Home / Romansa / Pamer Suami / 3. Segera Melamarku

Share

3. Segera Melamarku

Author: Ika Armeini
last update Last Updated: 2022-03-01 22:49:13

Meskipun awalnya sedikit ragu untuk melanjutkan kegiatan mereka di apartemen Ralin, tapi dengan bujuk rayu yang Juan bisikkan, akhirnya Ralin pun luluh dan setuju untuk mengajak Juan ke sana.

Begitu masuk ke dalam apartemen milik Ralin, Juan langsung menyambarnya untuk melanjutkan kegitannya tadi.

Tubuh Ralin terhempas di sofa, Juan pun berada di atasnya. Dengan bibir yang masih berpagutan lembut, perlahan tangan Juan mulai mengekplorasi tubuh Ralin.

Ralin menikmati tiap sentuhan yang Juan lakukan kepada dirinya. Perlahan Juan membuka kemeja kerja yang ia kenakan, lantas membuangnya sembarang di lantai. Wajah Ralin memerah saat melihat bentuk badan Juan yang tentu saja kini sangat berbeda pada saat Juan remaja.

Juan remaja yang dulu gendut, kini menjelma menjadi Juan dewasa yang gagah dengan bentuk tubuh sempurna dan otot-otot yang menonjol di badannya. Perempuan mana yang mau menolak pesona laki-laki ini, bahkan teman-teman Ralin pun tak percaya kalau Juan akan menjelma menjadi laki-laki dewasa super charming.

Ralin meraba lembut dada kekar Juan dengan jari-jarinya, meneliti setiap inci permukaan kulit dari dada turun ke perut, sampai jari-jari Ralin akhirnya berhenti di sana.

"Kenapa berhenti? Lanjut turun lagi!" perintah Juan.

Ralin menaikkan satu sudut bibirnya. "Kamu mau tanganku turun lagi?" tanya Ralin dengan gaya menantangnya.

"Of course!" bisik Juan.

Ralin menggelengkan kepalanya. "No ... no ...."

"Kenapa no, no? Aku lebih suka kalau yes ... yes!"

"I will say 'yes', kalau kamu segera melamarku. Apalagi kalau kita segera menikah dan sudah sah, tentu hal yang begini jauh lebih bebas, kan?" kata Ralin dengan tegas. Ia lantas mendorong tubuh Juan dari atas tubuhnya.

Juan mendecakkan lidahnya. "Honey, aku maunya sekarang! Paling nggak, kita tester dulu, ya? Please ...." Juan merengek layaknya anak balita, sudah kepalang tanggung kalau tidak dilanjutkan.

"Kalau aku bilang enggak, itu artinya tetap enggak! Aku cuma mau menunggu lamaran kamu sesegera mungkin," tegas Ralin lagi.

"Oke, jadi kamu maunya kapan?" tanya Juan langsung.

"Secepatnya!"

"Besok?"

"Mungkin lebih baik," jawab Ralin.

"Tapi kamu sudah yakin, kan?" Lagi Juan memastikan kembali.

"Aku sudah tentu yakin, apa jangan-jangan malah kamu yang tidak yakin?" cecar Ralin balik pada Juan.

Juan menggelengkan kepalanya sambil melangkah mendekati Ralin yang kini berdiri di dekat jendela apartemennya. Pandangan Ralin menatap jauh ke jalanan di luar apartemennya.

Dua tangan Juan terselip di pinggang Ralin, ia berdiri tepat di belakang kekasihnya itu. Perlahan ia pun mendekatkan bibirnya di telinga Ralin. "Selama tiga tahun satu sekolah denganmu sewaktu SMA, tidak ada waktu yang lebih menyenangkan selain saat jam istirahat sekolah. Kamu tahu kenapa?" bisik Juan.

"Kenapa?"

