Dua orang pria berjubah hitam sedang berdiri memperhatikan kerumunan penduduk dari balik pohon, mereka menyeringai jahat melihat reaksi para penduduk yang mudah terhasut dengan ucapan Jhon, ternyata dengan mudahnya mereka bisa mengecoh penduduk.
"Cepat katakan Jhon siapa orangnya, kami sudah tak sabar ingin memberi pelajaran kepada manusia-manusia laknat, yang telah merenggut nyawa anak kami."
"Kalian tenanglah dulu."
"Tidak, kami sudah tak sabar ingin menghajar orangnya!"
"Cepat katakan siapa orangnya Jhon, tolong jangan membuat kami semakin penasaran."
Para penduduk terus berteriak meminta penjelasan dari si pria yang sedang dikendalikan pikirannya.
"Orangnya ada di sekitar kita, bahkan dia sangat dekat dan akrab dengan kalian," ucap Jhon.
Penduduk seketika terdiam, mereka saling memandang satu sama lain, mereka bingung siapa orang yang dimaksud oleh Jhon.
"Siapa?"
"Fernandes dan Maria," celetuk Jhon.
Warga tercengang mendengarnya, bagaimana bisa nama Fernandes dan Maria yang keluar dari mulut Jhon, sedangkan di mata penduduk, Fernandes adalah orang yang sopan dan santun, tak mungkin jika Fernandes adalah orang yang dengan kejam membunuh anak mereka, Maria juga sosok wanita yang lemah lembut, dia sangat sayang kepada semua anak yang ada di desa, warga sangat kenal betul dengan keluarga Fernandes, alhasil mereka tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jhon.
"Bagaimana mungkin Tuan Fernandes dan Nyonya Maria adalah pelakunya, kami kenal baik dengan mereka, setau kami keluarga mereka orang yang sangat baik, mereka juga sering menolong kami, tak pernah sekalipun kami mendengar atau melihat mereka berlaku kasar," ucap salah seorang penduduk yang hadir.
"Itu hanya sandiwara, semua sikap manis mereka hanya topeng belaka, untuk menutupi perbuatan buruknya." jawab Jhon.
"Apa kau punya buktinya Jhon?"
"Aku melihat sendiri, Fernandes melemparkan mayat gadis itu ke sungai."
"Apa kau yakin, apa kau tak salah lihat?"
"Tentu saja aku yakin, karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri," ucap Jhon.
"Apa kalian tidak sadar, saat kita menemukan mayat gadis di pinggir sungai, apakah kalian melihat salah satu keluarga Fernandes yang hadir di sana? Disaat penguburan pun mereka tak datang ,karena mereka sedang melakukan ritual pemanggilan iblis, yang mereka sembah," tutur Jhon.
Warga terdiam.
"Apa kalian meragukan perkataanku, aku tak mungkin berbohong, aku hanya ingin yang terbaik untuk kalian, aku tak ingin kalian mengalami apa yang aku alami, kehilangan anak adalah hal yang paling menyakitkan bagiku, apa kalian ingin selamanya dihantui ketakutan," ucap Jhon.
"Sekarang sudah jelas siapa pelakunya, apa kalian akan diam saja? Apa kalian ingin menunggu anak kalian habis dibunuh olehnya, baru kalian akan menuntut balas? Apa kalian tak ingin membalaskan dendam anak kalian, yang telah dibunuh oleh tangan-tangan hitam yang menyamar menjadi malaikat di tengah kalian ?"
"Tentu kami ingin segera bebas dari semua masalah ini, sudah lama kami hidup dalam ketakutan, setiap hari kami cemas jika meninggalkan anak kami ke ladang, kami ingin keadilan untuk arwah anak kami yang telah dibunuh oleh manusia-manusia laknat itu, kami juga ingin ketenangan bagi anak-anak kami yang masih hidup."
"Sekarang kalian sudah tau bukan siapa orangnya," sela Jhon.
"Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"
"Aku serahkan semuanya kepada kalian."
"Kita seret saja mereka, sekalian kita bakar, agar tak ada lagi korban yang berjatuhan!" Teriak salah satu penduduk.
"Setuju.. bakar.. bakar.."
Penduduk marah, mereka kembali ke rumah masing-masing mengambil parang, dan obor, setelah semuanya berkumpul, mereka langsung menuju ke rumah Fernandes.
Ditendangnya pintu rumah Fernandes, mereka diseret dengan paksa dari dalam rumah, penduduk sudah terhasut dengan ucapan Jhon, sehingga mereka tak mau mendengarkan penjelasan Fernandes dan Maria.
Fernandes dan Maria tak bisa berbuat apa-apa, karena kepala suku pun ikut membela penduduknya yang sedang diliputi amarah, sang kepala suku malah ikut mendukung penduduk dalam pembantaian keluarga Fernandes.
Mereka tak menghiraukan teriakan Arthur yang memohon, Arthur terus memohon dan mengemis agar orang tuanya dilepaskan, dengan kejam mereka malah menendang Arthur hingga tersungkur ke tanah.
Pasangan suami istri itu terus diseret keliling desa, banyak penduduk yang mencaci dan memaki mereka, hingga tiba di pinggiran desa, Maria dan Fernandes diikat di sebuah tiang, tubuh mereka sudah tergolek lemah tak berdaya, tak ada perlawanan sama sekali, bahkan saat kobaran api mulai melahap kayu dan badan mereka, Fernandes tetap diam, hingga datanglah seorang anak laki-laki yang langsung melompat ke dalam kobaran api.
