Ralin mengedarkan pandangannya begitu masuk ke sebuah cafe, tempat diadakannya perkumpulan bersama sahabat-sahabat terdekatnya semasa SMA. Dari jauh ia dapat melihat empat perempuan yang berkumpul di satu meja."Ralin, sebelah sini!" Salah satu perempuan yang duduk di sana melambaikan tangannya ke arah Ralin. Dengan cepat Ralin pun melesat menuju ke meja tempat teman-temannya berkumpul. "Sorry, agak terlambat. Di jalan cukup macet," kata Ralin memberi alasan karena kedatangannya yang terlambat. "Kita baru sampai juga, kok! Aku pikir kamu terlambat karena datang bersama dengan calon suami kamu," celetuk Hana, salah satu teman Ralin. "Huush ... gimana mau punya calon suami kalau pacar aja belum ada sampai sekarang," timpal
"Iya, aku Juan yang dulu terkenal gendut di sekolah. Jadi kalian sudah ingat?" ucap Juan tanpa rasa malu.Empat sahabat Ralin kembali tercengang dengan mulut menganga lebar, mereka tak percaya kalau sosok Juan yang terkenal gendut dan sering terkena perundungan oleh teman-temannya karena postur tubuhnya itu, kini menjelma menjadi laki-laki dewasa yang berbeda.Juan yang sekarang jauh lebih tampan, rapi, dengan kulit bersih dan postur tubuh atletis, serta aroma parfum khas maskulin dari tubuhnya yang bisa dipastikan kalau itu parfum mahal."Kenapa kalian kaget begitu?" tanya Ralin tiba-tiba.Teman-teman Ralin menggelengkan kepalanya dengan bersamaan, masih tak percaya dengan sosok laki-laki sempurna idaman setiap wanita ini adalah teman semasa SMA mereka dulu.Ralin menaikkan satu sudut bibirnya, puas memberikan kejutan spesial untuk para
Meskipun awalnya sedikit ragu untuk melanjutkan kegiatan mereka di apartemen Ralin, tapi dengan bujuk rayu yang Juan bisikkan, akhirnya Ralin pun luluh dan setuju untuk mengajak Juan ke sana.Begitu masuk ke dalam apartemen milik Ralin, Juan langsung menyambarnya untuk melanjutkan kegitannya tadi.Tubuh Ralin terhempas di sofa, Juan pun berada di atasnya. Dengan bibir yang masih berpagutan lembut, perlahan tangan Juan mulai mengekplorasi tubuh Ralin.Ralin menikmati tiap sentuhan yang Juan lakukan kepada dirinya. Perlahan Juan membuka kemeja kerja yang ia kenakan, lantas membuangnya sembarang di lantai. Wajah Ralin memerah saat melihat bentuk badan Juan yang tentu saja kini sangat berbeda pada saat Juan remaja.Juan remaja yang dulu gendut, kini menjelma menjadi Juan dewasa yang gagah dengan bentuk tubuh sempurna dan otot-otot yang menonjol di badannya. Perempuan mana yang mau menolak pesona laki-laki ini, bahkan teman-teman Ralin pun tak
Ralin baru saja selesai dari makan siangnya dan buru-buru menyelesaikan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda. Saat Ralin sedang fokus, gawainya berbunyi menandakan panggilan telepon masuk, ternyata telepon dari mamanya.Ralin menghela napasnya sejenak, bersiap-siap mendapati khotbah dari si mama."Ya, Ma? Ralin masih di kantor," ucap Ralin saat menjawab panggilan telepon."Udah tahu kalau kamu lagi di kantor, yang Mama nggak tahu itu sejak kapan kamu punya pacar?" tanya Arini pada putrinya secara langsung.Ralin menepuk dahinya, ia sendiri belum bilang ke orang tuanya kalau sudah memiliki kekasih, sementara semalam ia telah mengunggah foto ciuman pipi bersama Juan. Pasti mamanya telah melihat sendiri un