"Karena setiap istirahat sekolah, kamu dan teman-temanmu selalu memintaku untuk membelikan kalian makanan di kantin. Kamu sadar nggak, setiap makanan yang aku berikan ke kamu itu selalu dalam porsi yang lebih banyak daripada teman-temanmu? Dan setiap aku memberikan makanan itu ke kamu, kamu selalu tersenyum sambil mencubit pipiku! Itu momen yang paling aku suka dari kamu, dan itu juga yang buat aku diam-diam suka sama kamu selama hampir 3 tahun itu. Biarpun akhirnya kamu dengan gamblang menolakku sewaktu perayaan kelulusan kita, dan malah mengatakan karena aku gendut dan bukan seleramu!"

Ralin membalikkan badannya, menatap ke arah Juan. "Sorry, kalau yang dulu itu–"

"Nggak masalah," potong Juan langsung. "Aku tahu perempuan mana pun pasti nggak suka sama cowok gendut yang banyak makan seperti aku dulu! Tapi gara-gara kejadian itu juga aku termotivasi untuk menguruskan badan, sampai bisa seperti hari ini, yang kamu lihat di depanmu! Makanya kalau kamu tanya apa aku yakin atau tidak denganmu, jawabannya tentu yakin, bahkan aku berjuang memantaskan diriku hanya untuk kamu!" terang Juan dengan jujur.

Ralin senang mendengar pernyataan Juan tadi. Tapi kalau boleh jujur, sebenarnya Ralin pun setuju untuk berpacaran dengan Juan karena kini ia sudah tahu betul bagaimana latar belakang keluarga laki-laki ini. Bagaimana besarnya perusahaan yang dipimpin olehnya, dan bagaimana kehidupan keluarganya yang masuk dalam golongan konglomerat itu.

Orang bilang materialistis, tapi hidup itu harus realistis. Ralin tentu tak menolak saat tahu juga tampilan Juan yang kini sangat berubah total itu, hampir tak ia kenal sebelumnya. Bagi Ralin, ini paket komplit seorang calon suami berkualitas. Ralin tak mau pikir panjang, sebelum direbut orang. Bagaimanapun, Ralin harus segera menikah dengan Juan.

"Orang tuamu pasti bisa menerima aku, kan? Karena kalau kamu tanya pendapat orang tuaku, sudah tentu laki-laki yang seperti kamu lolos seleksi calon menantu," kata Ralin tiba-tiba.

Juan tertegun sesaat, memikirkan apakah hubungannya dengan Ralin akan berjalan sempurna kalau saja orang tuanya tahu bagaimana latar belakang keluarga Ralin yang bisa dibilang keluarga sederhana.

"Aku akan meyakinkan keluargaku, tapi ada baiknya kalau kamu juga datang untuk berkenalan dengan orang tuaku. Apa kamu mau?" tawar Juan.

"Apa itu penting?" tanya Ralin balik.

Juan langsung terkekeh mendengar respon dari Ralin itu. "Kamu masih tanya apa itu penting? Jelas itu penting, Honey! Kamu harus mengenal keluargaku, begitupun aku yang harus mengenal keluarga kamu juga."

"Saling mengenal dengan orang tuamu bisa nanti setelah menikah, kan? Lagipula setelah menikah aku akan tinggal di rumah kamu bersama kedua orang tuamu, kan?" jawab Ralin dengan santai. Di bayangan Ralin, hidup di rumah mewah bak rumah Sultan milik Juan tentu akan menjadi pengalaman membahagiakan baginya. Ralin tak perlu repot-repot bekerja di kantor, dan tentunya di rumah itu Ralin bisa mengabadikan momen apa saja lewat akun media sosialnya. Ia harus memastikan semua teman-teman yang sering mencibirnya, jadi makin panas akibat melihat unggahannya di media sosial.

Juan memutar kedua bola matanya merasa kalau Ralin terlalu santai. Namun apa pun yang Ralin mau, tentu Juan akan turuti. "Oke, nanti biar aku sendiri yang bilang ke orang tuaku kalau aku akan segera melamar kamu!"

