"Sekarang kamu masuk dan beristirahatlah di kamarmu, percayakan semua masalah ini kepadaku."
Caroline merasakan kembali perutnya yang terasa mual, beberapa kali dia bolak-balik ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.
Caroline terbaring lemah di atas tempat tidurnya, Arthur mencoba memeriksa keadaan Caroline, saat sedang memegang badan Caroline, tiba-tiba perut sebelah kanannya seperti ada yang menendang.
"Aww." Caroline terkejut karena dia merasakan tendangan di bagian perutnya.
"Apa kamu lihat itu tadi Caroline, apa kau juga merasakannya?" tanya Arthur yang tidak kalah terkejutnya.
"Iya, aku merasa seperti ada yang menendang dari dalam perutku," ujar Caroline.
"Aku merasakan ada kehidupan lain di dalam tubuhmu, kekuatannya sangat besar, aku bisa merasakan itu," ungkap Arthur.
"Apa mungkin aku hamil?" tanya Caroline.
"Ares," cetus Arthur."Iya ini aku, apa kau sudah melupakan keberadaanku disini Arthur," sindir Ares."Bukan begitu Ares, hanya saja aku sangat terkejut, karena tidak biasanya kamu langsung menampakan wajahmu seperti ini, biasanya kau akan mengirim sinyal agar aku menemuimu di ruang bawah tanah.""Itu dulu, sebelum semuanya berubah," ucap Ares."Memangnya apa yang berubah?""Arthur yang kukenal bukanlah seperti ini, budak cinta," sindir Ares."Siapa yang kamu maksud budak cinta?" tanya Arthur dengan suara yang sedikit meninggi."Apa kau tidak terima jika aku berkata seperti itu.""Jangan memulai Ares, aku tidak ingin bertengkar denganmu.""Kau yang memulai semua pertengkaran ini, coba saja jika kamu fokus pada tujuanmu, dan tidak melibatkan wanita ini dalam kehidupanmu, mungkin semuanya akan baik-
"Di mana ini? Kenapa semuanya terlihat sangat asing, hamparan Padang gandum ini seperti tidak ada ujungnya, emh rasanya tenggorokanku kering sekali, aku akan mencari air untuk melepaskan semua dahagaku," gumam Caroline.Caroline berjalan menyusuri ladang gandum yang sangat luas, sejauh mata memandang semuanya tampak sama, dia berharap menemukan tempat, untuk sekedar beristirahat dan melepas lelah, tibalah dia di sebuah anak sungai yang airnya tampak sangat jernih."Akhirnya aku bisa menemukan sumber air juga, setidaknya bisa mengurangi sedikit rasa haus dan lapar yang sedang aku rasa."Saat Caroline sedang sibuk meminum air, yang dia ambil dengan telapak tangannya, terlihat beberapa ekor ikan yang melintas, Caroline turun ke dalam sungai, dan mencoba menangkap ikan tersebut, dengan mudahnya Caroline bisa menangkap beberapa ikan, dan mengumpulkannya di tepian sungai."Kurasa ini sudah cukup, aku akan
"Ini dia pondoknya, kamu bisa tinggal di sini, maaf aku hanya bisa mengantarmu sampai disini, aku harus melanjutkan perjalananku," ujar Jeremy."Pondok ini milik siapa?" Tanya Caroline, dia tidak mau sembarangan menempati tempat tinggal orang lain."Dulu Pondok ini diisi oleh sepasang suami istri, namun sekarang mereka, memutuskan pindah ke kota untuk memulai kehidupan baru," jelas Jeremy."Oh begitu.""Maaf aku tidak bisa berlama-lama disini, aku harus melanjutkan perjalananku.""Baiklah, ayo mari aku antar sampai ke depan.""Jaga dirimu baik-baik, hati-hati dengan hewan peliharaanmu itu, aku takut melihatnya," bisik Jeremy, Caroline hanya tertawa mendengar ucapan Jeremy."Selamat tinggal." Jeremy melambaikan tangan dari kejauhan."Terima kasih untuk tempat tinggalnya, hati-hati di jalan," teriak Caroline, sambil mel
