"Akhirnya kau datang juga, sudah lama aku menunggu kedatanganmu."
"Sepertinya aku memang butuh bantuanmu," ujar Bastian.
"Hahaha," tawa si pria misterius.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Bastian.
"Aku kau siap dengan persyaratannya?"
"Sebutkan apa persyaratannya."
"Apa kau yakin, jika sudah menyetujui semua persyaratannya, kau tak boleh mundur, jika kamu berani melanggar, nyawamu yang akan jadi taruhannya," ujar si pria, Bastian menelan saliva mendengar persyaratan yang diberikan si pria.
"Jika kamu tak sanggup, kamu boleh pulang sekar
"Selamat pagi," sapa Arthur."Mmm," sahut Caroline yang masih mengantuk, tanpa sadar Caroline menarik tangan Arthur hingga Arthur terjatuh tepat di samping badan Caroline, wajah mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.Arthur memandang lekat wajah Caroline, terdapat kedamaian di sana, membuat Arthur semakin nyaman melihatnya, rasa aneh itu muncul lagi, Arthur tak kuasa menahan gejolak di dalam dadanya, dia mencoba melepaskan genggaman Caroline, dan memilih menunggu Caroline sampai terbangun.'Apa ini, kenapa seperti ada getaran jika aku dekat dengannya," gumam Arthur."Hoam." Caroline menggeliat, sambil mengucek sebelah matanya Caroline, mulai terbangun dari tidurnya.
Perkenalkan namaku Caroline Aliezta Daniele, aku terlahir dari keluarga yang sederhana, meskipun begitu aku sangat bahagia, karena memiliki orang tua yang sangat sayang dan perhatian, aku anak semata wayang, saat umurku menginjak 20 tahun, Ibuku pergi meninggalkanku untuk selamanya, sejak saat itu Ayah sering keluar malam dan jarang pulang, aku harus bekerja keras, banting tulang demi memenuhi semua kebutuhanku, semenjak kepergian Ibu, aku seperti kehilangan pelita dalam hidupku,Ayah jadi jarang memperhatikanku, apalagi setelah Ayah menikah lagi, aku seperti kehilangan sosok seorang Ayah, yang selama ini sangat kuhormati dan kusayang.Setelah bertemu Arthur hidupku berubah menjadi lebih berwarna, aku seperti menemukan jiwaku yang sempat hilang, meskipun sikap Arthur sangat cuek dan dingin, namun tidak bagiku, dimataku dia memiliki n
Bastian berjalan dengan tergesa-gesa, menuju sebuah gubuk di pinggiran hutan, dia takut jika ada binatang buas yang mencium bau darah, dari barang yang dibawanya, lokasi gubuk yang lumayan jauh dari tempat tinggal penduduk membuat Bastian harus berjalan kaki, karena tidak ada akses jalan yang bisa dia lalui, hanya ada jalan setapak yang menuntunnya menuju gubuk pria berjubah hitam.'tok.. tok.. tok'Bastian mengetuk pintu, berharap si empunya rumah ada di dalam, beberapa kali Bastian mengetuk tetap tidak ada jawaban."Permisi," teriak Bastian, dengan suara yang cukup kencang, Bastian berjalan ke belakang gubuk berharap orang yang dicarinya sedang berada di belakang, namun nihil tak ada siapapun di sana.
Caroline sedang duduk menikmati sejuknya udara pagi, kakinya ia rendamkan ke dalam air danau, sambil menyandarkan kepalanya ke pundak Arthur."Apa kau tau tentang masa depan Arthur?""Ya, aku bisa melihat masa depan.""Tolong lihat masa depanku, apa aku akan menikah, atau aku akan tetap sendiri seperti ini.""Sebentar lagi kau akan menikah.""Dengan siapa?""Denganku.""Dasar ya manusia es batu, orang nanya serius kok malah di ajak bercanda,"Arthur terkekeh melihat tingkah lucu C
Saat Arthur keluar dari dalam kamar Caroline, dia melihat sekelebat bayangan hitam melintas dengan cepat, Arthur mencoba mengejarnya, namun terhenti karena dia menabrak vas bunga, saat Arthur mencoba mengejarnya lagi, dia malah kehilangan jejak, bayangan itu sudah hilang entah kemana."Kira-kira siapa tadi, apa ini ada hubungannya dengan kejadian Caroline waktu di danau?" Arthur bertanya-tanya dalam hati.Arthur membuka pintu ruang bawah tanah, derap kaki Arthur memecah keheningan, ruang bawah tanah yang tampak mencekam, terdapat beberapa iblis dengan berbagai bentuk, Arthur juga mempunyai satu orang tawanan disana, dia sedang mencoba mengorek informasi dari orang tersebut, karena masih ada kaitannya dengan pembunuhan orang tuanya dulu."Bagaimana Hercules, apa dia sudah mau membuka mulut?" tanya Arthur."Tidak, dia masih bungkam," jawab Hercules, dia salah satu pengawal Arthur.