"Serius?" tanya Ralin.

Juan mengangguk yakin.

Spontan Ralin mengecup pipi Juan. Tak lupa ia meraih gawai miliknya, kemudian ia mengecup pipi Juan satunya lagi sambil tangannya sibuk mengabadikan momen itu lewat kamera di gawainya tersebut.

Selesai dengan memberi kecupan, Ralin fokus pada media sosial I*******m. Ia mengunggah momen kebersamaannya barusan sambil menuliskan penjelasan singkat tentang gambarnya. "Calon suami terbaik. Soon."

Tak perlu menunggu lama, dalam hitungan beberapa detik dan menit, unggahan itu langsung mendapatkan banyak 'suka' dari pengikut Ralin. Tak ketinggalan beberapa komentar mulai bermunculan, menanyakan siapa sosok laki-laki yang tengah Ralin cium pipinya. Ralin sibuk membalas satu per satu pertanyaan tersebut, sementara Juan kebingungan mengapa Ralin tampak seperti sibuk dengan dunianya sendiri dan tak memperdulikannya yang masih di sana.

"Kamu ngapain, sih?" tanya Juan sambil mendekat ke arah Ralin yang kini sedang duduk manis di sofa sambil memainkan jari-jarinya di layar gawai. Juan agak kaget melihat momen mereka barusan yang ternyata sudah diunggah oleh Ralin dan bahkan mendapatkan banyak komentar.

"Mau buktikan ke mereka kalau sebentar lagi aku akan menikah!" jelas Ralin pada Juan.

"Supaya?"

"Supaya mereka tahu kalau Ralin Febyana sudah bertemu jodohnya!" Ralin menjelaskan tanpa melihat ke arah Juan, ia masih sibuk membalas satu per satu komentar tersebut.

Related chapters

  • Pamer Suami   4. Sejak Kapan Kamu Punya Pacar?

    Ralin baru saja selesai dari makan siangnya dan buru-buru menyelesaikan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda. Saat Ralin sedang fokus, gawainya berbunyi menandakan panggilan telepon masuk, ternyata telepon dari mamanya.Ralin menghela napasnya sejenak, bersiap-siap mendapati khotbah dari si mama."Ya, Ma? Ralin masih di kantor," ucap Ralin saat menjawab panggilan telepon."Udah tahu kalau kamu lagi di kantor, yang Mama nggak tahu itu sejak kapan kamu punya pacar?" tanya Arini pada putrinya secara langsung.Ralin menepuk dahinya, ia sendiri belum bilang ke orang tuanya kalau sudah memiliki kekasih, sementara semalam ia telah mengunggah foto ciuman pipi bersama Juan. Pasti mamanya telah melihat sendiri un

    Last Updated : 2022-03-04
  • Pamer Suami   5. Jangan menikah Dengan Juan!

    "Oh, mungkin Ralin belum cerita ke Om?" tanya Juan.Carlos memandang ke arah sekretarisnya, kemudian bergilir menatap ke arah keponakannya. "Jadi kalian sedang pacaran? Sejak kapan? Ralin belum ada memberi kabar, hanya memang belakangan ini Om sadar dia seperti bertingkah sedikit aneh. Ternyata sedang jatuh cinta, ya?"Wajah Ralin langsung merona merah akibat malu. Bagaimanapun ia memang sedang jatuh cinta kepada Juan, jadi wajar kalau belakangan ini Ralin jadi kurang fokus bekerja."Om yakin hubungan kalian pasti akan berlanjut ke tahap yang lebih serius, sebelum itu terjadi sepertinya Om harus memiliki cadangan sekretaris." Carlos tersenyum menatap Ralin, sekretaris kepercayaannya.Ralin mengernyit. "Maaf, Pak, memangnya kenapa? Apa pekerjaan saya kurang maksimal?"Carlos menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi saya yakin kalau Juan tidak akan membiarkan kamu untuk tetap bekerja di sini, tentu nanti kamu akan menjadi Nyonya Ralin

    Last Updated : 2022-03-04
  • Pamer Suami   6. Kenapa Nyosor?

