Dua orang pria sedang duduk di balkon, dengan raut wajah yang terlihat sangat cemas sambil menghisap cerutu, mereka sedang membicarakan suatu masalah yang bisa mengancam kelangsungan hidup mereka.
"Ada apa kau datang menemuiku?"
"Ada yang ingin aku sampaikan kepadamu."
"Apa? sepertinya sangat penting?"
"Apa kau sudah melihat berita hari ini?"
"Tidak, aku tak pernah sempat melihat berita, sangat tidak penting jika aku harus melihat berita, tak ada untungnya bagiku."
"Setiap minggu selalu saja ada korban pembunuhan, tak tanggung pelakunya membantai satu keluarga hingga tak ada yang tersisa, yang membuatku heran, semua korbannya selalu berasal dari keluarga kita, sepertinya ada orang yang ingin bermain api dengan kita."
"Kau tidak sedang bercanda kan, kenapa kamu baru memberitahuku saat semuanya sudah genting?"
"Kupikir kau sudah tahu."
"Bahaya kalau terus seperti itu, kita harus segera bertindak!"
"Kita harus segera menyelidiki kasus ini, aku tak ingin semua keturunan kita habis dibantai olehnya!"
"Mungkinkah ini karma untuk kita, karena dulu kita telah membunuh orang-orang yang tak berdosa."
"Karma apa yang kau maksud?"
"Apa kau masih ingat dengan kejadian 100 tahun silam?"
"Kejadian apa?"
*Flashback.
"sepertinya warga mulai curiga, dengan menghilangnya para gadis yang kita ambil jantungnya."
"Kau terlalu gegabah dalam bertindak, sudah kubilang jika sudah dapat jantungnya, mayatnya langsung saja dibakar atau tidak dikubur, untuk menghilangkan jejaknya, agar penduduk beranggapan anak mereka mati diterkam binatang buas di hutan, tapi kenapa mayatnya malah kau buang ke sungai!" Gerutunya.
"Aku gugup, karena suara teriakan warga makin mendekat, melihat aliran sungai yang deras, muncul ide di kepalaku, aku lempar saja mayatnya, kupikir dia akan hanyut sampai ke laut, ternyata mayatnya malah tersangkut di pinggiran sungai," sesal rekannya.
"Kalau sudah seperti ini kita harus bagaimana, aku tak ingin rahasiaku terbongkar, kita hanya butuh satu jantung lagi, untuk menyempurnakan kekuatan kita, selangkah lagi kita akan menjadi manusia abadi, aku tak ingin semua yang telah aku korbankan menjadi sia-sia."
"Cobalah berpikir bagaimana caranya agar penduduk tidak mencurigai kita."
"Kita harus mencari kambing hitam, untuk menutupi rahasia kita."
"Ya, brilian sekali idemu, kira-kira siapa yang akan kita jadikan kambing hitam?"
"Apa kau masih ingat dengan Edward?" tanya sang pria mencoba mengingatkan rekannya.
"Memangnya ada apa dengan Edward, bukankah kita telah berhasil mengusirnya dari desa."
"Dasar bodoh!" hardiknya.
"Kita bisa menjadikan dia sebagai senjata,"
"Maksudnya?"
"Apa Kau masih belum mengerti dengan perkataanku?"
"Tidak, aku masih belum mengerti."
"Maria adalah Adik kandung Edward, kita bisa mengkambing hitamkan Fernandes dan Maria, untuk menutupi perbuatan kita."
"Bagaimana caranya?"
"Kita jebak Maria, lalu kita hasut penduduk, katakan pada penduduk bahwa Maria dan Fernandes adalah salah satu dari anggota sekte."
"Apa kau yakin ini akan berhasil?"
"Tentu saja, aku hanya butuh satu orang untuk kita kendalikan pikirannya, setelah itu kita kirim dia untuk menghasut penduduk yang lain, jadi kita tak perlu repot-repot turun tangan mengatasi masalah ini."
"Ternyata kau sangat licik!"
"Hahahaha."
Tawa mereka menggema di sebuah gua di pinggiran hutan.
Hari menjelang malam, dua orang pria berjubah hitam turun ke desa, mereka mengetuk salah satu pintu rumah penduduk, rumah itu adalah milik Jhon, penasehat di desa itu.
Tok.. tok.. tok..
Terdengar suara langkah kaki yang mulai mendekat, baru saja pintu dibuka, dua pria misterius itu langsung membekap jhon.
Salah satu dari mereka langsung menghipnotis Jhon agar bisa mengendalikan pikirannya, saat sudah berada di bawah pengaruh ilmu hitam, jhon seperti mayat hidup, tatapan matanya kosong, dan langsung mengikuti perintah yang diinstruksikan oleh si pria berjubah hitam.
Jhon mulai mengetuk satu persatu pintu rumah penduduk, tak ada yang tertinggal terkecuali keluarga Fernandes, mereka tak ada yang tahu tentang berita ini, karena memang sengaja tak diberi tahu.
"Tahukah kalian mengapa Aku mengumpulkan kalian semua di sini? Ada hal penting yang ingin aku sampaikan kepada kalian, aku telah mengetahui siapa dalang dari semua bencana yang menimpah desa kita, aku telah menyelidiki kasus menghilangnya para gadis dan anak-anak yang dijadikan tumbal, dan aku juga telah tau siapa orangnya,"
"Siapa, tolong beritahu kami, agar kami bisa menuntut balas atas kematian anak-anak kami!" Teriak penduduk.
Para penduduk mulai terpancing oleh hasutan Jhon.
