Share

65. Curiga

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-28 00:20:38

"Tolong, selamatkan istri saya! Suhu tubuhnya sangat dingin." Nathan berseru panik saat mencapai ruang IGD.

Perawat yang berjaga bergerak cepat menolong, membawa brankar untuk meletakkan tubuh pasien. Mereka segera membawa Mia ke dalam ruang perawatan intensif.

Nathan mengikuti mereka, tetapi seorang perawat menghalangi jalannya. "Pak, mohon tunggu di luar."

Nathan terpaku dengan tubuh gemetar dan napas memburu. Matanya tak lepas memandangi pintu ruang perawatan yang tertutup rapat. Dalam hatinya terus-terusan berdoa agar Mia selamat.

Di dalam ruang perawatan, para perawat dan dokter bekerja cepat. Mereka memasangkan selimut termal di atas tubuh Mia yang pucat, berusaha menghangatkannya. Dokter segera memasang infus dan monitor untuk memantau tanda-tanda vitalnya.

"Suhu tubuhnya sangat rendah, kita harus cepat," kata dokter dengan suara tegas.

Para perawat dengan cekatan memasangkan alat bantu pernapasan pada Mia, memastikan oksigen masuk ke tubuhnya dengan baik. Mereka juga mempers
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Adistha
Sungguh Aku membenci mu Nathan.. Dasar brengsek kmu tu.. Mia lapor kepolisi dong..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   66. Visum

    Dokter Joshua memasuki ruang perawatan dengan langkahnya yang tenang, ditemani oleh seorang perawat yang membawa catatan medis. Dia menghampiri tempat tidur pasien dan memperkenalkan dirinya dengan suara yang lembut namun profesional. “Bu Mia, saya Dokter Joshua yang bertanggung jawab merawat dan melakukan pengawasan terhadap kondisi Ibu saat ini.”Mia yang terbaring lemah di ranjang perawatan menatap dokter tampan berwajah oriental itu dengan mata sayu. Bibirnya bergetar, tetapi tidak ada kata yang keluar.“Bagaimana perasaan Anda saat ini, Bu Mia?” tanya Dokter Joshua sambil memeriksa tanda-tanda vitalnya. Ia memastikan tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh Mia dalam kondisi stabil. Perawat di sebelahnya mencatat setiap informasi dengan teliti.Air mata Mia kembali mengalir di pipinya. Dokter Joshua menghela napas pelan, lalu melanjutkan dengan suara yang penuh empati. “Bu Mia, saya mengerti Ibu baru saja melalui hal berat. Tapi, saya perlu tahu apa yang terjadi sebelum Anda d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   67. Traktiran Makan Siang

    Studio sudah siap untuk proses syuting iklan jamu. Lampu-lampu besar menyala, menerangi set yang telah disiapkan dengan cermat, didesain menyerupai ruang tamu modern. Max telah siap dengan pakaian kasual sehari-hari. Wajah tampannya yang sudah dipoles dengan make-up ringan membuatnya terlihat segar dan menawan. Para kru iklan bergegas di sekitar set, memastikan setiap detail berada di tempatnya.“Baik, Max. Kita mulai dengan beberapa foto di sini. Cobalah untuk terlihat santai dan alami, oke?” kata fotografer sambil mengarahkan Max ke posisi yang telah ditentukan.“Oke.” Max mengangguk dengan senyum menawan. Ia berdiri, memandang ke arah kamera dengan ekspresi rileks.“Bagus sekali. Angkat botolnya... ya, seperti itu. Sempurna. Tahan sebentar,” kata fotografer, bunyi jepretan kamera terdengar berulang kali."Wah, tampangnya memang tidak ada matinya. Dari sudut mana saja tetap keren," sahut asisten fotografer kagum.“Memang, kita beruntung sekali punya Max, meskipun cuma diberi sediki