    Juan telah menunggu Ralin di depan kantor Carlos Company. Sebuah mobil sport mahal yang dikendarai oleh Juan cukup mengundang perhatian beberapa pegawai di perusahaan tempat Ralin bekerja itu, mereka terkesima dan memberikan atensi khusus kepada sosok laki-laki tampan dan rupawan yang sedang berdiri sambil menyenderkan bagian belakang tubuhnya di mobil tersebut.Ralin pun langsung menghampiri kekasihnya, yang langsung disambut oleh Juan dengan dekapan hangat."Kamu sudah lama nunggunya?" tanya Ralin.Juan menggelengkan kepalanya. "Enggak, paling baru sepuluh menit, kok!""Kenapa nggak telpon aku kalau kamu sudah sampai? Kalau bukan anak-anak lain yang beri tahu aku kalau ada bos Poernoma Group di depan kantor, mungkin aku nggak bakalan tahu." Ralin mengurai dekapan dari Juan, rasanya canggung juga dilihat oleh banyak mata yang lewat. Akan tetapi di sisi lain Ralin sangat bangga bisa

    Last Updated : 2022-04-27
  • Pamer Suami   7. Menikahi Ralin

    Juan disambut dengan hangat dan ramah oleh kedua orang tua Ralin. Siapa juga yang mau menolak calon menantu seperti Juan, tampan, rupawan, menawan dan yang paling penting dompet tebal."Jadi, apa ada rencana untuk ke depannya tentang hubungan Nak Juan bersama Ralin?" tanya Hendra, papa Ralin, kepada Juan.Juan mengangguk. "Tentu, Om! Saya punya rencana masa depan bersama Ralin, biarpun kami baru berpacaran tapi saya dan Ralin sudah yakin untuk menjalin hubungan ke tahap yang lebih serius.""Bahkan Juan siap untuk secepatnya menikahi Ralin, Pa!" ucap Ralin dengan antusias. Ia menoleh ke arah Juan untuk memastikan kembali. "Iya kan, Sayang?"Juan mengangguk. "Betul, Om!"Kedua orang tua Ralin tersenyum senang mendengar kabar gembira ini. Tentunya sudah tidak ada alasan untuk menolak Juan, bisa dipastikan Ralin nanti akan hidup makmur sejahtera bersama dengan laki-laki ini."Nanti saya akan memberi kabar ini juga kepada

    Last Updated : 2022-04-27
  • Pamer Suami   8. Dinas Mulia Suami Istri

    Ralin digendong ala bridal style oleh Juan menuju ke kamar pengantin di hotel tempat mereka melakukan acara resepsi. Kedua tangan Ralin dikalungkan di leher Juan, biarpun rasanya deg-degan tak karuan, tetapi Ralin berusaha menutupinya agar terlihat tetap tenang di depan suaminya itu.Begitu sampai di kamar, tubuh Ralin di turunkan tepat di tepi ranjang oleh Juan. Pakaian pengantin masih melekat di tubuh masing-masing, pelan-pelan Juan pun meraba lembut pinggang Ralin sambil berbisik, "Aku bantu buka gaun pengantin kamu, ya?"Seketika jantung Ralin jadi terpompa makin cepat, pikirannya sudah menerawang jauh dan memikirkan apa yang akan terjadi kalau Juan sudah membantunya untuk membuka gaun pengantin itu? Tentunya dinas mulia suami istri akan dimulai setelahnya.Perlahan Ralin menganggukkan kepalanya, memberi izin kepada Juan untuk membantunya membuka gaun pengantin yang masih menempel di tubuhnya itu. Gerakan Juan sangat lembut, bahkan membuat aliran darah

