"Oh, mungkin Ralin belum cerita ke Om?" tanya Juan.Carlos memandang ke arah sekretarisnya, kemudian bergilir menatap ke arah keponakannya. "Jadi kalian sedang pacaran? Sejak kapan? Ralin belum ada memberi kabar, hanya memang belakangan ini Om sadar dia seperti bertingkah sedikit aneh. Ternyata sedang jatuh cinta, ya?"Wajah Ralin langsung merona merah akibat malu. Bagaimanapun ia memang sedang jatuh cinta kepada Juan, jadi wajar kalau belakangan ini Ralin jadi kurang fokus bekerja."Om yakin hubungan kalian pasti akan berlanjut ke tahap yang lebih serius, sebelum itu terjadi sepertinya Om harus memiliki cadangan sekretaris." Carlos tersenyum menatap Ralin, sekretaris kepercayaannya.Ralin mengernyit. "Maaf, Pak, memangnya kenapa? Apa pekerjaan saya kurang maksimal?"Carlos menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi saya yakin kalau Juan tidak akan membiarkan kamu untuk tetap bekerja di sini, tentu nanti kamu akan menjadi Nyonya Ralin
Juan telah menunggu Ralin di depan kantor Carlos Company. Sebuah mobil sport mahal yang dikendarai oleh Juan cukup mengundang perhatian beberapa pegawai di perusahaan tempat Ralin bekerja itu, mereka terkesima dan memberikan atensi khusus kepada sosok laki-laki tampan dan rupawan yang sedang berdiri sambil menyenderkan bagian belakang tubuhnya di mobil tersebut.Ralin pun langsung menghampiri kekasihnya, yang langsung disambut oleh Juan dengan dekapan hangat."Kamu sudah lama nunggunya?" tanya Ralin.Juan menggelengkan kepalanya. "Enggak, paling baru sepuluh menit, kok!""Kenapa nggak telpon aku kalau kamu sudah sampai? Kalau bukan anak-anak lain yang beri tahu aku kalau ada bos Poernoma Group di depan kantor, mungkin aku nggak bakalan tahu." Ralin mengurai dekapan dari Juan, rasanya canggung juga dilihat oleh banyak mata yang lewat. Akan tetapi di sisi lain Ralin sangat bangga bisa
Juan disambut dengan hangat dan ramah oleh kedua orang tua Ralin. Siapa juga yang mau menolak calon menantu seperti Juan, tampan, rupawan, menawan dan yang paling penting dompet tebal."Jadi, apa ada rencana untuk ke depannya tentang hubungan Nak Juan bersama Ralin?" tanya Hendra, papa Ralin, kepada Juan.Juan mengangguk. "Tentu, Om! Saya punya rencana masa depan bersama Ralin, biarpun kami baru berpacaran tapi saya dan Ralin sudah yakin untuk menjalin hubungan ke tahap yang lebih serius.""Bahkan Juan siap untuk secepatnya menikahi Ralin, Pa!" ucap Ralin dengan antusias. Ia menoleh ke arah Juan untuk memastikan kembali. "Iya kan, Sayang?"Juan mengangguk. "Betul, Om!"Kedua orang tua Ralin tersenyum senang mendengar kabar gembira ini. Tentunya sudah tidak ada alasan untuk menolak Juan, bisa dipastikan Ralin nanti akan hidup makmur sejahtera bersama dengan laki-laki ini."Nanti saya akan memberi kabar ini juga kepada
Ralin digendong ala bridal style oleh Juan menuju ke kamar pengantin di hotel tempat mereka melakukan acara resepsi. Kedua tangan Ralin dikalungkan di leher Juan, biarpun rasanya deg-degan tak karuan, tetapi Ralin berusaha menutupinya agar terlihat tetap tenang di depan suaminya itu.Begitu sampai di kamar, tubuh Ralin di turunkan tepat di tepi ranjang oleh Juan. Pakaian pengantin masih melekat di tubuh masing-masing, pelan-pelan Juan pun meraba lembut pinggang Ralin sambil berbisik, "Aku bantu buka gaun pengantin kamu, ya?"Seketika jantung Ralin jadi terpompa makin cepat, pikirannya sudah menerawang jauh dan memikirkan apa yang akan terjadi kalau Juan sudah membantunya untuk membuka gaun pengantin itu? Tentunya dinas mulia suami istri akan dimulai setelahnya.Perlahan Ralin menganggukkan kepalanya, memberi izin kepada Juan untuk membantunya membuka gaun pengantin yang masih menempel di tubuhnya itu. Gerakan Juan sangat lembut, bahkan membuat aliran darah
