Setelah acara berakhir, Bella mabuk berat. Dia meraih tangan Kayla sambil berpesan. "Kay, kamu harus bahagia. Kalau Theo nggak baik padamu, beri tahu aku, aku akan membantumu menghajarnya."Kayla menjawab dengan sabar, "Oke.""Bukannya kita sudah sepakat nggak akan balikan dengan mantan? Kenapa kamu jatuh ke perangkap yang sama lagi?" Mengingat penderitaan yang pernah dilalui Kayla, Bella pun terus mengoceh.Melihat Bella terus berbicara dan mengungkit masa lalu, Darius buru-buru menarik Bella ke dalam pelukannya sambil berkata, "Dia mabuk, aku akan membawanya pulang beristirahat dulu."Efek alkohol baru saja bekerja, Bella pun mulai emosional. Mendengar ada yang mengatakan dirinya mabuk, perhatian Bella langsung teralihkan. Dia menatap Darius dengan galak sambil berseru, "Aku nggak mabuk, bagaimana bisa kamu bilang aku mabuk? Aku masih bisa minum sebotol anggur putih, kalau nggak percaya, sini kubuktikan."Darius tahu berdebat dengan orang yang sedang mabuk hanya akan merugikan diri s
Darius mendudukkan Bella di atas wastafel agar lebih leluasa bertindak. Kemudian, Darius mengoleskan cairan pembersih di wajahnya. Meskipun tidak nyaman, dia tidak berani bersuara. Dia takut begitu dia membuka mulut, Darius akan menuangkan cairan pembersih wajah ke dalam mulutnya.Ketika Darius berbalik untuk mengambil handuk, Bella menemukan kesempatan untuk berbicara. "Darius, sebenarnya kamu tahu cara menghapus riasan, nggak? Harus dibilas dengan air hangat dulu agar kotoran terangkat."Darius mendengus dingin sambil mengeluh, "Banyak sekali permintaanmu, bagaimana caranya?""Cukup gunakan air hangat ...." Bella mengajari Darius cara menghapus riasan dan menambahkan beberapa istilah rumit yang sulit dimengerti. "Pelajari dengan baik. Kalau nggak, kelak nggak akan ada wanita yang bersedia menikah denganmu.""Hmph ...." Dia hanya tahu bahwa menikah perlu menyediakan uang, mahar, mobil dan rumah, tidak pernah mendengar bahwa pria juga harus mempelajari cara menghapus riasan. "Belajar d
Keesokan harinya.Ketika Kayla bangun, hari sudah menjelang siang. Langit di luar sangat cerah dan matahari pun bersinar terik. Sekujur tubuhnya pegal sehingga membuatnya malas bangkit dari kasur.Entah kapan Theo bangun. Saat ini, Theo sudah tidak berada di dalam kamar. Dia meregangkan pinggangnya dengan berguling-guling di atas kasur."Tuk, tuk."Terdengar suara ketukan pindah yang diiringi dengan suara pelan seorang pembantu. "Nyonya Kayla, seorang Nona bernama Bella datang mencarimu. Sekarang, dia sedang menunggumu di ruang tamu lantai bawah."Pembantu yang diutus oleh Evi untuk mendekorasi kamar pernikahan belum meninggalkan Vila Aeris.Mendengar Bella datang, Kayla segera bangun untuk memakai pakaian. "Di mana Theo?""Tuan Muda berada di bawah."Setelah selesai mandi dan turun ke bawah, Kayla langsung melihat Bella sedang duduk di sofa. Setelah berjalan mendekat, dia baru melihat wajah kusam Bella dengan jelas, bahkan riasan wajah pun tidak dapat menutupi lingkaran hitam di kelop
Bella bertanya, "Theo yang meneleponmu dan memberitahumu bahwa aku berada di sini, 'kan?"Kalau tidak ada yang mengadu, Darius tidak mungkin tahu bahwa dirinya berada di sini. Kayla tidak akan memberi tahu Darius, jadi Theo-lah tersangka utama.Darius mengiakan. "Ya."Bella hampir tidak berani percaya bahwa Darius akan mengaku begitu saja. "Apa Theo tahu bahwa kamu akan mengkhianatinya setelah dia memberitahumu keberadaanku?""Saling menguntungkan, nggak termasuk berkhianat."Theo tidak ingin Bella mengganggu bulan madunya, sedangkan Darius ingin menjemput Bella. Keduanya bekerja sama untuk mencapai tujuan masing-masing.Bella tertegun.Bella memutar bola matanya dan duduk diam. Langit di luar sudah sepenuhnya gelap. Hanya dengan mengandalkan cahaya yang masuk dari koridor, situasi di dalam ruangan tidak terlihat jelas dan mereka pun kesulitan untuk melihat ekspresi satu sama lain.Darius mengangkat alisnya sambil bertanya, "Perlu kubantu pakai celana?"Melihat ekspresinya, Bella terin