    Last Updated : 2022-04-28
  • Pamer Suami   9. Malam Pertama Berjuta Rasanya

    "Ke mulut?" Ralin terbelalak saat mendengar instruksi dari suaminya. "Iya, Honey! Masukin pelan-pelan ke mulut kamu," ucap Juan dengan suara beratnya yang kali ini terdengar sangat menggairahkan. Terlihat wajah Ralin sedikit ragu. "A-aku belum pernah." "Apa kamu mau coba? Pelan-pelan aja, mungkin awalnya kurang nyaman, lama-lama pasti terbiasa," kata Juan lagi. Ralin agak ragu, tetapi sebelum hari pernikahan ia sudah dibekali dengan berbagai video dewasa oleh kakaknya. Memang Ralin sempat menontonnya dan cukup membuat dirinya merem melek sekaligus geli dan ngeri. Ternyata saat praktek langsung untuk pertama kalinya seperti sekarang, benar-benar membuat Ralin gelagapan. Pelan tetapi pasti, Ralin akhirnya mau untuk mencoba sesuai arahan dari Juan. Jangan tanya soal rasa, tentu rasanya tidak enak untuk Ralin. Bagaimanapun ini adalah bagian dari dinas mulianya, jadi Ralin harus bisa. Terdengar desahan halus yang keluar dari bibir Juan saat Ralin mulai terbiasa dengan benda itu di m

    Last Updated : 2022-05-15
  • Pamer Suami   10. Lanjutkan Tugas

    "Ka-kamu ngapain, Sayang?" tanya Ralin dengan wajah bingung dan setengahnya lagi kegelian. Juan mendongak sejenak. "Lanjutkan tugas kita yang semalam," jawabnya sambil kembali melanjutkan aktivitasnya di bawah sana. "A-aku geli, ah ...." Suara desahan dari bibir Ralin langsung lolos, rasa ngantuknya seketika menghilang. Ada sensasi geli bercampur nikmat di bagian inti miliknya. Lama Juan bermain di sana, sampai akhirnya Ralin merasakan suatu rasa aneh yang membuat tubuhnya bergetar hebat. "Ma-mau pipis," ucap Ralin dengan terbata. Juan malah makin menjadi-jadi di bawah sana, ia tahu kalau istrinya sedang menuju ke puncak kenikmatannya. Ralin melengkungkan tubuhnya, kedua tangannya meremas seprai di tempat tidur. Juan menyudahi aksinya di bawah sana, ia lantas tersenyum puas saat melihat istrinya menggeliat merasakan nikmat. Juan kemudian berpindah dan memposisikan tubuhnya di atas Ralin, ia mulai mencium leher istrinya secara intens, perlahan turun dan berhenti di dua benda ke

    Last Updated : 2022-05-15
  • Pamer Suami   11. Mau Ikutan Mandi

    Tubuh Ralin terasa lemas begitu digempur habis-habisan oleh suaminya. Pangkal pahanya terasa nyeri, pinggangnya ngilu, dan dari leher hingga dadanya dipenuhi oleh tanda merah peninggalan dari Juan.Sejak semalam memang benar-benar melelahkan, tetapi Ralin senang karena akhirnya ia merasakan sendiri bagaimana rasanya memiliki suami."Honey, mandinya masih lama? Apa aku harus ikutan juga masuk ke dalam?" Suara Juan terdengar dari luar kamar mandi, Ralin yang sedang bercermin di kamar mandi langsung meraih bathrobe dan menutupi tubuhnya. Kalau sampai Juan masuk ke kamar mandi sudah bisa dipastikan akan berakhir seperti apa. Ralin kelelahan, sisa yang tadi saja masih nyeri.Buru-buru Ralin keluar dari kamar mandi, suaminya langsung memberi senyuman lebar."Mandinya udah kelar? Padahal aku baru mau join," kata Juan sambil mengerlingkan matanya."OMG, Juan, aku capek! Istirahat sebentar, ya!" keluh Ralin.Juan mengern

