Setelah laporan tes DNA keluar, Jihan membawa Wina kembali ke kediaman Keluarga Lionel.Killian sedang duduk di ruang tamu, membuat teh. Ketika dia melihat dua orang datang sambil berpegangan tangan, wajahnya menjadi gelap dan cangkir teh di tangannya terlempar ke atas meja."Berani juga kamu."Killian sedang berbicara tentang Wina. Dia menatap orang tua itu dan tidak berkata apa-apa. Jihan membawanya langsung ke orang tua itu dan melemparkan laporan itu kepadanya."Lihat sendiri."Sikap Jihan terhadap Killian selalu dingin dan acuh tak acuh dan Killian sudah terbiasa dengan hal itu. Dia berpaling dari Wina dengan jijik dan mengambil laporan itu.Ketika dia melihat hasil yang ditampilkan di atas, ekspresi muram Killian jelas sedikit melunak, tetapi itu hanya sesaat sebelum dia diambil alih oleh kecurigaan.Mungkinkah itu laporan palsu?Setelah membaliknya beberapa kali, Killian melemparkannya kembali ke atas meja dan menatap Jihan, "Rumah sakit itu milikmu, jadi tidak sulit membiarkan
Senang?Ekspresi Jihan langsung tampak begitu suram. "Jangan kasih tahu siapa-siapa soal identitasku."Membayangkan Jodie sebagai adik sepupunya saja sudah membuat Jihan bergidik!Wina memiringkan kepalanya menatap Jihan yang terlihat tidak rela itu, lalu sengaja menjahilinya, "Oke, Kakak Sepupu, aku rahasiakan."Jihan, yang sedang mengemudikan mobil, tidak bereaksi sejenak, berbelok di tikungan, lalu menoleh untuk melihat ke arah Wina, "Kamu baru saja memanggilku apa?"Wina meletakkan satu tangannya di tepi jendela mobil dan berkata sambil setengah tersenyum, "Kakak Sepupu. Kenapa?""Kenapa kamu memanggilku begitu?" tanya Jihan kebingungan.Wina tersenyum dan berkata, "Sebelum kita melakukan tes DNA, bukannya kamu mengira aku adalah adik sepupumu? 'Kan nggak salah kalau aku memanggilmu kakak sepupu ...."Jihan pun terdiam.Wina pun mendekat dengan ekspresi yang terkesan agak sombong. "Kakak Sepupu, kayaknya standar etikamu jelek banget deh. Gimana kalau kuajari?"Melihat paras wanita
Di Kafe Ursanus. Mobil Jodie tersembunyi dalam kegelapan.Jordan tiba di kafe lebih awal dan duduk di dekat jendela sambil menyeruput kopi dan menunggu Wina.Sekitar pukul 20.00, Wina melangkah turun dari mobil. Jodie mengangkat alisnya menatap Wina yang mengenakan gaun berwarna kuning.Padahal dia baru bertemu sekali dengan Wina, tetapi kenapa dia ingat betul rupa Wina? Apa jangan-jangan penyakit tidak bisa mengenali wajah orang yang dia derita perlahan-lahan sembuh sendiri?Dia memalingkan pandangannya dan menatap pengawal yang duduk di sebelahnya. Wajah pengawal itu tampak buram. "Kamu siapa?"Pengawal yang sudah tiga tahun bersama Jodie itu pun menoleh dengan pasrah. "Namaku Desta, Tuan Muda ...."Jodie memelototinya. "Aku nggak bisa mengenali mukamu, aku bahkan nggak ingat mukamu kayak gimana ...."Desta yang jelas-jelas memiliki hidung dan mata itu pun terdiam.Jodie menengadah menatap mobil mewah yang besar itu. Setelah Wina keluar, sesosok tubuh yang tinggi dan tegak juga kelua
Jihan yang "mengesalkan" itu sedikit memiringkan kepalanya, sorot tatapannya tampak dingin sekaligus penuh dengan amarah.Jordan menatap Jihan dan refleks menelan ludah. Aneh. Sebelum ini, dia sama sekali tidak merasa takut saat melihat Jihan.Kenapa sekarang dia mendadak merasa takut? Rasa takutnya sama seperti saat Jodie sedang tidak bisa mengendalikan amarahnya ....Jordan yang tidak mengerti pun menggaruk bagian belakang kepalanya dan mengganti topik pembicaraan, "Uhm .... Kak, waktu Kakak memintaku untuk bertemu, apa itu karena Kakak setuju kembali ke Britton bersamaku demi bertemu terakhir kalinya dengan bibi pertamaku?"Wina menggelengkan kepalanya dan menjelaskan tujuannya, "Aku mengajakmu bertemu karena mau minta sehelai rambutmu ...."Jordan sontak kebingungan. "Kalau Kakak pinjam uang, aku pasti akan mikir pernikahan Kakak nggak bahagia. Tapi, kenapa Kakak malah meminta rambutku?"Kalimat sebelumnya merupakan sindiran terhadap Jihan. Wina merasa Jordan berani sekali memperta
