Jodie menunduk menatap ujung belati yang tajam di lehernya dan tersenyum."Oh, kamu mau tahu?"Senyuman Jodie penuh dengan provokasi seolah-olah dia tahu Jihan tidak akan melakukan apa pun padanya."Aku nggak mau kasih tahu."Jihan yang memegang pisau itu pun mengangkat alisnya menatap Jodie. Ekspresinya yang semula tampak datar itu perlahan-lahan menjadi dingin."Kamu nggak usah memberitahuku."Sambil bicara, Jihan sambil mengarahkan pisaunya ke dada Jodie. Jantung Jodie sontak berdebar, ujung pisau Jihan mengarah secara akurat ke jantungnya."Sebagai gantinya, jantungmu akan terkoyak."Jodie tahu betul adegan berdarah macam apa yang akan terjadi jika Jihan menyerangnya, jadi dia tidak takut sama sekali."Silakan saja kalau kamu nggak mau tiga generasi berikutnya menjadi seperti Keluarga Dinsa"Jodie adalah pemimpin Keluarga Naula. Jika Jihan membunuhnya, maka seluruh Keluarga Naula akan menjadi seperti Keluarga Dinsa dan menyimpan dendam terhadap Keluarga Lionel selama beberapa gener
Jodie menahan bau darah yang memenuhi mulutnya dan menggertakkan gigi untuk membantah Jihan, "Jelas-jelas ibu Wina-lah yang menghalalkan segala cara untuk menjadi tunangan ayahku! Sejak kecil, ayahku hanya mencintai ibuku dan nggak pernah berniat menikahi bibiku!"Ternyata demi menciptakan pernikahan yang terkesan penuh cinta, orang tua Jodie sampai mengkambinghitamkan Veransa. Benar-benar tipuan yang bagus. Pantas saja anak yang mereka besarkan begitu "polos" ....Jihan terlalu malas untuk berdebat dengan Jodie tentang hal ini, jadi dia hanya berkata dengan dingin, "Sana cari tahu sendiri rahasia tentang Keluarga Dinsa."Apa maksud Jihan adalah Jodie dibohongi orang tuanya sendiri?Tidak mungkin. Orangtua Jodie sangat menyayanginya, mereka tidak membohonginya.Namun, Jihan malah mengatakan bahwa ibunyalah yang mengambil tunangan bibinya dengan tipu muslihat!Jihan menatap Jodie yang kebingungan, dengan dingin. "Kamu mungkin masih bisa bertahan selama 20 menit. Kalau kamu memberitahuku
Jihan menutup jendela mobil, lalu menoleh dan berkata dengan dingin, "Sampai jumpa di bandara jam delapan besok pagi."Sama seperti Jihan, Jodie tidak akan mengkhianati orang yang ingin dia lindungi dan orang yang ingin dilindungi Jodie adalah ibunya. Sekalipun Jodie dibunuh, dia tidak akan memberi tahu alasannya. Bagaimanapun juga, Jihan tidak akan menemukan apa-apa ....Lima bulan lagi, Jihan harus pergi ke Medan Hitam. Jihan tidak tahu bisa bertahan hidup atau tidak, tetapi sebelum dia pergi, dia akan membereskan siapa pun yang tidak disukai Wina secepat mungkin. Jihan baru bisa pergi dengan tenang apabila Wina berada di bawah perlindungan Keluarga Lionel.Saat ini, orang yang paling tidak disukai Wina adalah ibunya Jodie, lalu Jeana yang sukanya merebut Gisel. Setelah membereskan ibu Jodie, target Jihan selanjutnya adalah Jeana.Jodie pikir Jihan tidak akan menyetujui penawarannya, ternyata dia salah. Jodie jadi sedikit terkejut. Apa jangan-jangan Jihan sedang mempermainkannya?Jod
Jodie pun berujar memperingatkan Jordan,"Jangan anggap putri wanita jahat itu sebagai kakakmu. Kalau nggak, kamu pasti akan berujung kecewa."Setelah berkata seperti itu, Jodie menutup telepon.Jordan menurunkan ponselnya dan menatap Wina yang berjalan ke dalam vila sambil berpikir.Benar juga, dia hampir saja melupakan moto hidup Keluarga Dinsa. Bahwa putri Veransa tidak boleh dianggap sebagai kerabat.Namun, dia merasa Wina seribu kali lebih baik daripada Cessa. Jordan ingin sekali memiliki seorang kakak seperti Wina.Jordan jadi merasa agak berkecamuk, jadi dia mengalihkan pandangannya. Dia menyalakan kembali sepeda motornya dan melaju meninggalkan Bundaran Blue Bay ....Mobil Jihan kebetulan melewati sepeda motor Jordan dan keduanya saling memandang ....Jika Jordan masih ada di sini selarut ini, itu berarti dia mengantar Wina pulang ....Pemuda satu ini peduli juga dengan Wina.Jihan melihat melalui kaca spion ke arah sepeda motor yang melaju di jalan pegunungan. Yang ada di piki