    Last Updated : 2022-05-17

Latest chapter

  • Pamer Suami   65. Membongkar Sikap Buruk Juan

    "Ya ampun, Anya, saya nggak bisa lama-lama di sini. Istri saya mau lahiran, saya harus segera pulang." Juan berusaha melepas pelukan dari sekretarisnya tersebut. "Pusing, pu-pusing, Pak!" "Makanya kan tadi saya bilang, kalau nggak bisa minum ngapain dicobain sih? Kamu kan bisa tolak dengan baik-baik, mereka bakalan paham kok kalau kamu nggak biasa. Kalau begini saya harus gimana? Harus titipin kamu sama siapa?" Anya sudah lemas tak karuan, mana peduli dengan omelan atasannya tersebut. Akhirnya mau tidak mau Juan harus mengantar sekretarisnya untuk balik ke kamarnya. Membiarkan Anya beristirahat di sana, mungkin pilihan terakhir Juan akan menitipkan Anya pada staf hotel. "Kunci kamar kamu mana, Nya?" tanya Juan. Anya hanya menunjuk saku di celana bahan yang ia gunakan tanpa bicara apa-apa, sudah terlanjur sakit kepala. Mau tidak mau Juan pun harus meraba saku celana itu cuma untuk mengambil kunci kamar Anya. Dapat! Untung saja kuncinya berbentuk kartu yang mudah diambil. L

  • Pamer Suami   64. Bahagia Dengan Pilihannya

    “Ah, aku sih selalu senang kalau temanku ada yang mampir ke sini apalagi kalau sama keluarganya atau suaminya,” jawab Kania. Ekspresinya masih terlihat santai dan ramah. Sesekali Kania melirik ke arah Juan, semakin hari suami orang semakin tampan.“Bagus kalau gitu.” Ralin tersenyum manis. “Kebetulan aku lagi ngidam, kepengen minum kopi yag dibuatin sama kamu. Kebetulan banget kamu ada di sini, Kania, jadi aku bisa dibikinin kopi langsung sama kamu, kan?”“Ngidam kopi yang dibuatin langsung sama aku? Wah, anak kamu tahu banget ya mana Tante yang pinter bikin kopi.” Lagi-lagi Kania melirik ke arah Juan. Kali ini sambil memberi kerlingan mata.Sudah tentu Juan langsung mengalihkan pandangannya, tak mau fokus ke Kania. Lagipula Juan memang sedang menghindari perempuan ini, malah bisa-bisanya Ralin ngidam kopi buatan Kania. Apa benar anaknya ini paham kalau bapaknya ada sesuatu dengan Kania?Ralin fokus mengelus perutnya yang belum begitu buncit. “Sekaligus tahu juga kalau Tante Kania itu

  • Pamer Suami   63. Kopi Buatan Kania

    "I-ini, bukan kotak apa-apa, Bu. Kebetulan aja ini kotak bekas, saya diminta tolong sama Pak Juan untuk membuangnya." Anya terpaksa mengarang cerita. Sesuai perjanjian kalau ia akan tutup mulut masalah perselingkuhan Juan. Terlihat Ralin seperti kurang percaya dengan perkataan sekretaris suaminya itu. Matanya terus memperhatikan kotak yang dipegang oleh Anya. "Kotak bekas? Tapi Kenapa kelihatannya masih bagus, ya?" tanya Ralin. "Sa-saya kurang tahu, Bu, saya cuma mengikuti perintah Pak Juan." Anya menunduk hormat. "Mohon maaf, saya permisi sebentar, Bu, kebetulan setelah buang kotak ini saya mau mengerjakan pekerjaan yang lain." Ralin menghela napasnya. "Ya udah!" "Permisi, Bu!" Anya pun kemudian pamitan pergi. "Honey, kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?" Juan langsung menghampiri istrinya, sebenarnya agak panik juga karena Ralin datang tiba-tiba. Beruntung saja foto-foto Juan yang dikirim oleh Kania itu sudah dibawa pergi oleh Anya. Terlihat Ralin menatap suaminya dari atas

  • Pamer Suami   62. Itu Kotak Apa?

