"Kemana sih si cowok es batu, lama amat, pegel nih lama-lama berdiri."
Karena terlalu lama menunggu Arthur, Caroline merasa kakinya sangat pegal, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di teras, dekat parkiran sambil menunggu Arthur, tiba-tiba muncul Bastian dengan mobil sportnya.
"Ayo naik, biar aku antar kamu pulang," ajak Bastian.
"Nggak ah, makasih," tolak Caroline.
"Lagi nungguin siapa emang di situ? Udah ayo naik aja, yang lain juga udah mulai pada pulang, nggak takut memang di situ sendirian?"
"Gpp, duluan aja Bas, aku lagi nungguin teman," sanggah Caroline.
Bastian melajukan mobilnya, tak lama
Ternyata diam-diam Bastian mengikuti Caroline, dia terus memantau kemana mobil itu membawa Caroline."Itu dia, Caroline pergi sama siapa? Kok mukanya kaya baru ngeliat?" Bastian bertanya-tanya dalam hati.Mobil yang ditumpangi Caroline berhenti di sebuah cafe, yang diketahui bastian adalah tempat Caroline bekerja, Bastian memarkirkan mobilnya cukup jauh dari lokasi cafe, agar tak ada yang mencurigainya.Caroline turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam cafe."Kok dia cuma sendirian, mana cowok yang berani ngasih tumpangan buat Caroline, makin penasaran aja, siapa sih orangnya?"Cukup lama bastian menunggu, akhirnya munculah Caroline dari dalam cafe, nam
"Terimakasih atas semua pertolonganmu Arthur," ucap Caroline."Jangan sungkan.""Aku harap kamu akan selalu setia mendampingi dan menjagaku, aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku, aku merasa sudah menemukan orang yang tepat untuk melabuhkan cinta dan hidupku.""Jangan bicara soal cinta denganku, aku tak mengerti.""Hahaha" tawa Caroline."Kamu sangat lucu Arthur, bagaimana mungkin, apa kamu tak pernah merasakan jatuh cinta," sambung Caroline."Tidak, selama aku hidup di dunia, aku tidak pernah diajari tentang cinta, orang tua angkatku melarang aku untuk jatuh cinta, karena cinta hanya akan mer
"Akhirnya kau datang juga, sudah lama aku menunggu kedatanganmu.""Sepertinya aku memang butuh bantuanmu," ujar Bastian."Hahaha," tawa si pria misterius."Apa yang harus aku lakukan?" tanya Bastian."Aku kau siap dengan persyaratannya?""Sebutkan apa persyaratannya.""Apa kau yakin, jika sudah menyetujui semua persyaratannya, kau tak boleh mundur, jika kamu berani melanggar, nyawamu yang akan jadi taruhannya," ujar si pria, Bastian menelan saliva mendengar persyaratan yang diberikan si pria."Jika kamu tak sanggup, kamu boleh pulang sekar
"Selamat pagi," sapa Arthur."Mmm," sahut Caroline yang masih mengantuk, tanpa sadar Caroline menarik tangan Arthur hingga Arthur terjatuh tepat di samping badan Caroline, wajah mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.Arthur memandang lekat wajah Caroline, terdapat kedamaian di sana, membuat Arthur semakin nyaman melihatnya, rasa aneh itu muncul lagi, Arthur tak kuasa menahan gejolak di dalam dadanya, dia mencoba melepaskan genggaman Caroline, dan memilih menunggu Caroline sampai terbangun.'Apa ini, kenapa seperti ada getaran jika aku dekat dengannya," gumam Arthur."Hoam." Caroline menggeliat, sambil mengucek sebelah matanya Caroline, mulai terbangun dari tidurnya.
Perkenalkan namaku Caroline Aliezta Daniele, aku terlahir dari keluarga yang sederhana, meskipun begitu aku sangat bahagia, karena memiliki orang tua yang sangat sayang dan perhatian, aku anak semata wayang, saat umurku menginjak 20 tahun, Ibuku pergi meninggalkanku untuk selamanya, sejak saat itu Ayah sering keluar malam dan jarang pulang, aku harus bekerja keras, banting tulang demi memenuhi semua kebutuhanku, semenjak kepergian Ibu, aku seperti kehilangan pelita dalam hidupku,Ayah jadi jarang memperhatikanku, apalagi setelah Ayah menikah lagi, aku seperti kehilangan sosok seorang Ayah, yang selama ini sangat kuhormati dan kusayang.Setelah bertemu Arthur hidupku berubah menjadi lebih berwarna, aku seperti menemukan jiwaku yang sempat hilang, meskipun sikap Arthur sangat cuek dan dingin, namun tidak bagiku, dimataku dia memiliki n
Bastian berjalan dengan tergesa-gesa, menuju sebuah gubuk di pinggiran hutan, dia takut jika ada binatang buas yang mencium bau darah, dari barang yang dibawanya, lokasi gubuk yang lumayan jauh dari tempat tinggal penduduk membuat Bastian harus berjalan kaki, karena tidak ada akses jalan yang bisa dia lalui, hanya ada jalan setapak yang menuntunnya menuju gubuk pria berjubah hitam.'tok.. tok.. tok'Bastian mengetuk pintu, berharap si empunya rumah ada di dalam, beberapa kali Bastian mengetuk tetap tidak ada jawaban."Permisi," teriak Bastian, dengan suara yang cukup kencang, Bastian berjalan ke belakang gubuk berharap orang yang dicarinya sedang berada di belakang, namun nihil tak ada siapapun di sana.
Caroline sedang duduk menikmati sejuknya udara pagi, kakinya ia rendamkan ke dalam air danau, sambil menyandarkan kepalanya ke pundak Arthur."Apa kau tau tentang masa depan Arthur?""Ya, aku bisa melihat masa depan.""Tolong lihat masa depanku, apa aku akan menikah, atau aku akan tetap sendiri seperti ini.""Sebentar lagi kau akan menikah.""Dengan siapa?""Denganku.""Dasar ya manusia es batu, orang nanya serius kok malah di ajak bercanda,"Arthur terkekeh melihat tingkah lucu C
Saat Arthur keluar dari dalam kamar Caroline, dia melihat sekelebat bayangan hitam melintas dengan cepat, Arthur mencoba mengejarnya, namun terhenti karena dia menabrak vas bunga, saat Arthur mencoba mengejarnya lagi, dia malah kehilangan jejak, bayangan itu sudah hilang entah kemana."Kira-kira siapa tadi, apa ini ada hubungannya dengan kejadian Caroline waktu di danau?" Arthur bertanya-tanya dalam hati.Arthur membuka pintu ruang bawah tanah, derap kaki Arthur memecah keheningan, ruang bawah tanah yang tampak mencekam, terdapat beberapa iblis dengan berbagai bentuk, Arthur juga mempunyai satu orang tawanan disana, dia sedang mencoba mengorek informasi dari orang tersebut, karena masih ada kaitannya dengan pembunuhan orang tuanya dulu."Bagaimana Hercules, apa dia sudah mau membuka mulut?" tanya Arthur."Tidak, dia masih bungkam," jawab Hercules, dia salah satu pengawal Arthur.