"Oh, mungkin Ralin belum cerita ke Om?" tanya Juan.Carlos memandang ke arah sekretarisnya, kemudian bergilir menatap ke arah keponakannya. "Jadi kalian sedang pacaran? Sejak kapan? Ralin belum ada memberi kabar, hanya memang belakangan ini Om sadar dia seperti bertingkah sedikit aneh. Ternyata sedang jatuh cinta, ya?"Wajah Ralin langsung merona merah akibat malu. Bagaimanapun ia memang sedang jatuh cinta kepada Juan, jadi wajar kalau belakangan ini Ralin jadi kurang fokus bekerja."Om yakin hubungan kalian pasti akan berlanjut ke tahap yang lebih serius, sebelum itu terjadi sepertinya Om harus memiliki cadangan sekretaris." Carlos tersenyum menatap Ralin, sekretaris kepercayaannya.Ralin mengernyit. "Maaf, Pak, memangnya kenapa? Apa pekerjaan saya kurang maksimal?"Carlos menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi saya yakin kalau Juan tidak akan membiarkan kamu untuk tetap bekerja di sini, tentu nanti kamu akan menjadi Nyonya Ralin
Juan telah menunggu Ralin di depan kantor Carlos Company. Sebuah mobil sport mahal yang dikendarai oleh Juan cukup mengundang perhatian beberapa pegawai di perusahaan tempat Ralin bekerja itu, mereka terkesima dan memberikan atensi khusus kepada sosok laki-laki tampan dan rupawan yang sedang berdiri sambil menyenderkan bagian belakang tubuhnya di mobil tersebut.Ralin pun langsung menghampiri kekasihnya, yang langsung disambut oleh Juan dengan dekapan hangat."Kamu sudah lama nunggunya?" tanya Ralin.Juan menggelengkan kepalanya. "Enggak, paling baru sepuluh menit, kok!""Kenapa nggak telpon aku kalau kamu sudah sampai? Kalau bukan anak-anak lain yang beri tahu aku kalau ada bos Poernoma Group di depan kantor, mungkin aku nggak bakalan tahu." Ralin mengurai dekapan dari Juan, rasanya canggung juga dilihat oleh banyak mata yang lewat. Akan tetapi di sisi lain Ralin sangat bangga bisa
Juan disambut dengan hangat dan ramah oleh kedua orang tua Ralin. Siapa juga yang mau menolak calon menantu seperti Juan, tampan, rupawan, menawan dan yang paling penting dompet tebal."Jadi, apa ada rencana untuk ke depannya tentang hubungan Nak Juan bersama Ralin?" tanya Hendra, papa Ralin, kepada Juan.Juan mengangguk. "Tentu, Om! Saya punya rencana masa depan bersama Ralin, biarpun kami baru berpacaran tapi saya dan Ralin sudah yakin untuk menjalin hubungan ke tahap yang lebih serius.""Bahkan Juan siap untuk secepatnya menikahi Ralin, Pa!" ucap Ralin dengan antusias. Ia menoleh ke arah Juan untuk memastikan kembali. "Iya kan, Sayang?"Juan mengangguk. "Betul, Om!"Kedua orang tua Ralin tersenyum senang mendengar kabar gembira ini. Tentunya sudah tidak ada alasan untuk menolak Juan, bisa dipastikan Ralin nanti akan hidup makmur sejahtera bersama dengan laki-laki ini."Nanti saya akan memberi kabar ini juga kepada
Ralin digendong ala bridal style oleh Juan menuju ke kamar pengantin di hotel tempat mereka melakukan acara resepsi. Kedua tangan Ralin dikalungkan di leher Juan, biarpun rasanya deg-degan tak karuan, tetapi Ralin berusaha menutupinya agar terlihat tetap tenang di depan suaminya itu.Begitu sampai di kamar, tubuh Ralin di turunkan tepat di tepi ranjang oleh Juan. Pakaian pengantin masih melekat di tubuh masing-masing, pelan-pelan Juan pun meraba lembut pinggang Ralin sambil berbisik, "Aku bantu buka gaun pengantin kamu, ya?"Seketika jantung Ralin jadi terpompa makin cepat, pikirannya sudah menerawang jauh dan memikirkan apa yang akan terjadi kalau Juan sudah membantunya untuk membuka gaun pengantin itu? Tentunya dinas mulia suami istri akan dimulai setelahnya.Perlahan Ralin menganggukkan kepalanya, memberi izin kepada Juan untuk membantunya membuka gaun pengantin yang masih menempel di tubuhnya itu. Gerakan Juan sangat lembut, bahkan membuat aliran darah