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   68. Rumor

    Dessy tertawa melihat mata Max memerah dan berair karena tak tahan pedas usai menyantap beberapa sendok nasi padang yang ia bawakan. "Dessy, astaga… ini pedas sekali!" Dessy dengan cepat mengambilkan sebotol air dingin untuknya. "Ini, minum dulu." Ia tampak begitu perhatian."Terima kasih, Dessy. Padahal enak sekali rasanya, tapi lidahku kalah dengan rasa pedasnya."Dessy tertawa, “Padahal kau sudah hampir delapan tahun menjadi WNI, Max! Tapi lidahmu masih sok bule saja?” godanya sambil memotret Max yang sedang meneguk air dingin dengan kamera ponselnya. Di mata Dessy, pemandangan ini sangat lucu. Max yang gagah di lapangan, kini dibuat menangis oleh nasi padang. “Kenikmatan nasi padang memang tiada tara ya, sampai-sampai membuat seorang Max Julian menangis,” godanya sambil menunjukkan hasil foto itu kepada Max.Max terkekeh pelan melihat ekspresinya sendiri di foto itu.“Kupikir hanya gol bunuh diri yang bisa membuatmu menangis, Max!” ledek Dessy sambil menjulurkan lidahnya. “Ah,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   69. Tidak Peka

    Malam itu, setelah mandi dan bersantai di kamarnya, Max mencari tahu lebih lanjut melalui media sosial, tentang rumor yang ia dengar dari para penggemarnya tadi. “Aku penasaran ada apa sebenarnya,” gumamnya.Biasanya, kesibukan membuatnya jarang melihat-lihat media sosial. Max bukan jenis orang yang selalu update di media sosial dan biasanya hanya membukanya bila merasa perlu saja.Max menerapkan kebiasaan untuk libur bermain media sosial terutama menjelang pertandingan hingga ketika musim pertandingan benar-benar telah selesai, karena ia tidak ingin komentar para netizen mempengaruhi pikiran dan merusak konsentrasinya di lapangan. Namun kali ini, Max sudah dalam kondisi santai sehingga dia merasa tidak apa-apa berselancar di media sosial.Saat membuka Instagram, Max langsung disambut dengan banyak notifikasi. Rasa penasarannya memuncak. Ia mulai melihat-lihat dan terkejut melihat kenyataan yang ada. Rupanya rumor tentang dirinya dengan Dessy sedang ramai diperbincangkan. Foto-foto

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   70. Anak yang Ia Kenal Baik Sejak Kecil

    "Maaf, Pak Nathan, kami tidak bisa memberi izin Bapak masuk. Ini atas permintaan pasien sendiri, beliau tidak ingin ditemui oleh Bapak.”Kilat kemarahan seketika menyambar-nyambar di mata Nathan. Matanya menghunus tajam pada si satpam yang berdiri tenang di hadapannya. "Kamu tidak tahu siapa saya?" Ia melangkah maju, wajahnya merah padam. Satpam itu seorang pria dengan postur tegap, ia tetap berdiri kokoh di tempatnya. "Maaf, Pak. Saya hanya menjalankan tugas,” ucapnya sambil mengangguk sopan.Ia tidak tahu bahwa Nathan adalah pemilik saham di rumah sakit tempatnya bekerja. Namun, ia tahu bahwa pastinya Nathan bukanlah orang biasa. Tak ada orang biasa-biasa saja yang keluarganya dirawat di ruang VIP di rumah sakit dengan kualitas pelayanan premium ini.Rahang Nathan tampak mengeras, tangannya mengepal. "Saya suaminya! Pasien yang akan saya temui ini adalah istri saya sendiri. Saya berhak menemui istri saya kapan pun saya mau!" Namun satpam itu tetap tak bergeming, tetap menghalangi j

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   71. Menjaga Reputasi

    Dokter Setiawan menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri dari guncangan emosional yang dialaminya. Dia tahu, sebagai seorang profesional, dia harus tetap objektif dan bijaksana dalam menghadapi situasi ini. Namun, sulit baginya untuk mengabaikan ikatan emosional yang ada antara dirinya dengan keluarga Wijaya, terutama dengan Nathan yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri.Dengan hati yang berat, Dokter Setiawan memutuskan untuk menghadapi kenyataan ini dengan kepala dingin. Dia harus mencari tahu yang sebenarnya, memahami apa yang telah terjadi, dan membantu menyelesaikan masalah ini dengan cara yang paling bijaksana, meskipun hatinya hancur mengetahui sisi gelap dari seseorang yang ia anggap telah dikenalnya dengan begitu baik.“Nath,” panggil dokter Setiawan dengan sorot prihatin. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam diri Nathan. Meskipun dia tahu bahwa dalam setiap detik yang berjalan bisa membawa potensi perubahan dalam hidup seseorang, namun Dokter Setia

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   72. Sebagai Penerima Tuntutan