    "Nggak perlu dijelasin, kamu nggak perlu tahu aku lihat buktinya di mana!" Ralin bangun dari posisinya, ia pun langsung pergi meninggalkan Juan dan masuk ke kamar. Juan makin tak paham dengan situasi ini, kenapa malah jadi makin runyam. Belum saja urusannya dengan Kania benar-benar selesai, tetapi kini Ralin sudah salah paham dengan sekretaris Juan. Langsung saja Juan menyusul ke kamar, hendak menjelaskan kembali kalau dirinya tidak ada apa-apa dengan Anya. "Honey ... buka pintunya, dong!" Juan menggedor pintu, meminta istrinya untuk membukakan pintu kamar. "Aku sama Anya beneran nggak ada apa-apa, Honey!" Tak ada jawaban dari dalam kamar, sudah pasti Ralin ngambek tak karuan karena kesalahpahaman ini. Juan lemas di tempat, kalau begini bagaimana caranya untuk meyakinkan istrinya? Juan kembali ke sofa, ia menghempaskan tubuhnya dengan lemas di sofa tersebut. Lama ia terdiam, menyadari kalau dirinya memang kurang ajar karena sudah menduakan istrinya, bahkan dengan sahabat istrinya

  • Pamer Suami   61. Imbalan Tutup Mulut

    Juan menganggukkan kepalanya. "Iya, mereka sahabatan dari SMA. Bisa dibilang benar-benar dekat dan saling mengenal satu sama lain!"Anya masih kaget, tak menyangka kalau bos-nya bisa sejahat itu. "Bapak keterlaluan, malah sangat keterlaluan! Kalau saya jadi Bu Ralin dan tahu masalah ini udah pasti saya nggak mau pertahanin rumah tangga saya, Pak! Bapak selingkuh aja udah salah, malah selingkuh sama orang terdekat dari Bu Ralin, itu makin salah lagi!" Anya geleng-geleng kepala keheranan."Ck ... kamu jangan ngomong gitu, dong!""Saya serius, Pak! Nggak ada perempuan yang rela-rela aja suaminya selingkuh apalagi selingkuhannya itu sahabatnya sendiri. Saya nggak bakalan pikir dua kali buat pertahanin pernikahan, mending pisah aja! Malah di awal saya kira karena Bu Ralin itu tipenya Bapak jadi Bapak nggak mungkin berpaling ke cewek lain, ternyata ... ah, memang omongan cowok nggak ada yang bisa dipercaya!"Juan memijat keningnya sejenak. Ia jadi kepikiran dengan kata-kata sekretarisnya in

  • Pamer Suami   60. Anya, Saya Percaya Sama Kamu!

    Juan melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa yang membuat aku nggak bisa pamitan sama kamu?"Kania lagi-lagi bergerak sesuai kemauan hatinya, kali ini dengan impulsif ia memeluk Juan. Sudah pasti Juan kaget dengan tindakan Kania ini, ia khawatir dengan kamera CCTV yang menyoroti gerak-gerik mereka. "Please, Kania ... jangan begini!" Juan langsung menolak tangan Kania yang memeluknya itu. "Kita harus sama-sama menghargai situasinya. Oke, aku akui kalau aku yang salah, aku yang sudah membuka gerbang perselingkuhan ini. Aku cuma ... cuma awalnya iseng, tapi malah keterusan.""Iseng kamu bilang?" tanya Kania.Juan hanya mengangguk pelan. "Bukannya iseng itu malah membuat kamu jadi ketagihan sama aku? Kamu lebih suka caraku memuaskan kamu daripada istri kamu itu, kan?" "Apa sih mau kamu? Kamu mau menuntut lebih ke aku masalah hubungan ini? Aku nggak bisa, Kania, aku sudah ada istri dan aku nggak akan menceraikan dia!" Juan bersikap tegas, tak mau lagi terpengaruh dengan pesona janda

