Jangan lupa coment ya, Readers š¤
"Ka-kamu ngapain, Sayang?" tanya Ralin dengan wajah bingung dan setengahnya lagi kegelian. Juan mendongak sejenak. "Lanjutkan tugas kita yang semalam," jawabnya sambil kembali melanjutkan aktivitasnya di bawah sana. "A-aku geli, ah ...." Suara desahan dari bibir Ralin langsung lolos, rasa ngantuknya seketika menghilang. Ada sensasi geli bercampur nikmat di bagian inti miliknya. Lama Juan bermain di sana, sampai akhirnya Ralin merasakan suatu rasa aneh yang membuat tubuhnya bergetar hebat. "Ma-mau pipis," ucap Ralin dengan terbata. Juan malah makin menjadi-jadi di bawah sana, ia tahu kalau istrinya sedang menuju ke puncak kenikmatannya. Ralin melengkungkan tubuhnya, kedua tangannya meremas seprai di tempat tidur. Juan menyudahi aksinya di bawah sana, ia lantas tersenyum puas saat melihat istrinya menggeliat merasakan nikmat. Juan kemudian berpindah dan memposisikan tubuhnya di atas Ralin, ia mulai mencium leher istrinya secara intens, perlahan turun dan berhenti di dua benda ke
Tubuh Ralin terasa lemas begitu digempur habis-habisan oleh suaminya. Pangkal pahanya terasa nyeri, pinggangnya ngilu, dan dari leher hingga dadanya dipenuhi oleh tanda merah peninggalan dari Juan.Sejak semalam memang benar-benar melelahkan, tetapi Ralin senang karena akhirnya ia merasakan sendiri bagaimana rasanya memiliki suami."Honey, mandinya masih lama? Apa aku harus ikutan juga masuk ke dalam?" Suara Juan terdengar dari luar kamar mandi, Ralin yang sedang bercermin di kamar mandi langsung meraih bathrobe dan menutupi tubuhnya. Kalau sampai Juan masuk ke kamar mandi sudah bisa dipastikan akan berakhir seperti apa. Ralin kelelahan, sisa yang tadi saja masih nyeri.Buru-buru Ralin keluar dari kamar mandi, suaminya langsung memberi senyuman lebar."Mandinya udah kelar? Padahal aku baru mau join," kata Juan sambil mengerlingkan matanya."OMG, Juan, aku capek! Istirahat sebentar, ya!" keluh Ralin.Juan mengern
"Sampah?" Ralin mengernyit."Maksudku, aku nggak suka terlalu banyak orang berkomentar begini. Lagian aku nggak kenal mereka," terang Juan."Memang begitu dunia media sosial, Sayang!""Iya, aku tahu, tapi aku nggak suka lihat orang-orang yang nggak aku kenal malah kasih komentar di fotoku." Juan lantas meletakkan gawainya, ia tak kuat berlama-lama hanyut dengan media sosial, mungkin karena Juan terbiasa sibuk bekerja. Hal ini baginya hanya membuang-buang waktunya. Juan lantas merengkuh tubuh istrinya, lebih enak bermain-main dengan istrinya daripada dengan media sosial.Juan terus menghunjam Ralin dengan ciuman, dari wajah hingga ke leher dan dadanya."Sebentar, Sayang, aku masih balas komentar dari teman-temanku," tolak Ralin saat Juan sudah mau memulai aksinya lagi."Kamu kalau sudah pegang hp nggak akan sebentar. Apa di di kantor Om Carlos kamu begini juga?" tanya Juan dengan tatapan curiga.Ralin mengge
Ralin baru teringat kalau sekretaris Juan juga datang saat acara pernikahan mereka. Masih teringat juga bagaimana sosoknya yang muda, cantik, rambutnya sebahu, kulitnya sawo matang tetapi yang Ralin tak ingat adalah namanya.āSiapa namanya, ya?ā Ralin mencoba mengingat-ngingat tetapi akhirnya menyerah dan tak bisa mengingat namanya lagi. Daripada Ralin pusing mengingat namanya, akhirnya Ralin pun berencana untuk membuka isi pesan tersebut.Tangannya langsung mengusap layar gawai milik Juan, sialnya terkunci dan bodohnya lagi Ralin sampai saat ini tak tahu kodenya.āAstaga Ralin, ke mana aja kamu sampai nggak tahu password HP suami kamu sendiri?ā rutuk Ralin pada dirinya sendiri, ia lantas menepuk dahinya dan ia pun meletakkan kembali gawai tersebut. Keinginannya untuk kepo harus terhalang dan Ralin tak mungkin membangunkan Juan hanya untuk menanyakan kode password.Tak berselang lama gawai milik Juan bersuara, tanda panggilan telepon masuk. Ralin cepat-cepat meraih kembali gawai terse