Jihan menatap Jodie yang tampak terburu-buru itu dengan tenang. "Buat apa juga kamu memintaku keluar?"Jodie benci sekali dengan pembawaan Jihan yang arogan dan sombong, tetapi dia menggertakkan gigi dan menahan diri. "Ya tentu saja karena ada hubungannya denganmu! Kalau nggak, ngapain juga aku ke sini!"Jihan mendengus, "Tuan Muda Jodie, seingatku, hubungan kita nggak akur. Kalau memang urusan mendesakmu itu ada hubungannya denganku, masa kamu akan menemuiku dan nggak membiarkanku kenapa-kenapa saja?"Benar juga. Jika sampai Jihan kenapa-kenapa, Jodie pasti akan menjadi orang pertama yang bertepuk tangan. Masalahnya, dia tidak boleh bersikap seperti itu sekarang. "Ya, ya, nggak usah keluar. Pokoknya nanti Jeana akan membawa istrimu dan keponakannya pergi. Aku sudah memperingatkanmu, jadi jangan salahkan aku, ya."Jeana baru-baru ini menemukan seorang pengacara internasional terkenal. Dia baru saja kembali ke Alvinna bersama para bawahannya dan berencana untuk menuntut Wina dalam beber
Firasat Jodie langsung berubah menjadi buruk, jadi dia mengernyit sambil bertanya, "Mau ke mana?"Jihan mengedikkan dagunya ke arah si sopir yang langsung mengunci mobil, lalu mobil Jihan melesat pergi.Desta tidak mungkin bisa mengejarnya, jadi dia menuliskan nomor pelat mobil Jihan. Setelah itu, Desta menghubungi semua pengawal Keluarga Naula untuk sesegera mungkin menemukan Jodie.Desta merasa inilah kesempatannya, jadi dia menyamar sebagai penculik dan bergegas masuk ke kafe bersama sekelompok orang sambil membawa dua buah karung.Dia pikir lebih baik menculik Wina dulu, baru nanti menyelamatkan Jodie. Namun ....Desta pikir dia bisa menculik Wina dan Jordan dengan mudah, tetapi ternyata Jihan sudah menugaskan seseorang yang sangat ahli di sini.Alta adalah anggota Organisasi Shallon yang paling terampil. Bahkan Zeno tidak bisa mengalahkannya. Itu sebabnya dia bisa melumpuhkan pengawal seperti Desta dengan mudahnya.Desta menatap rekan-rekannya yang terkapar di atas lantai sambil m
Wina mengira rencana ini dibuat oleh Jodie dan Jordan, tetapi saat tadi melihat Jordan merekam perkelahian Alta dengan polosnya, Wina menyadari bahwa Jordan tidak tahu apa-apa dan menjadi salah satu target penculikan Jodie juga.Wina pun bertanya dengan lega kepada Jordan, "Kamu tahu cara keluarnya?"Jordan mengedipkan matanya ke Wina dengan riang. "Ikuti aku!"Jordan berbalik dan berjalan menuju area gudang, jadi Wina segera mengikutinya.Ketika melewati salah satu bilik, Jordan menyentuh pisau makan makanan Barat orang lain dengan santai sambil mengambil segelas anggur merah yang baru saja disajikan.Jordan berjalan menuju gudang itu dengan tenang, lalu meminum anggur merah itu dan membuang gelasnya ....Begitu gelas anggur Jordan pecah mengenai lantai, lampu di seluruh kafe tiba-tiba ikut pecah ....Lampunya padam!Sebelum Wina sempat bereaksi, seseorang meraih pergelangan tangannya. Seseorang berujar dengan riang dari atas kepalanya,"Ikut aku, Kak."Jordan menyeret Wina menghindar
Jodie menunduk menatap ujung belati yang tajam di lehernya dan tersenyum."Oh, kamu mau tahu?"Senyuman Jodie penuh dengan provokasi seolah-olah dia tahu Jihan tidak akan melakukan apa pun padanya."Aku nggak mau kasih tahu."Jihan yang memegang pisau itu pun mengangkat alisnya menatap Jodie. Ekspresinya yang semula tampak datar itu perlahan-lahan menjadi dingin."Kamu nggak usah memberitahuku."Sambil bicara, Jihan sambil mengarahkan pisaunya ke dada Jodie. Jantung Jodie sontak berdebar, ujung pisau Jihan mengarah secara akurat ke jantungnya."Sebagai gantinya, jantungmu akan terkoyak."Jodie tahu betul adegan berdarah macam apa yang akan terjadi jika Jihan menyerangnya, jadi dia tidak takut sama sekali."Silakan saja kalau kamu nggak mau tiga generasi berikutnya menjadi seperti Keluarga Dinsa"Jodie adalah pemimpin Keluarga Naula. Jika Jihan membunuhnya, maka seluruh Keluarga Naula akan menjadi seperti Keluarga Dinsa dan menyimpan dendam terhadap Keluarga Lionel selama beberapa gener