  • Pamer Suami   59. Hentikan Hubungan Ini

    “Umm … lepas dari, dari … perempuan itu, Nya!” Juan terlihat kesulitan untuk menjelaskannya.Anya makin dibuat tak paham. “Perempuan siapa maksud Bapak?”Juan kembali ragu untuk menceritakan hal ini di dalam mobil, tentu karena ada sopir perusahaan yang bersama dengan mereka. Takutnya sopir itu menguping kemudian malah menjadi makin runyam lagi urusannya.“Mungkin nanti aja saya ceritakan kalau kita udah berdua,” ucap Juan akhirnya.Anya mengerti maksud Juan, apalagi saat mata Juan memberi kode yang mengarah ke sopir. Pasti agar sopir tersebut tidak mendengar percakapan mereka."Oh ... baik, Pak!" Anya mengangguk paham.Anya pun menyimpan rasa penasarannya hingga nanti si bos sendiri yang menceritakannya.Sampai di tempat tujuan, Juan lantas disambut oleh pemimpin kantor cabang. Terlihat wajah si pemimpin kantor cabang tersebut sedikit kusut begitu Juan datang."Maaf, Pak, kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan ini semua. Masalahnya itu, beliau tetap komplain dan mengan

  • Pamer Suami   58. Aku Pengen Nonton Ke Bioskop!

    "Eng-enggak ... bukan siapa-siapa, Honey!" Juan langsung menyembunyikan gawai miliknya, takut kalau Ralin kepo kemudian melihat isi pesan yang baru saja Juan dapatkan dari Kania. "Sudah selesai dengan urusan di toilet?" tanyanya kemudian untuk mengalihkan perhatian.Ralin mengangguk kemudian duduk di samping Juan. "Sudah ....""Untung bukan karena sakit perut yang lain, ya!" Juan pun langsung mengelus perut Ralin, perlahan ia menunduk kemudian berbisik di perut istrinya itu. "Sayang, sehat-sehat di dalam, ya! Jangan bikin mami kamu repot, jangan juga minta yang aneh-aneh supaya Daddy nggak ikutan repot.""Oh ... jadi maksudnya aku ini ngerepotin kamu?" tanya Ralin.Buru-buru Juan menggelengkan kepalanya. "Aku kan nggak ada bilang begitu, Honey!""Itu tadi kamu bilang jangan minta yang aneh-aneh supaya Daddy nggak ikutan repot, kan?" Mata Ralin langsung membulat."Ma-maksudnya, jangan minta makanan yang aneh-aneh apalagi susah didapat!" jelas Juan agar Ralin tak salah paham. "Tapi mungk

  • Pamer Suami   57. Anak Magang

    Sampai di tempat tujuan rapat, beruntung Juan datang tepat waktu dan tak sampai terlambat, ia pun langsung disambut dengan sangat ramah oleh pemimpin perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaannya itu. "Terima kasih sudah mengundang saya ke sini, Pak Dareen!" ucap Juan kepada Dareen, pemimpin perusahaan Harsons Corporation. "Suatu kehormatan bisa bekerjasama dengan Poernomo Group, senang bisa bertemu kembali dengan Pak Juan!" ucap Dareen yang langsung mengarahkan Juan untuk berkenalan dengan beberapa petinggi dari perusahaan miliknya. Setelah Juan diperkenalkan, rapat pun dimulai. Beberapa kali Juan sempat melirik ke arah seorang perempuan muda yang sibuk mencatat selama rapat berlangsung, ia tebak kalau perempuan muda itu kemungkinan sekretaris dari salah satu petinggi di perusahaan Harsons Corporation ini. Dari wajahnya, bentuk badan, caranya tersenyum, sungguh membuat Juan tertarik untuk terus meliriknya. Ternyata sempat sesekali secara tak sengaja mereka bertukar pandang wala

DMCA.com Protection Status