Genap sudah sembilan bulan usia kehamilan Caroline, malam itu dia tidak bisa tidur, pinggangnya terasa sangat panas, perutnya mulas, Caroline bingung harus berbuat apa, karena tidak ada orang yang bisa dia minta pertolongan, dia hanya bisa berdoa kepada Tuhan berharap semuanya akan baik-baik saja.Caroline merasakan sentuhan tangan yang sangat hangat di belakang punggungnya, namun saat dia menengok ke belakang, tidak ada siapapun di belakangnya, Caroline sangat sedih dia berharap Arthur ada di sampingnya.Caroline merasakan kontraksi yang sangat hebat, perutnya merasakan mulas yang tidak tertahankan, sepertinya sudah saatnya Caroline melahirkan, beberapa kali Caroline mengejan, peluh menetes membasahi seluruh badannya.Di luar angin berhembus dengan kencang, hewan malam mengeluarkan suaranya, suasana sangat riuh, seakan-akan menyambut kedatangan seorang yang sangat dinantikan, hujan turun dengan lebat, petir menyambar me
Arron tumbuh menjadi anak yang pintar dan lucu, dia memiliki paras yang tampan seperti Ayahnya, kulitnya putih bersih, bola matanya berwarna biru seperti air laut, dengan rambut yang sedikit pirang, kehadiran Arron membuat hidup Caroline menjadi lebih berwarna, Arron mampu mengobati kerinduan Caroline terhadap Arthur.Dengan langkah tergopoh-gopoh, Caroline membawa kayu bakar di pundaknya, dan perlahan dia turunkan di pekarangan rumah, semenjak berteleportasi dan kembali ke masa lalu, kehidupan Caroline berubah drastis, dia harus bekerja keras untuk bertahan hidup, tidak ada yang instan di masa itu, sehingga mau tidak mau, Caroline mulai belajar berladang dan bercocok tanam.Setiap hari Caroline, akan pergi ke ladang untuk menanam gandum dan sayuran, terkadang dia juga akan pergi ke hutan, untuk mencari buah-buahan, dan bahan makanan
Malam ini hujan cukup deras, sepertinya akan terjadi badai, Caroline bergegas menutup semua jendela, tak lupa dia juga menyuruh Leo untuk tidur di dalam, karena udara diluar sangat dingin."Leo, ayo masuk ke dalam, cuaca sedang tidak bersahabat, sepertinya akan ada badai malam ini," ucap Caroline, sambil menyuruh Leo untuk masuk ke dalam rumah, Leo serigala yang sangat penurut, dan mengerti dengan bahasa manusia, langsung menuruti perintah dari tuannya, dia masuk ke dalam rumah dan berbaring di dekat perapian."Aku akan tidur bersama Arron di dalam kamar, kamu tidurlah di situ dan jangan berbuat gaduh jika di dalam rumah," jelas Caroline, pada hewan peliharaannya.Saat hendak masuk ke dalam kamar, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari luar.
Pagi menyapa, Luna terbangun karena mendengar suara kokok ayam jantan, dia bergegas turun dari ranjang menuju ke dapur untuk membersihkan diri, selesai mandi Caroline menyalakan tungku api, menyiapkan teh hangat, dan memasak rusa pemberian dari Evan.Aroma wangi masakan menguar sampai ke dalam rumah, Evan terbangun karena merasa lapar, ditambah dia mencium aroma masakan Caroline yang sangat menggoda hidung, Evan duduk sambil mengucek sebelah matanya, Evan bangkit dari kursi, dan menghampiri Caroline yang sedang memasak."Nyonya maaf saya sepertinya kesiangan, jadi tidak bisa ikut membantu Anda memasak," ucap Evan, merasa tidak enak kepada Caroline."Tidak apa-apa aku sudah biasa seperti ini setiap hari, kamu duduklah, tunggu sebentar akan aku siapkan teh hangat," ujar
"Tidak, aku anak tunggal," jawab Evan."Coba kamu ingat-ingat lagi," ujar Caroline."Aku sangat yakin, aku tidak mempunyai saudara, apalagi saudara kembar, karena aku anak tunggal, di dalam keluargaku," jelas Evan."Wajahmu mengingatkan ku pada suamiku, parasnya sangat mirip sekali denganmu, setiap kali aku melihat wajahmu, aku seperti melihat wajah suamiku dalam dirimu," tutur Caroline."Mungkin hanya kebetulan saja, apakah kamu pernah mendengar mitos, yang mengatakan bahwa manusia diciptakan dengan tujuh paras wajah yang sama, hanya saja mereka tinggal di belahan dunia yang berbeda," ucap Evan."Iya bisa saja, mungkin semua hanya kebetulan," imbuh Caroline, kemudian bangkit dari duduknya, dan berlalu masuk ke dalam rumah.Hari sudah mulai siang, Evan berpamitan kepada Caroline, dia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya."Caroline,