Begitu mengangkat telepon itu, Zeno langsung mendahului Jihan bicara, "Halo, Ayah? Ini aku, Zeno! Gimana?Apa penyakit Alzheimer Ayah sudah baikan?"Jihan pun terdiam.Kenapa dia merasa Zeno makin bodoh setelah menyusup ke Keluarga Naula? Alasan yang dibuat Zeno benar-benar buruk, tak ada bedanya dengan Jodie.Jihan menduga ada seseorang di sekitar Zeno, jadi dia bersikap kooperatif dan mengubah suaranya menjadi semirip mungkin dengan suara lelaki tua. "Sudah baikan, tapi masih perlu diperiksa dokter ...."Begitu mendengar suara rendah dari ujung telepon sana, barulah tangan Cessa yang memegang pistol sedikit menjadi lebih rileks. Dia pun mengisyaratkan Zeno untuk terus berbicara.Karena Cessa tidak curiga, Zeno terus berpura-pura bertanya pada Jihan dengan santai. "Kapan Ayah mau ketemu dokter? Sudah bikin janji?"Jihan mengetukkan jemarinya di atas meja kaca sambil menjawab dengan dingin, "Besok ibumu akan membawaku ke Britton untuk menemui dokter. Kalau ada waktu, ajak calon istrimu
Jihan menutup telepon, lalu memandang lampu jalanan di kejauhan sana ....Setelah pergi ke Britton besok, Jodie pasti akan memasang jebakan untuknya.Jika Jihan ingin kabur dengan selamat, itu berarti adik tersayang Jodie adalah kunci pentingnya.Jihan memalingkan pandangannya dan menelepon Lilia lagi, lalu meminta Lilia untuk menyelesaikan tes DNA dari rambut Wina dan Jordan malam ini juga.Lilia awalnya berencana pergi ke klub malam Sara untuk bersantai, tetapi setelah menerima telepon dari Jihan, dia langsung mengurungkan niatnya ....Ketika Reo melihat Lilia menerima dua sampel yang dikirim oleh pengawal, lalu berbalik badan dan memasuki ruang tes, Reo pun berpikir sejenak dan memutuskan untuk mengikuti Lilia.Ketika Lilia mengenakan sarung tangannya, dia mendongak dan melihat Reo yang berdiri di luar pintu karena tidak berani masuk. Lilia merasa sedikit terkejut.Setelah menjelaskan apa yang terjadi hari itu kepada Reo, Lilia terus menghindari Reo. Lilia bersikap dengan sangat teg
Tepat pukul 20.00, Jihan membawa Wina ke bandara. Setelah bertemu dengan Jodie dan Jordan, mereka masing-masing naik pesawat pribadi ke Britton.Zeno memanfaatkan waktu itu. Sekitar pukul 18.00, dia memasukkan obat bius ke dalam sarang burung Cessa dan memberikannya kepada Cessa ....Zeno mengernyit memperhatikan Cessa yang terburu-buru meminum sarang burung itu. Sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing, dia meminta penata rias untuk merias wajahnya dengan cantik.Cessa berdandan dengan saksama demi bertemu dengan "orang tua" Zeno. Jangan-jangan dia memang benar-benar tertarik pada Zeno?Namun, kenapa Cessa selalu memukuli Zeno dan bersikap agresif? Itu jelas membuktikan bahwa Cessa hanya tertarik pada fisik Zeno.Sebelum Cessa jatuh pingsan, dia mengulurkan tangannya ke Zeno. "Zeno, apa yang kamu masukkan ke dalam sarang burungku? Kenapa kamu melakukan ini ...."Belum sempat Cessa mengatakan "kepadaku", dia sudah jatuh tidak sadarkan diri.Zeno menangkap tubuh Cessa yang lemas da
Jordan yang mengikuti di belakang juga ikut dikunci di luar.Dia mengernyit menatap tirai yang diturunkan dari dalam.Dia bisa paham apabila Jodie tidak mengizinkan pengawal Jihan ikut masuk, tetapi kenapa dia juga tidak boleh?Jodie menutup pintu dari dalam dan memasukkan tangannya ke dalam saku, lalu berjalan menghampiri Wina dan Jihan. Sorot tatapannya yang tajam hanya tertuju pada Wina."Adik Sepupu, ayo ikut aku."Senyuman Jodie tidak terlihat jahat, tetapi sorot tatapannya justru tampak mengancam dan berbahaya.Wina jadi merasa gugup, tetapi Jihan yang berada di sampingnya meremas telapak tangannya sebagai isyarat menenangkan.Meskipun para anggota Organisasi Shallon yang menyamar sebagai pengawal itu tidak mengikuti mereka, Wina tetap merasa aman selama Jihan ada di sini bersamanya.Setelah perasaannya tenang kembali, Wina pun menggandeng tangan Jihan dan berjalan mengikuti Jodie melewati sebuah pintu putih menuju kamar rawat yang terletak di paling dalam ....Jodie mendorong bu