"Ke mulut?" Ralin terbelalak saat mendengar instruksi dari suaminya. "Iya, Honey! Masukin pelan-pelan ke mulut kamu," ucap Juan dengan suara beratnya yang kali ini terdengar sangat menggairahkan. Terlihat wajah Ralin sedikit ragu. "A-aku belum pernah." "Apa kamu mau coba? Pelan-pelan aja, mungkin awalnya kurang nyaman, lama-lama pasti terbiasa," kata Juan lagi. Ralin agak ragu, tetapi sebelum hari pernikahan ia sudah dibekali dengan berbagai video dewasa oleh kakaknya. Memang Ralin sempat menontonnya dan cukup membuat dirinya merem melek sekaligus geli dan ngeri. Ternyata saat praktek langsung untuk pertama kalinya seperti sekarang, benar-benar membuat Ralin gelagapan. Pelan tetapi pasti, Ralin akhirnya mau untuk mencoba sesuai arahan dari Juan. Jangan tanya soal rasa, tentu rasanya tidak enak untuk Ralin. Bagaimanapun ini adalah bagian dari dinas mulianya, jadi Ralin harus bisa. Terdengar desahan halus yang keluar dari bibir Juan saat Ralin mulai terbiasa dengan benda itu di m
"Ka-kamu ngapain, Sayang?" tanya Ralin dengan wajah bingung dan setengahnya lagi kegelian. Juan mendongak sejenak. "Lanjutkan tugas kita yang semalam," jawabnya sambil kembali melanjutkan aktivitasnya di bawah sana. "A-aku geli, ah ...." Suara desahan dari bibir Ralin langsung lolos, rasa ngantuknya seketika menghilang. Ada sensasi geli bercampur nikmat di bagian inti miliknya. Lama Juan bermain di sana, sampai akhirnya Ralin merasakan suatu rasa aneh yang membuat tubuhnya bergetar hebat. "Ma-mau pipis," ucap Ralin dengan terbata. Juan malah makin menjadi-jadi di bawah sana, ia tahu kalau istrinya sedang menuju ke puncak kenikmatannya. Ralin melengkungkan tubuhnya, kedua tangannya meremas seprai di tempat tidur. Juan menyudahi aksinya di bawah sana, ia lantas tersenyum puas saat melihat istrinya menggeliat merasakan nikmat. Juan kemudian berpindah dan memposisikan tubuhnya di atas Ralin, ia mulai mencium leher istrinya secara intens, perlahan turun dan berhenti di dua benda ke
Tubuh Ralin terasa lemas begitu digempur habis-habisan oleh suaminya. Pangkal pahanya terasa nyeri, pinggangnya ngilu, dan dari leher hingga dadanya dipenuhi oleh tanda merah peninggalan dari Juan.Sejak semalam memang benar-benar melelahkan, tetapi Ralin senang karena akhirnya ia merasakan sendiri bagaimana rasanya memiliki suami."Honey, mandinya masih lama? Apa aku harus ikutan juga masuk ke dalam?" Suara Juan terdengar dari luar kamar mandi, Ralin yang sedang bercermin di kamar mandi langsung meraih bathrobe dan menutupi tubuhnya. Kalau sampai Juan masuk ke kamar mandi sudah bisa dipastikan akan berakhir seperti apa. Ralin kelelahan, sisa yang tadi saja masih nyeri.Buru-buru Ralin keluar dari kamar mandi, suaminya langsung memberi senyuman lebar."Mandinya udah kelar? Padahal aku baru mau join," kata Juan sambil mengerlingkan matanya."OMG, Juan, aku capek! Istirahat sebentar, ya!" keluh Ralin.Juan mengern
"Sampah?" Ralin mengernyit."Maksudku, aku nggak suka terlalu banyak orang berkomentar begini. Lagian aku nggak kenal mereka," terang Juan."Memang begitu dunia media sosial, Sayang!""Iya, aku tahu, tapi aku nggak suka lihat orang-orang yang nggak aku kenal malah kasih komentar di fotoku." Juan lantas meletakkan gawainya, ia tak kuat berlama-lama hanyut dengan media sosial, mungkin karena Juan terbiasa sibuk bekerja. Hal ini baginya hanya membuang-buang waktunya. Juan lantas merengkuh tubuh istrinya, lebih enak bermain-main dengan istrinya daripada dengan media sosial.Juan terus menghunjam Ralin dengan ciuman, dari wajah hingga ke leher dan dadanya."Sebentar, Sayang, aku masih balas komentar dari teman-temanku," tolak Ralin saat Juan sudah mau memulai aksinya lagi."Kamu kalau sudah pegang hp nggak akan sebentar. Apa di di kantor Om Carlos kamu begini juga?" tanya Juan dengan tatapan curiga.Ralin mengge