"Semuanya berawal saat aku berumur 15 tahun, orang tuaku difitnah oleh seseorang, penduduk murka dan tak mau mendengarkan penjelasan orang tuaku, dengan keji mereka membantai orang tuaku, Ayah dan Ibu meninggal dengan cara yang mengenaskan, orang tuaku di arak mengitari kampung, lalu dibakar hidup-hidup hingga meregang nyawa," tutur Arthur."Saat orang tuamu dibakar, kamu sedang berada dimana?""Aku ada di belakang mereka, namun penduduk tidak terlalu memperhatikan keberadaanku, aku putus asa melihat orang tuaku disiksa, aku melompat ke dalam kobaran api, ternyata Ayahku masih sadar, dia berhasil melepaskan ikatannya, lalu mendorongku ke dasar jurang.""Apa kamu tidak mati, setelah di lempar ke jurang?""Tidak, kare
"Tuan Lucifer, apakah itu kau?" tanya Edward, sambil memiringkan sedikit kepalanya, untuk memastikan siapa orang yang ada di hadapannya."Ternyata kau masih ingat padaku Edward.""Bagaimana Tuan bisa mengetahui keberadaan saya.""Apa kau lupa aku adalah raja dari semua bangsa iblis, aku bisa mengetahui apapun yang ingin aku ketahui.""Apa yang tuan inginkan dari saya?""Sebenarnya aku ingin mengajakmu bekerjasama.""Apa tuan tidak bercanda?""Bukankah kau sedang mencari cara untuk menghidupkan anak itu?" tanya Lucifer, lseperti sudah
Edward berhasil membawa Tom ke ujung desa, Tom mulai sadar kalau ada yang tidak beres dengan lelaki tua di hadapannya, saat Tom hendak berbalik dengan cekatan tangan Edward meraihnya, dan berhasil menghipnotis Tom agar mengikutinya, Tom di bawah kendali Edward, dia terus mengikuti langkah Edward hingga ke gua.Saat sampai di ujung gua, Edward langsung mengikat tangan dan kaki Tom agar tidak kabur, sedangkan Edward kembali ke pondok untuk membawa jasad Arthur.Lucifer tersenyum lebar, melihat Edward telah datang membawa apa yang dia minta."Baringkan dua anak ini di atas altar," perintah Lucifer."Baik tuan.""Saya ingin anak ini memiliki semua kekuatan yang
Mata Arthur terus melihat setiap sisi ruangan, dia merasa seperti ada sesuatu yang sedang memperhatikan mereka, perasaannya menjadi tidak enak, dia tidak sadar kalau ada sepasang mata yang sedang memperhatikan gerak gerik mereka."Ada sesuatu yang janggal di tempat ini."Arthur mengedarkan pandangannya, sorot mata Arthur bak elang yang sedang mencari mangsa, Arron menyenggol bahu Ayahnya."Dad," bisik Arron kepada Arthur."Kenapa?""Aku merasakan ada suatu energi yang cukup besar di rumah ini," ujar Arron, mencoba mengeluarkan apa yang dia rasakan dari tadi."kamu juga bisa merasakan kekuatan itu?"
"Iya aku Caroline, siapa kamu? Apakah kamu mengenalku?" tanya Caroline, dia merasa heran karena wanita tua itu bisa mengetahui namanya."Aku kangen banget sama kamu, selama ini kamu kemana aja?""Maaf sepertinya anda salah orang." Caroline melepas dengan lembut pelukan wanita tua itu."Tidak, aku tidak mungkin salah orang, aku sangat yakin kamu adalah Caroline, sahabatku yang pernah menghilang dulu," tuturnya."Siapa nama anda? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?""Ini aku Berta, dulu kita pernah bekerja bersama di sebuah cafe," jelas wanita tua di hadapan Caroline, yang mengaku sebagai Berta sahabat lamanya."Berta Patty, itukah kau!" Teriak Caroline tidak percaya, antara senang dan sedih bercampur menjadi bahagia, mereka saling berpelukan."Kenapa keadaan kamu sekarang seperti ini, kenapa kamu terlihat seperti seorang manula?" tanya
"Katakan pada Momy, dimana Leo, serigala itu sudah Momy anggap seperti keluarga kita, dia sangat berjasa bagi Momy, di saat Momy terjebak di dunia antah berantahf ini, dialah yang selalu setia menemani Momy." Caroline terus bertanya tentang Leo kepada Arron.Arron menceritakan semuanya kepada Caroline."Aku masih tidak menyangka kalau Leo, ternyata adalah seorang ksatria," ucap Caroline."Sudah, tidak baik membicarakan orang lain, sayang duduklah, ada satu hal yang ingin aku bicarakan.""Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab dulu pertanyaanku dimana Leo?" tanya Caroline, dengan muka yang masam."Apa kalian ingin kembali ke dunia manusia?" tanya Arthur
Caroline menatap lekat suami dan putranya, mereka bagai pinang dibelah dua, sangat mirip, layaknya seorang adik kakak."Bagaimana perjalanan kalian?" tanya Caroline membuka obrolan."Banyak hal baru yang aku temukan, aku mendapat banyak pelajaran," jawab Arron, sambil meneguk segelas air jeruk hangat."Pelajaran apa yang kamu dapatkan Putraku?""Kepercayaan, persahabatan, dan sakitnya perpisahan.""Tapi kamu sangat berani, Dady sangat bangga memiliki putra sepertimu, 17 tahun Dady menunggumu, hingga tibalah waktunya kini, kita dipertemukan kembali di tempat yang indah ini, itu semua berkat keberanianmu, Arron." Arthur memuji keberanian Arron, sambil mengelu
"Secepat itu kau melupakan aku Arron.""Tunggu dari nada bicaramu ,aku rasanya sangat familiar dan sering mendengarnya."Arron terus mencoba mengingat siapa pemilik suara tersebut, sedangkan pemuda tampan di hadapannya, tetap tenang dengan senyuman yang selalu menghiasi bibirnya."Hey bocah, apa kamu masih tidak bisa mengenaliku?" tanya pemuda itu dengan senyuman yang sedikit mengejek."Leo, iya aku yakin kamu Leo, sahabatku," seru Arron, sambil memeluk Cerberus yang kini telah berganti wujud menjadi manusia, dahulu dia adalah seorang ksatria, yang dikutuk oleh Lucifer menjadi seekor serigala, beruntung dia bertemu dengan Arthur, sehingga dia dikaruniai beberapa kekuatan oleh Arthur.