Pada bulan Mei, Kayla berpartisipasi dalam sebuah acara. Saat acara tersebut disiarkan, Evi sedang berkumpul dengan teman-teman. Seseorang mengambil remot kontrol untuk mengganti siaran dan kebetulan muncul acara TV yang dibintangi oleh Kayla. "Evi, sini lihat. Bukannya ini menantumu? Dia masuk TV."Evi sedang mengobrol dengan seseorang. Mendengar ucapan ini, perhatiannya segera tertuju pada Kayla yang sedang fokus memperbaiki barang antik di TV. Dia berkata dengan bangga, "Kay memang hebat, nggak semua orang bisa hadir di acara ini."Meskipun dia tidak tahu acara apa yang dibintangi oleh Kayla dan Kayla pun tidak pernah menceritakan hal ini, dia tetap mempunyai cara untuk memuji menantunya.Teman-temannya sudah terbiasa dengan sikapnya ini. Seseorang bertanya sambil tersenyum, "Kayla dan Theo sudah menikah begitu lama, rencananya kapan punya anak?"Evi juga sangat mengkhawatirkan hal ini, tetapi dia hanya memendam kekhawatirannya. Dia tidak ingin membebani mereka."Ya, sudah waktunya
Meskipun obrolan mereka berhenti di sini dan tidak ada yang membicarakannya lagi, Theo mulai mengkhawatirkan kesuburannya dan terus menatap perut Kayla.Seiring berjalannya waktu, Kayla pun menyadari ada yang aneh. "Kamu sangat menginginkan seorang anak?"Theo mengangguk, tetapi juga menggelengkan kepala.Dia bukan mengkhawatirkan soal anak, melainkan soal kesuburannya. Mungkin karena keegoisan yang tertanam dalam diri pria dan pengalaman buruk di masa lalu, dia menjadi lebih sensitif terhadap kata "impoten" dan takut kalau Kayla akan keberatan soal hal ini.Hari-hari yang mencemaskan ini berlangsung selama dua bulan. Pada akhirnya, Theo diam-diam mendaftarkan diri untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pria. Dia pergi ke rumah sakit dengan menggunakan topi dan masker.Setelah melakukan prosedur pengambilan sampel, dia membawa sampel pergi ke ruang pemeriksaan.Dokter sedang sibuk, dia berkata tanpa mengangkat kepala, "Letakkan sampelnya di atas meja, kamu bisa kembali untuk mengambil h
"Sobat, aku juga datang untuk melakukan pemeriksaan. Hasilnya belum keluar, aku agak panik." Setelah berkata demikian, dia mengisyaratkan Theo untuk melihat tangannya yang gemetaran. "Aku hanya ingin memperkuat mentalku dengan melihat beberapa hasil laporan. Biar aku nggak sepanik ini saat giliranku tiba. Kita sama-sama adalah pria, kamu pasti bisa memahami perasaanku."Dia mengulurkan tangan untuk menepuk bahu Theo. Ketika dia ingin merangkul Theo, Theo menghindar. Namun, hal ini tidak membuatnya malu, dia malah mencondongkan badan sambil berbisik, "Hanya wanita yang akan mentertawakanmu dalam hal seperti ini, berbeda halnya dengan pria. Kita itu orang asing, setelah meninggalkan tempat ini, kita nggak saling kenal lagi. Kalau memang bermasalah, kamu bisa menjadikanku sebagai tempat curhat."Dia diam-diam melirik Kayla, dari pakaian, tas hingga sepatu. Bukan hanya mewah, tetapi semuanya juga adalah model terbaru yang hanya bisa didapatkan oleh pelanggan premium. Pada saat pandangannya
Mendengar nama rumah sakit yang familier, Theo pun mengangkat kepala dan melihat logo terang di depan gedung. Dia mengerutkan kening sambil bertanya, "Benar denganku, ada apa?""Pak Theo, maaf. Tadi saat satpam memantau kamera pengawas, dia melihat ada yang terus membuntutimu secara diam-diam. Setelah diperiksa, kami baru tahu bahwa sampel pemeriksaanmu ditukar. Apakah Anda punya waktu untuk datang melakukan pemeriksaan lagi?"Theo bertanya, "Sampelku ditukar?""Maaf, Pak Theo, ini adalah kelalaian rumah sakit kami. Kami akan membayar ganti rugi sebanyak tiga kali lipat dan nggak akan memungut biaya pemeriksaan ulang. Kalau ke depannya Anda perlu melakukan pengobatan, kami juga akan menggratiskan seluruh biayanya. Kalau Anda menginginkan kompensasi, ajukan saja. Untung hal ini segera diketahui sehingga nggak menimbulkan konsekuensi yang terlalu serius."Mendengarnya mencoba untuk melemparkan tanggung jawab, Theo hanya menjawab sambil tersenyum dingin, "Nggak usah, akan ada pengacara ya