Bella bertanya, "Theo yang meneleponmu dan memberitahumu bahwa aku berada di sini, 'kan?"Kalau tidak ada yang mengadu, Darius tidak mungkin tahu bahwa dirinya berada di sini. Kayla tidak akan memberi tahu Darius, jadi Theo-lah tersangka utama.Darius mengiakan. "Ya."Bella hampir tidak berani percaya bahwa Darius akan mengaku begitu saja. "Apa Theo tahu bahwa kamu akan mengkhianatinya setelah dia memberitahumu keberadaanku?""Saling menguntungkan, nggak termasuk berkhianat."Theo tidak ingin Bella mengganggu bulan madunya, sedangkan Darius ingin menjemput Bella. Keduanya bekerja sama untuk mencapai tujuan masing-masing.Bella tertegun.Bella memutar bola matanya dan duduk diam. Langit di luar sudah sepenuhnya gelap. Hanya dengan mengandalkan cahaya yang masuk dari koridor, situasi di dalam ruangan tidak terlihat jelas dan mereka pun kesulitan untuk melihat ekspresi satu sama lain.Darius mengangkat alisnya sambil bertanya, "Perlu kubantu pakai celana?"Melihat ekspresinya, Bella terin
Pada bulan Mei, Kayla berpartisipasi dalam sebuah acara. Saat acara tersebut disiarkan, Evi sedang berkumpul dengan teman-teman. Seseorang mengambil remot kontrol untuk mengganti siaran dan kebetulan muncul acara TV yang dibintangi oleh Kayla. "Evi, sini lihat. Bukannya ini menantumu? Dia masuk TV."Evi sedang mengobrol dengan seseorang. Mendengar ucapan ini, perhatiannya segera tertuju pada Kayla yang sedang fokus memperbaiki barang antik di TV. Dia berkata dengan bangga, "Kay memang hebat, nggak semua orang bisa hadir di acara ini."Meskipun dia tidak tahu acara apa yang dibintangi oleh Kayla dan Kayla pun tidak pernah menceritakan hal ini, dia tetap mempunyai cara untuk memuji menantunya.Teman-temannya sudah terbiasa dengan sikapnya ini. Seseorang bertanya sambil tersenyum, "Kayla dan Theo sudah menikah begitu lama, rencananya kapan punya anak?"Evi juga sangat mengkhawatirkan hal ini, tetapi dia hanya memendam kekhawatirannya. Dia tidak ingin membebani mereka."Ya, sudah waktunya
Meskipun obrolan mereka berhenti di sini dan tidak ada yang membicarakannya lagi, Theo mulai mengkhawatirkan kesuburannya dan terus menatap perut Kayla.Seiring berjalannya waktu, Kayla pun menyadari ada yang aneh. "Kamu sangat menginginkan seorang anak?"Theo mengangguk, tetapi juga menggelengkan kepala.Dia bukan mengkhawatirkan soal anak, melainkan soal kesuburannya. Mungkin karena keegoisan yang tertanam dalam diri pria dan pengalaman buruk di masa lalu, dia menjadi lebih sensitif terhadap kata "impoten" dan takut kalau Kayla akan keberatan soal hal ini.Hari-hari yang mencemaskan ini berlangsung selama dua bulan. Pada akhirnya, Theo diam-diam mendaftarkan diri untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pria. Dia pergi ke rumah sakit dengan menggunakan topi dan masker.Setelah melakukan prosedur pengambilan sampel, dia membawa sampel pergi ke ruang pemeriksaan.Dokter sedang sibuk, dia berkata tanpa mengangkat kepala, "Letakkan sampelnya di atas meja, kamu bisa kembali untuk mengambil h
"Sobat, aku juga datang untuk melakukan pemeriksaan. Hasilnya belum keluar, aku agak panik." Setelah berkata demikian, dia mengisyaratkan Theo untuk melihat tangannya yang gemetaran. "Aku hanya ingin memperkuat mentalku dengan melihat beberapa hasil laporan. Biar aku nggak sepanik ini saat giliranku tiba. Kita sama-sama adalah pria, kamu pasti bisa memahami perasaanku."Dia mengulurkan tangan untuk menepuk bahu Theo. Ketika dia ingin merangkul Theo, Theo menghindar. Namun, hal ini tidak membuatnya malu, dia malah mencondongkan badan sambil berbisik, "Hanya wanita yang akan mentertawakanmu dalam hal seperti ini, berbeda halnya dengan pria. Kita itu orang asing, setelah meninggalkan tempat ini, kita nggak saling kenal lagi. Kalau memang bermasalah, kamu bisa menjadikanku sebagai tempat curhat."Dia diam-diam melirik Kayla, dari pakaian, tas hingga sepatu. Bukan hanya mewah, tetapi semuanya juga adalah model terbaru yang hanya bisa didapatkan oleh pelanggan premium. Pada saat pandangannya