"Jalan pintas?" Ralin mengernyit."Iya, Honey!" Juan tiba-tiba saja sudah melepas celana yang ia gunakan dan memamerkan miliknya yang telah menegang. "Dia udah nungguin kamu, nih!" Ralin geleng-geleng kepala dibuatnya. Mau bagaimana lagi, walaupun sebenarnya Ralin tak nyaman jika kembali melakukan kegiatan yang membuatnya mual dan ingin muntah itu. Ini judulnya bulan madu, sayangnya Ralin berhalangan dan mungkin ini salah satu cara supaya suaminya ini tak kecewa. Ralin pun mendekat ke arah Juan, ia duduk di tepi ranjang sambil memandang Juan dan kemudian arah matanya turun ke milik Juan yang menegang itu."Kamu bakalan biasa, Honey! Ya memang awalnya mual, tapi aku yakin lama-lama jadi ketagihan."Ralin mengangguk pelan lalu perlahan mengikut perintah dari suaminya itu. Ia pun mengarahkan milik Juan ke mulutnya, pelan-pelan tetapi pasti, rasanya memang masih belum terbiasa dan memang masih membuat mual.Setelah mengatur temponya sendiri dan mulai terbiasa, Ralin pun akhirnya berhasi
Ralin dan Juan langsung duduk di meja makan bersama kedua orang tua Juan. Fokus orang tua Juan jadi teralihkan begitu melihat rambut anak dan menantunya sama-sama basah, tentu saja baru selesai keramas. Ada senyum manis di bibir mama Juan, bisa dipastikan kalau anak dan menantunya barusan sedang memproses pembuatan cucu untuknya. "Mama sudah datangkan Chef khusus yang menangani healthy food," ucap Indah, mama Juan kepada anak dan menantunya."Tumben, ada apa? Biasanya masakan Bibi Yaya juga udah healthy food, Ma!" kata Juan sambil matanya sibuk memperhatikan makanan yang tersedia di meja makan mereka. Memang berbeda dari biasanya, mungkin karena dibuatkan khusus oleh ahlinya."Masa harus ditanya lagi, Juan, memangnya kamu nggak paham Mama kamu?" Jeremy Poernomo, Papa Juan, sekaligus pendiri dan pemilik Poernomo Group itu langsung bertanya ke putra semata wayangnya. "Harusnya kamu tahu bagaimana Mama kamu mengurus detail segala sesuatunya, ya itu cuma buat kamu! Oh, sekarang bukan cu
Ralin menyeringai, sejujurnya ingin protes karena orang tua Juan seperti menuntut Ralin sebagai mesin pencetak anak. "Aku tadi sudah mandi, sekarang aku mau istirahat aja. Badanku sakit semua," jawab Ralin sambil kemudian naik ke atas ranjang hendak beristirahat.Juan bengong dibuatnya, ia pikir kalau istrinya tidak akan menolak penawarannya untuk mandi bareng. Apa kegiatan yoga memang benar-benar membuat seluruh badan Ralin menjadi rontok hingga ia mengeluh seperti itu?Daripada nanti berujung ribut, akhirnya Juan pun memutuskan untuk mandi sendiri tanpa ditemani oleh istrinya. Sepertinya Ralin memang butuh istirahat, terlihat tubuhnya langsung lemas di atas ranjang. Setelah Juan selesai mandi, ia kembali melirik ke ranjangnya, ternyata istrinya sudah tertidur lelap. Juan pun mendekat dan memperhatikan wajah istrinya itu dari dekat."Kasihan, sepertinya kamu memang benar-benar capek, ya?" Juan akhirnya memberikan kecupan di kening istrinya. Sejurus kemudian ia pun keluar dari kamar
Juan buru-buru meletakkan gawai milik Ralin lagi di nakas, sepertinya Ralin tak sadar kalau barusan Juan menginvestigasi gawai miliknya. Beruntung Juan berdiri dalam posisi membelakangi istrinya itu."Enggak, ini aku mau cari HP, aku kira ini punyaku karena mirip." Juan menunjuk gawai milik Ralin yang kebetulan tipenya memang sama dengan gawai milik Juan."Oh!" Ralin mengangguk pelan, lalu kembali menguap. Sejurus kemudian ia pun membalikkan badannya ke posisi lain lalu kembali tertidur.Juan langsung bernapas lega samb