    Nathan menatap bangunan mewah kantor hukum “Victor Sitompul & Associates” dengan perasaan cemas dan juga tegang. Sebagai anggota keluarga Wijaya yang sering memegang kendali dalam banyak hal, dia tidak terbiasa berada di posisi sebagai penerima tuntutan. Sial. Mia telah memilih pengacara ternama untuk mengurus perceraian mereka. Victor Sitompul adalah figur yang sudah terkenal di bidang hukum, khususnya dalam menangani kasus-kasus perceraian yang kompleks di kalangan selebriti dan orang-orang kaya. Nathan tahu betul reputasi dan keberhasilan yang sering melekat pada nama Victor Sitompul. Sekarang, dia malah harus berhadapan dengannya. Saat Nathan melangkahkan kakinya masuk ke dalam lobby yang elegan, suasana ruangan terasa tenang namun terasa berat. Meja resepsionis yang terbuat dari kaca, berkilau oleh pantulan lampu, di atasnya terpajang nama besar "Victor Sitompul & Associates". Setelah beberapa saat menunggu, seorang sekretaris mendekatinya dengan senyuman profesional. "Selama

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   73. Kamu yang Selalu di Hatinya

    "Jika bukan karena kebijaksanaan dan belas kasih Ibu Mia, sekarang Anda mungkin sudah berurusan dengan polisi, Pak Nathan" tambah Victor, tatapannya masih tajam dan tidak kenal ampun. Nathan merasa frustrasi dan ketidaknyamanan yang mendalam karena sikap sinis dan menantang dari Victor. Namun, dia tahu bahwa dia tidak berada dalam posisi untuk membantah. Victor melanjutkan dengan nada yang lebih dingin, matanya menatap langsung ke dalam mata Nathan, seolah mencoba menelanjangi jiwa pria itu."Jangan salah sangka, Pak Nathan. Klien kami tidak melakukan ini demi Anda. Dia melakukannya demi putranya, Rival. Klien kami tidak ingin putranya tumbuh dalam bayang-bayang skandal yang bisa membebaninya secara psikologis kelak.”Nathan merasakan hatinya semakin berat dengan setiap kata yang keluar dari mulut Victor. Ia tahu bahwa meskipun Mia berusaha menjaga reputasinya, hal itu bukan karena dia masih mencintainya, melainkan demi melindungi apa yang tersisa dari kehidupan mereka yang hancur."

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30

Bab terbaru

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   EPILOG

    Di lobi gedung rumah sakit elit di jantung kota Jakarta, sebuah sedan Rolls Royce hitam berhenti dengan anggun, memancarkan aura kemewahan yang nyata di antara deretan mobil mewah lainnya yang sedang memasuki halaman rumah sakit tersebut.Pintu mobil sedan mewah itu terbuka, menampilkan seorang pria tampan berwajah oriental yang melangkah keluar dengan aura kecerdasan dan percaya diri. Berbalut sepatu kulit hitam mengkilap, kaki pria itu menapak lantai lobi dengan ketegasan seorang pemimpin sejati. Setelan jas hitam yang dikenakannya begitu pas membingkai tubuhnya yang tinggi dan atletis, menambah kesan elegan dan berwibawa yang kini melekat erat pada diri pria berusia 40 tahun itu.“Silakan, Tuan Valen,” sapa asistennya sambil membukakan pintu mobil, memberikan anggukan hormat pada CEO “Bintang Hospital Group” yang baru saja tiba.Aura Dokter Joshua Valen kini begitu berbeda, mencerminkan transformasi yang telah ia lalui dalam beberapa tahun ini. Sejak ditinggalkan oleh Mia, Valen me

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   153. Damai Bersamamu (Tamat)

    Max dan Mia memulai babak baru dalam kehidupan mereka di Lake District, Inggris, sebuah tempat yang menawarkan ketenangan dan keindahan alam yang kontras dengan kehidupan kota yang sibuk. Keputusan mereka untuk menetap di kawasan ini adalah bagian dari keinginan mereka untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan baru mereka bersama.Rumah mereka, sebuah cottage yang terletak di tepi danau, dikelilingi oleh hutan hijau dan pegunungan yang menjulang, memberikan latar belakang yang sempurna untuk melanjutkan kehidupan mereka. Setiap pagi, mereka disambut oleh pemandangan matahari terbit yang memukau dan suara lembut angin yang berdesir di antara pepohonan. Ini adalah tempat di mana Mia dan Max dapat menghindar dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari dan benar-benar fokus pada kebersamaan mereka.Max, sebagai pemain sepak bola profesional, berhasil menjalani karier yang cemerlang di Inggris bersama Lakeside City, klub sepak bola yang kini terdaftar dalam EPL (English Premi