Saat hendak mundur Arron menabrak sesuatu di belakangnya, saat dia menengok kebelakang, ternyata anak buah Lucifer telah mengepung mereka.Dengan senyuman licik para iblis itu mengolok-olok Arron "Mau lari kemana kau kelinci kecil.""Cerberus itukah kau? Lama tidak jumpa, ternyata kau masih sama seperti yang dulu, masih terlihat bodoh dan culun," ledeknya kepada Cerberus.Cerberus mendengus kesal, dia merasa risih jika mendengar ada orang yang berani mengejek namanya."Lihatlah, sepertinya dia marah." Gelak tawa mereka saling bersahutan."Jangan suka merendahkan orang lain, tidak baik," cetus Arron, dia mengeluarkan pedang cahaya miliknya.Para iblis langsung mundur beberapa langkah, ketika melihat Aaron mengeluarkan pedang cahaya, mereka seperti ketakutan, dan itu berhasil memunculkan ide di kepala Arron.Dengan bantuan dari pedang cahay
Setelah lama mencari, akhirnya Arron berhasil menemukan Siren, dan berhasil membebaskannya dari cengkeraman anak buah Gladiator."Apa kamu terluka?" tanya Arron kepada Siren."Tidak, beruntung tadi kamu segera datang menolongku, di mana Alex?" tanya Siren, matanya terus mencari keberadaan Cerberus."Dia sedang bertarung dengan Gladiator," jelas Arron."Ayo cepat, kita harus segera menolong Alex, Gladiator bukanlah tandingannya," ungkap Siren, dia terlihat sangat panik setelah mendengar Cerberus sedang bertarung dengan Gladiator.Setelah mereka sampai di permukaan, mereka melihat Cerberus sedang mengerang kesakitan."Alex!" teriak Siren histeris, karena melihat keadaan Cerberus yang sangat memprihatinkan."Hahahha." Tawa Gladiator menggema di sekitar danau, membuat burung-burung yang sedang bertengger berterbangan karena takut.&nbs
"Leo, awas!" Teriak Arron, memperingatkan Cerberus.Beruntung Cerberus tidak lengah, dengan sigap dia bisa mengelak dari serangan aligator."Arron, lebih baik kita segera naik ke permukaan, terlalu berbahaya jika kita terus di dalam air." Leo memberi saran kepada Arron, agar segera naik ke atas.Saat sedang berenang menuju ke atas permukaan, tak sengaja Cerberus seperti melihat sekelebat wajah Siren, dia di ikat dan ditawan oleh dua ekor buaya yang menuntunnya, saat hendak berbalik menghampiri siluet yang mirip dengan Siren, Cerberus hampir saja kena gigitan dari aligator yang hendak menyerangnya. Beruntung ada Arron yang dengan sigap menolongnya."Leo, jangan lengah, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Arron, sam
"Hati-hati Siren, siapa tahu di dalam air ada aligator yang sedang bersiap ingin menerkammu," goda Cerberus, kepada Siren yang sedang asik berenang di dalam air."Alex ayo turun, airnya sangat sejuk, rasanya aku enggan untuk beranjak dari dalam air," ajak Siren, kepada Cerberus yang sedang duduk di bawah pohon, sambil menggaruk badannya."Tidak, aku sedang tidak berminat untuk mandi," tolak Cerberus sambil menggelengkan kepalanya."Dasar jorok, bilang saja kalau kamu malas," cibir Siren, dengan riang dia berenang kesana kemari sambil menyemprotkan air ke arah Cerberus."Jahil sekali kamu Siren, awas saja kamu!""Dasar anjing jadi-jadian pemarah," ledek Sire