Mendengar nama rumah sakit yang familier, Theo pun mengangkat kepala dan melihat logo terang di depan gedung. Dia mengerutkan kening sambil bertanya, "Benar denganku, ada apa?""Pak Theo, maaf. Tadi saat satpam memantau kamera pengawas, dia melihat ada yang terus membuntutimu secara diam-diam. Setelah diperiksa, kami baru tahu bahwa sampel pemeriksaanmu ditukar. Apakah Anda punya waktu untuk datang melakukan pemeriksaan lagi?"Theo bertanya, "Sampelku ditukar?""Maaf, Pak Theo, ini adalah kelalaian rumah sakit kami. Kami akan membayar ganti rugi sebanyak tiga kali lipat dan nggak akan memungut biaya pemeriksaan ulang. Kalau ke depannya Anda perlu melakukan pengobatan, kami juga akan menggratiskan seluruh biayanya. Kalau Anda menginginkan kompensasi, ajukan saja. Untung hal ini segera diketahui sehingga nggak menimbulkan konsekuensi yang terlalu serius."Mendengarnya mencoba untuk melemparkan tanggung jawab, Theo hanya menjawab sambil tersenyum dingin, "Nggak usah, akan ada pengacara ya
Setelah Theo pergi, Kayla meraih ponsel Theo yang berada di atas bantal. Dia ingin menghabiskan waktu dengan menonton video pendek. Tepat ketika dia hendak membuka kunci layar, dia melihat riwayat obrolan Theo dengan Carlos. "Apa kamu mengenal dokter andrologi?"Carlos membalas, "Potong saja. Dengan begitu, kamu bisa hidup tenang."Mungkin karena terlalu marah, Theo tidak menanggapi Carlos.Setengah jam kemudian, Theo naik ke atas untuk memanggil Kayla makan. Dia masih berbaring malas. Theo berdiri di samping kasur sambil menatapnya. "Pergi mandi sana, biar kubantu ambilkan pakaian?"Kayla membenamkan separuh wajahnya ke dalam selimut. "Ya."Theo mengusap kepala Kayla. Ketika dia hendak berbalik, Kayla tiba-tiba bangkit dan memeluk pinggangnya. "Theo, jangan melakukan pemeriksaan lagi. Kita jalani dengan alami saja?"Theo tertegun.Lengan lembut Kayla seperti sepotong besi yang menjepit pinggangnya. Bahkan melalui lapisan kain pun, dia dapat merasakan kehangatan di tubuh Kayla.Tangan
Theo tidak menangis, hanya saja matanya memerah. Matanya yang tertuju pada perut Kayla diselimuti dengan kebahagiaan, dia bahkan ingin mengulurkan tangan untuk menyentuh perut Kayla.Menghadapi tatapan Theo, Kayla merasa kurang nyaman. Dia memanyunkan bibir sambil berkata, "Sekarang masih sekecil kacang hijau, belum bisa berinteraksi denganmu. Ayo pergi, dokter masih menungguku di luar."Kayla mendorong Theo meninggalkan ruangan. Evi sedang menanyakan dokter hal-hal yang perlu diperhatikan selama masa kehamilan, mencakup makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain sebagainya. Dia seolah-olah tidak memiliki pengalaman melahirkan anak.Mengingat gaji bulanan yang tinggi dan bonus akhir tahun yang besar, dokter itu pun menjawab dengan sabar, "Nyonya Kayla bukan mual karena hamil, melainkan karena nggak sarapan dan mabuk perjalanan. Biasanya gejala mual akan muncul di minggu keenam, sedangkan masa menstruasinya baru telat sembilan hari. Untuk saat ini, belum ada gejala kehamilan."Melihat Th
Di sebuah ruangan yang gelap, seorang pria membelai kulit wanita dengan telapak tangannya. Dia membungkukkan badan, lalu perlahan-lahan mengecup kening, mata, bibir, telinga dan sepanjang leher wanita itu."Um ...."Wanita itu mengangkat lehernya dan mencondongkan badan ke arah pria itu. Meskipun jarak mereka sudah cukup dekat, dia masih merasa ada yang kurang dan ingin mendekat ke arah pria itu.Celine membuka matanya dan melihat langit-langit yang terselimuti dengan kegelapan. Pikirannya berhenti pada sensasi nikmat yang dia rasakan tadi. Seketika, dia tidak dapat membedakan apakah itu adalah mimpi atau kenyataan.Sekitar pukul 4 atau 5 subuh, suasana di dalam ruangan sangat sunyi. Angin yang berembus membuat gorden putih di balik jendela berguncang pelan.Dia menoleh ke arah Carlos yang berada di sampingnya, lalu naik ke atas badan Carlos dan mulai menundukkan kepala untuk membuka kancing piama Carlos.Carlos terbangun, tetapi kesadarannya belum pulih. Matanya yang setengah terbuka