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   152. Bukan Akhir Kisah Cintaku

    Di sebuah rumah sakit, Valen duduk di ruang tunggu keluarga pasien, menantikan Mia yang sedang menjalani operasi darurat dan harus dikuret karena mengalami keguguran. Valen masih mengenakan kemejanya yang bersimbah darah—darah Mia. Asistennya mencoba membujuknya untuk mengganti pakaian. Namun, Valen menggelengkan kepala, menolak tawaran itu. Gelengan itu membuat asistennya mundur, memberikan ruang bagi Valen yang masih terlihat kalut dan terpukul oleh peristiwa tragis yang menimpa Mia.Di depannya, Max yang juga sedang tegang menantikan Mia, ia mengamati semua gerak-gerik Dokter Joshua yang semakin jelas di matanya. “Kamu jatuh cinta pada Mia kan, Dok?”Tanpa ragu, Valen mengangguk. “Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali kami bertemu, di ruang IGD itu. Kupikir saat itu aku hanya merasa iba kepadanya, tapi ternyata tidak… itu bukan hanya rasa iba ataupun sekadar simpati. Aku selalu ingin bersamanya sejak saat itu. Ingin melindunginya, ingin memastikan bahwa dia selalu baik-baik

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   151. Di Ujung Kehidupan

    Gavin menginjak gas mobilnya lebih dalam, melesat keluar dari basement dengan kecepatan yang mencerminkan kepanikan dalam dirinya. Jantungnya berpacu, diliputi oleh ketakutan dan penyesalan yang menghantui setiap pikiran.“Maafkan aku, Valen. Maafkan aku…!” suaranya nyaris tak terdengar, tercekik oleh emosi yang bergolak. Bibirnya gemetar, dan air mata mulai membanjiri pandangannya.Tangis Gavin pecah, mengalir deras seperti sungai yang tak terbendung. Hatinya terasa remuk, diremas oleh kepedihan yang tak tertahankan saat bayangan Valen melintas di benaknya. Bagaimana kondisi pria yang dicintainya itu sekarang?Pikiran itu mencabik-cabik ketenangannya. Ketakutan menyeruak, menggerogoti setiap sudut batinnya. Bagaimana jika Valen… mati? Atau lebih buruk, bagaimana jika Valen cacat permanen akibat keputusan impulsif yang baru saja ia buat?“Tidak…! Tidak!” Gavin memukul-mukul setir mobil dengan frustrasi.Penyesalannya datang terlambat, menghempaskan Gavin ke dalam jurang keputusasaan.

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   150. Jangan Ambil Dia

    Di dalam basement, area parkir sebuah apartemen, tatapan Gavin tak lepas dari mobil yang terletak beberapa meter di depannya. Mobil itu seolah menjadi simbol dari seseorang yang diam-diam telah menjadi pusat dunianya—Dokter Joshua Valen. Hati Gavin bergejolak dengan perasaan yang tak pernah ia ungkapkan kepada siapa pun, kecuali kepada pemilik mobil itu sendiri.Joshua Valen, sang dokter yang tampan dan baik hati, adalah sosok yang telah membuat Gavin merasakan ketenangan yang tak pernah ia dapati dari orang lain. Setiap kali berada di dekat Valen, Gavin merasa damai, seolah semua beban hidupnya menghilang dalam sekejap. Kekaguman Gavin terhadap Valen melampaui batas-batas yang wajar, melebihi rasa kagum seorang pasien biasa kepada dokternya. Gavin telah jatuh cinta—perasaan yang ia tahu salah, namun tak bisa ia kendalikan.Gavin masih mengingat dengan jelas hari ketika ia akhirnya memberanikan diri mengungkapkan perasaannya kepada Valen. Detik-detik itu penuh ketegangan baginya, n