*Flashback off
Setelah puas melihat isi kastil, Caroline mulai merasa lelah."Arthur apa ku boleh melihat kamar yang akan aku tempati?" tanya Caroline."Tentu saja, ayo, ikuti aku," ajak Arthur.Arthur mulai berjalan melewati lorong dan menaiki anak tangga, diikuti dengan Caroline yang mengekor di belakangnya, tibalah mereka di sebuah pintu kamar yang sudah usang, Arthur langsung membukakan pintu untuk Caroline."Silahkan ini kamarmu, aku harap kau jangan bertindak gegabah selama tinggal di sini, dan satu lagi jangan pernah berani keluar saat malam hari di kastil ini, karena akan sangat berbahaya untuk manusia sepertimu.""Banyak banget aturannya."
Caroline terkejut, melihat pria asing yang berdiri di hadapannya."Siapa kau? Bagaimana caramu masuk kemari? Apa kau pencuri ? Jangan berani macam-macam atau aku akan teriak agar orang-orang di sini akan menghajarmu!" ancam Caroline, dia memberondong beberapa pertanyaan kepada sosok lelaki yang berdiri di hadapannya."Hey, tenanglah nona, jangan panik, tak sedikitpun aku mempunyai niat jahat terhadapmu.""Siapa kau?" tanya Caroline."Kau tak perlu tahu namaku, yang pasti aku masih salah satu penghuni kastil ini.""Ada apa kau datang ke kamarku?""Aku hanya ingin memperingatkanmu, agar menjaga jarak
Caroline berdiri tepat di hadapan Arthur, lagi dan lagi muncul perasaan aneh di hati Arthur, dia nampak terpesona melihat kecantikan Caroline."Selamat malam Arthur," sapa Caroline."Iya," jawab Arthur singkat."Maaf, telah membuatmu menunggu," ujar Caroline."Duduklah." Arthur mempersilahkan Caroline untuk duduk."Wow.. banyak sekali hidangannya, siapa yang memasak makanan sebanyak ini?""Luna.""Siapa Luna, apa dia memasak semua ini sendiri?""Iya, dia yang memasak semua makanan
Pagi ini Arthur dan Caroline berangkat ke kampus bersama, lagi dan lagi selama di perjalanan Caroline sangat mengantuk, hingga dia tertidur di mobil."Bangun, sebentar lagi kita sampai," tegur Arthur, sambil menepuk pundak Caroline."Hoams.. masa sih udah nyampe, perasaan baru juga tadi naik mobil." Perlahan Caroline membuka matanya, sambil menggeliat."Lihat saja di depanmu,""Eh.. ko bisa, kita kok udah nyampe di depan gerbang, kenapa nggak bangunin dari tadi, mana berantakan banget ini rambut, muka juga kucel gara-gara tadi ketiduran," gerutu Caroline.Mobil masuk ke pelataran parkiran kampus, saat semua mata tertuju pada mobil Arthur yang baru datang.
"Kemana sih si cowok es batu, lama amat, pegel nih lama-lama berdiri."Karena terlalu lama menunggu Arthur, Caroline merasa kakinya sangat pegal, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di teras, dekat parkiran sambil menunggu Arthur, tiba-tiba muncul Bastian dengan mobil sportnya."Ayo naik, biar aku antar kamu pulang," ajak Bastian."Nggak ah, makasih," tolak Caroline."Lagi nungguin siapa emang di situ? Udah ayo naik aja, yang lain juga udah mulai pada pulang, nggak takut memang di situ sendirian?""Gpp, duluan aja Bas, aku lagi nungguin teman," sanggah Caroline.Bastian melajukan mobilnya, tak lama
Ternyata diam-diam Bastian mengikuti Caroline, dia terus memantau kemana mobil itu membawa Caroline."Itu dia, Caroline pergi sama siapa? Kok mukanya kaya baru ngeliat?" Bastian bertanya-tanya dalam hati.Mobil yang ditumpangi Caroline berhenti di sebuah cafe, yang diketahui bastian adalah tempat Caroline bekerja, Bastian memarkirkan mobilnya cukup jauh dari lokasi cafe, agar tak ada yang mencurigainya.Caroline turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam cafe."Kok dia cuma sendirian, mana cowok yang berani ngasih tumpangan buat Caroline, makin penasaran aja, siapa sih orangnya?"Cukup lama bastian menunggu, akhirnya munculah Caroline dari dalam cafe, nam
"Terimakasih atas semua pertolonganmu Arthur," ucap Caroline."Jangan sungkan.""Aku harap kamu akan selalu setia mendampingi dan menjagaku, aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku, aku merasa sudah menemukan orang yang tepat untuk melabuhkan cinta dan hidupku.""Jangan bicara soal cinta denganku, aku tak mengerti.""Hahaha" tawa Caroline."Kamu sangat lucu Arthur, bagaimana mungkin, apa kamu tak pernah merasakan jatuh cinta," sambung Caroline."Tidak, selama aku hidup di dunia, aku tidak pernah diajari tentang cinta, orang tua angkatku melarang aku untuk jatuh cinta, karena cinta hanya akan mer
"Akhirnya kau datang juga, sudah lama aku menunggu kedatanganmu.""Sepertinya aku memang butuh bantuanmu," ujar Bastian."Hahaha," tawa si pria misterius."Apa yang harus aku lakukan?" tanya Bastian."Aku kau siap dengan persyaratannya?""Sebutkan apa persyaratannya.""Apa kau yakin, jika sudah menyetujui semua persyaratannya, kau tak boleh mundur, jika kamu berani melanggar, nyawamu yang akan jadi taruhannya," ujar si pria, Bastian menelan saliva mendengar persyaratan yang diberikan si pria."Jika kamu tak sanggup, kamu boleh pulang sekar