Dua orang pria berjubah hitam sedang berdiri memperhatikan kerumunan penduduk dari balik pohon, mereka menyeringai jahat melihat reaksi para penduduk yang mudah terhasut dengan ucapan Jhon, ternyata dengan mudahnya mereka bisa mengecoh penduduk."Cepat katakan Jhon siapa orangnya, kami sudah tak sabar ingin memberi pelajaran kepada manusia-manusia laknat, yang telah merenggut nyawa anak kami.""Kalian tenanglah dulu.""Tidak, kami sudah tak sabar ingin menghajar orangnya!""Cepat katakan siapa orangnya Jhon, tolong jangan membuat kami semakin penasaran."Para penduduk terus berteriak meminta penjelasan dari si pria yang sedang dikendalikan pikirannya.
Setelah puas melihat isi kastil, Caroline mulai merasa lelah."Arthur apa ku boleh melihat kamar yang akan aku tempati?" tanya Caroline."Tentu saja, ayo, ikuti aku," ajak Arthur.Arthur mulai berjalan melewati lorong dan menaiki anak tangga, diikuti dengan Caroline yang mengekor di belakangnya, tibalah mereka di sebuah pintu kamar yang sudah usang, Arthur langsung membukakan pintu untuk Caroline."Silahkan ini kamarmu, aku harap kau jangan bertindak gegabah selama tinggal di sini, dan satu lagi jangan pernah berani keluar saat malam hari di kastil ini, karena akan sangat berbahaya untuk manusia sepertimu.""Banyak banget aturannya."
Caroline terkejut, melihat pria asing yang berdiri di hadapannya."Siapa kau? Bagaimana caramu masuk kemari? Apa kau pencuri ? Jangan berani macam-macam atau aku akan teriak agar orang-orang di sini akan menghajarmu!" ancam Caroline, dia memberondong beberapa pertanyaan kepada sosok lelaki yang berdiri di hadapannya."Hey, tenanglah nona, jangan panik, tak sedikitpun aku mempunyai niat jahat terhadapmu.""Siapa kau?" tanya Caroline."Kau tak perlu tahu namaku, yang pasti aku masih salah satu penghuni kastil ini.""Ada apa kau datang ke kamarku?""Aku hanya ingin memperingatkanmu, agar menjaga jarak
Caroline berdiri tepat di hadapan Arthur, lagi dan lagi muncul perasaan aneh di hati Arthur, dia nampak terpesona melihat kecantikan Caroline."Selamat malam Arthur," sapa Caroline."Iya," jawab Arthur singkat."Maaf, telah membuatmu menunggu," ujar Caroline."Duduklah." Arthur mempersilahkan Caroline untuk duduk."Wow.. banyak sekali hidangannya, siapa yang memasak makanan sebanyak ini?""Luna.""Siapa Luna, apa dia memasak semua ini sendiri?""Iya, dia yang memasak semua makanan
Pagi ini Arthur dan Caroline berangkat ke kampus bersama, lagi dan lagi selama di perjalanan Caroline sangat mengantuk, hingga dia tertidur di mobil."Bangun, sebentar lagi kita sampai," tegur Arthur, sambil menepuk pundak Caroline."Hoams.. masa sih udah nyampe, perasaan baru juga tadi naik mobil." Perlahan Caroline membuka matanya, sambil menggeliat."Lihat saja di depanmu,""Eh.. ko bisa, kita kok udah nyampe di depan gerbang, kenapa nggak bangunin dari tadi, mana berantakan banget ini rambut, muka juga kucel gara-gara tadi ketiduran," gerutu Caroline.Mobil masuk ke pelataran parkiran kampus, saat semua mata tertuju pada mobil Arthur yang baru datang.
"Kemana sih si cowok es batu, lama amat, pegel nih lama-lama berdiri."Karena terlalu lama menunggu Arthur, Caroline merasa kakinya sangat pegal, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di teras, dekat parkiran sambil menunggu Arthur, tiba-tiba muncul Bastian dengan mobil sportnya."Ayo naik, biar aku antar kamu pulang," ajak Bastian."Nggak ah, makasih," tolak Caroline."Lagi nungguin siapa emang di situ? Udah ayo naik aja, yang lain juga udah mulai pada pulang, nggak takut memang di situ sendirian?""Gpp, duluan aja Bas, aku lagi nungguin teman," sanggah Caroline.Bastian melajukan mobilnya, tak lama
Ternyata diam-diam Bastian mengikuti Caroline, dia terus memantau kemana mobil itu membawa Caroline."Itu dia, Caroline pergi sama siapa? Kok mukanya kaya baru ngeliat?" Bastian bertanya-tanya dalam hati.Mobil yang ditumpangi Caroline berhenti di sebuah cafe, yang diketahui bastian adalah tempat Caroline bekerja, Bastian memarkirkan mobilnya cukup jauh dari lokasi cafe, agar tak ada yang mencurigainya.Caroline turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam cafe."Kok dia cuma sendirian, mana cowok yang berani ngasih tumpangan buat Caroline, makin penasaran aja, siapa sih orangnya?"Cukup lama bastian menunggu, akhirnya munculah Caroline dari dalam cafe, nam
"Terimakasih atas semua pertolonganmu Arthur," ucap Caroline."Jangan sungkan.""Aku harap kamu akan selalu setia mendampingi dan menjagaku, aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku, aku merasa sudah menemukan orang yang tepat untuk melabuhkan cinta dan hidupku.""Jangan bicara soal cinta denganku, aku tak mengerti.""Hahaha" tawa Caroline."Kamu sangat lucu Arthur, bagaimana mungkin, apa kamu tak pernah merasakan jatuh cinta," sambung Caroline."Tidak, selama aku hidup di dunia, aku tidak pernah diajari tentang cinta, orang tua angkatku melarang aku untuk jatuh cinta, karena cinta hanya akan mer