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   149. Memperbaiki Keadaan

    “Michella, kamu sekarang bisa mencairkan nilai pokok investasi milik Mia, lakukan segera.” Nathan menyampaikan instruksi itu lewat telepon. Michella terkejut mendengar permintaan Nathan. Padahal sebelumnya, Nathan kerap memberinya ancaman yang mengerikan bila ia sampai memberikan bantuan keuangan pada Mia, apalagi sampai mengembalikan nilai pokok investasi yang sudah sering diminta oleh Mia.Namun, tanpa banyak tanya lagi—khawatir Nathan berubah pikiran, Michella segera mentransfer uang itu pada Mia. Membuat Mia menangis lega saat ia menyampaikan kabar baik itu.“Maaf, aku baru bisa mengembalikan uang investasimu sekarang, Mia.” Michella berkata dengan hati yang diliputi rasa bersalah.“Tidak apa-apa, Michella…, yang penting sekarang bisnismu sudah stabil, kan?” ucap Mia begitu tulus.Michella diam-diam merasa bersalah dalam hatinya karena sebenarnya bisnisnya baik-baik saja selama ini. Tetapi ia tak berkutik dan tunduk pada perintah Nathan karena ancaman-ancamannya terhadap bisnis M

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   148. Mari Bekerja Sama Secara Profesional

    “Bisa-bisanya kamu menciptakan kiamat untuk kariermu sendiri, Max!” Brama mengomel dengan nada yang semakin meninggi saat menemuinya di hotel usai pertandingan malam itu, nadanya penuh dengan kekhawatiran. Dia membayangkan dampak dari tindakan Max yang sembrono ini—reputasi yang hancur, skandal yang meledak, efek domino yang bisa berakibat fatal bagi kariernya. Brama sangat memahami bagaimana dunia olahraga bisa kejam; satu langkah salah bisa menghancurkan segalanya dalam sekejap.Brama menatap Max sambil geleng-geleng kepala, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan gelisah. Kepalanya yang botak berkilau di bawah cahaya lampu. Sementara itu, Max duduk dengan tenang di hadapannya, menyandarkan punggung ke kursi dengan senyum tipis yang tampak santai. Matanya memancarkan keteguhan yang sulit digoyahkan, seolah semua kata-kata Brama hanya angin lalu.Senyuman Max mencerminkan keyakinan dan ketidakpeduliannya terhadap apa kata dunia atas tindakannya. “Mia sudah bercerai dari Nathan, itu

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   147. The Answer is Always "Yes"

    Jeritan cinta yang begitu menggema dari Max seolah merobek kebisingan di stadion, menimbulkan kekagetan di pikiran begitu banyak orang, khususnya Mia. Dia tak pernah membayangkan bahwa Max akan melakukan sesuatu yang begitu nekat, begitu terbuka, di depan puluhan ribu pasang mata.Mia membeku, tubuhnya kaku seperti patung di tengah lautan manusia yang seakan tidak berhenti bergejolak dengan sorak sorai dan tepukan tangan. Dalam diri Mia, perasaan malu, terkejut, dan kebingungan bergulat satu sama lain, membuat tubuhnya gemetar. Jantungnya berdetak cepat, seolah tak bisa mengimbangi kekacauan yang terjadi di dalam pikirannya. Dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian seperti ini.Tatapan Mia yang biasanya lembut kini terpaku lurus ke depan, mencoba menghindari pandangan orang-orang yang kini tertuju padanya. Setiap mata di stadion ini seolah sedang memperhatikannya, menilai, dan mungkin bahkan menghakiminya. Tangannya yang dingin berusaha mencari pegangan, dan tanpa sadar, ia mengge

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   146. I Love You So Much

    Max bersama para pemain lainnya berjalan menuju tepi lapangan, wajahnya berseri-seri dengan senyum hangat menghiasi bibirnya. Tangannya terangkat, melambai ke arah suporter yang memenuhi tribun, seolah ia ingin menyapa setiap orang yang telah memberikan dukungan penuh selama pertandingan. Setiap langkah yang ia ambil terasa penuh dengan kebanggaan, mencerminkan kemenangan yang baru saja mereka raih.Sesampainya di tepi lapangan, Max sedikit membungkukkan badannya sebagai penghormatan tulus kepada para suporter. “Terima kasih!” teriaknya kemudian, sambil kembali melambaikan tangannya.Aksinya diikuti oleh rekan-rekan timnas yang lain. Seketika sikap rendah hati para pemain itu memicu gelombang tepuk tangan yang riuh dari tribun. Sorak-sorai membahana, mengapresiasi sikap hormat yang ditunjukkan oleh Max dan para pemain timnas.Langkah Max dan timnya terhenti tepat di depan tribun Selatan. Di sana, lautan suporter dengan kostum hitam—warna khas Ultras Garuda, mendominasi pemandangan. N

DMCA.com Protection Status