sudah Momy anggap seperti keluarga kita, dia sangat berjasa bagi Momy, di saat Momy terjebak di dunia antah berantahf ini, dialah yang selalu setia menemani Momy." Caroline terus bertanya tentang Leo kepada Arron.Arron menceritakan semuanya kepada Caroline."Aku masih tidak menyangka kalau Leo, ternyata adalah seorang ksatria," ucap Caroline."Sudah, tidak baik membicarakan orang lain, sayang duduklah, ada satu hal yang ingin aku bicarakan.""Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab dulu pertanyaanku dimana Leo?" tanya Caroline, dengan muka yang masam."Apa kalian ingin kembali ke dunia manusia?" tanya Arthur
"Iya aku Caroline, siapa kamu? Apakah kamu mengenalku?" tanya Caroline, dia merasa heran karena wanita tua itu bisa mengetahui namanya."Aku kangen banget sama kamu, selama ini kamu kemana aja?""Maaf sepertinya anda salah orang." Caroline melepas dengan lembut pelukan wanita tua itu."Tidak, aku tidak mungkin salah orang, aku sangat yakin kamu adalah Caroline, sahabatku yang pernah menghilang dulu," tuturnya."Siapa nama anda? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?""Ini aku Berta, dulu kita pernah bekerja bersama di sebuah cafe," jelas wanita tua di hadapan Caroline, yang mengaku sebagai Berta sahabat lamanya."Berta Patty, itukah kau!" Teriak Caroline tidak percaya, antara senang dan sedih bercampur menjadi bahagia, mereka saling berpelukan."Kenapa keadaan kamu sekarang seperti ini, kenapa kamu terlihat seperti seorang manula?" tanya
Mata Arthur terus melihat setiap sisi ruangan, dia merasa seperti ada sesuatu yang sedang memperhatikan mereka, perasaannya menjadi tidak enak, dia tidak sadar kalau ada sepasang mata yang sedang memperhatikan gerak gerik mereka."Ada sesuatu yang janggal di tempat ini."Arthur mengedarkan pandangannya, sorot mata Arthur bak elang yang sedang mencari mangsa, Arron menyenggol bahu Ayahnya."Dad," bisik Arron kepada Arthur."Kenapa?""Aku merasakan ada suatu energi yang cukup besar di rumah ini," ujar Arron, mencoba mengeluarkan apa yang dia rasakan dari tadi."kamu juga bisa merasakan kekuatan itu?"
Brakkkk…Pintu ditendang dari luar, terlihat sekumpulan orang berdiri membawa obor dan parang, wajah mereka terlihat sangat marah, Maria dan Fernandes yang sedang menikmati makan malam langsung berdiri, sedangkan Arthur kecil kaget, dia langsung berlari dan bersembunyi di belakang lemari."Sudah kuduga kalian pasti bersembunyi di dalam!""Apa mau kalian, kenapa kalian mengganggu ketenangan kami?" tanya Fernandes."Kamu masih berani bertanya apa mau kami, tentu saja kami ingin kematian kalian, karena ulah kalian telah membuat resah penduduk!" hardik Marcus, dia adalah kepala suku di kampung kami."Apa maksud kalian, aku tak mengerti?"&n
Arthur melompat ke dalam kobaran api, panas api tak dirasakannya, hatinya amat sakit melihat penderitaan orang tuanya, dia memeluk Ayah dan Ibunya, Fernandes yang masih tersadar menyuruh Arthur melompat ke bawah, karena Fernandes tahu di bawah jurang ada sungai yang mengalir, saat ikatan tangan Fernandes mulai terlepas, dengan sekuat tenaga dia mendorong tubuh Arthur hingga terjatuh ke jurang."Maafkan Ayah Nak," lirih Fernandes.Tubuh Arthur terpelanting ke bawah jurang, dia terjatuh tepat di atas sungai, tubuhnya hanyut terbawa arus, aliran arus sungai yang kencang dan berbatu, membuat tubuh Arthur beberapa kali terbentur bebatuan sampai tak sadarkan diri.Tubuh Arthur terombang-ambing mengikuti arus sungai, aliran sungai membawanya pergi jauh dari desa tempatnya tinggal,
Caroline terkejut saat tangannya dipegang oleh Arthur, terasa sangat dingin sampai menusuk ke tulang, matanya menatap tajam ke arah Caroline."Maaf kenapa Tuan?" tanya Caroline seramah mungkin, mencoba menyembunyikan ketakutannya.Arthur hanya mengerlingkan matanya, tanda ia memberi isyarat kepada Caroline untuk duduk, dengan tubuh yang gemetar dan gugup Caroline duduk di depan Arthur."Apa saya salah membawakan pesanannya tuan?" tanya Caroline.Arthur hanya menggeleng, Caroline semakin bingung dibuatnya, dia tak mengerti dengan tamunya yang satu ini, super aneh."Apa yang bisa saya bantu tuan, jika tak ada masalah saya ijin mau melayani tamu yang lain."
"Dari mana saja kamu Arthur?" Tanya iblis yang sedang menunggu kedatangan Arthur."Aku habis mencari udara segar di luar.""Apa kau sudah mencari tahu tentang keberadaan keturunan mereka, orang-orang yang telah membantai orang tuamu hingga tewas, kau harus membalaskan dendam Edward dan kedua orang tuamu!""Tentu saja, tak ada satupun orang yang akan bisa lepas dari kejaran ku.""Ingat tujuan kita tinggal di bumi, jangan sekali-kali kamu mengingkari janjimu kepada Tuan Lucifer, dia bisa murka dan akan menghukummu, ingat berkat dialah kau bisa hidup abadi dan punya kekuatan.""Apa maksudmu?""Jangan
Caroline Aliezta Daniele, seorang wanita yang cantik jelita, memiliki badan yang sexy, bola mata berwarna biru, rambut pirang yang bergelombang, dan warna kulitnya yang exotis semakin menambah sempurna kecantikannya.Caroline tinggal di sebuah apartemen bersama Ayah dan Ibu tirinya, Ibu kandung Caroline telah lama meninggal karena sebuah penyakit.Caroline termasuk salah satu mahasiswi tercantik di universitasnya, tak heran jika dia selalu menjadi incaran dan rebutan para pria di kampusnya, namun sayang Caroline tidak begitu tertarik dengan dunia percintaan, dia lebih fokus belajar demi mengejar cita-citanya untuk menjadi orang sukses.Demi mencukupi kebutuhannya Caroline bekerja paruh waktu di sebuah cafe, dia bekerja dari jam delapan pagi sampai jam empat sore, dia sengaja