Jordan yang mengikuti di belakang juga ikut dikunci di luar.Dia mengernyit menatap tirai yang diturunkan dari dalam.Dia bisa paham apabila Jodie tidak mengizinkan pengawal Jihan ikut masuk, tetapi kenapa dia juga tidak boleh?Jodie menutup pintu dari dalam dan memasukkan tangannya ke dalam saku, lalu berjalan menghampiri Wina dan Jihan. Sorot tatapannya yang tajam hanya tertuju pada Wina."Adik Sepupu, ayo ikut aku."Senyuman Jodie tidak terlihat jahat, tetapi sorot tatapannya justru tampak mengancam dan berbahaya.Wina jadi merasa gugup, tetapi Jihan yang berada di sampingnya meremas telapak tangannya sebagai isyarat menenangkan.Meskipun para anggota Organisasi Shallon yang menyamar sebagai pengawal itu tidak mengikuti mereka, Wina tetap merasa aman selama Jihan ada di sini bersamanya.Setelah perasaannya tenang kembali, Wina pun menggandeng tangan Jihan dan berjalan mengikuti Jodie melewati sebuah pintu putih menuju kamar rawat yang terletak di paling dalam ....Jodie mendorong bu
Wina pun mengangguk mengerti. Dia juga tidak bisa terus-terusan mempermasalahkan ucapan yang sebenarnya masuk akal itu.Karena Wina mengalah, begitu pula dengan Wanda. Dia tidak menyuruh Jihan pergi lagi, melainkan mengangkat tangannya dengan susah payah dan melambaikannya ke arah Wina."Mendekatlah, Verina, Bibi mau lihat wajahmu dengan lebih jelas."Terlepas dari Jodie yang mengunci para pengawal Jihan di luar kamar dan upaya Wanda untuk mengusir Jihan, tetapi gagal itu, Wina masih aman sampai sejauh ini.Wina dan Jihan menjadi agak kebingungan dengan apa yang hendak Wanda lakukan.Mereka saling berpandangan, lalu berjalan ke pinggir ranjang rumah sakit Wanda sambil berpegangan tangan dan duduk di sana.Wanda tidak memedulikan kehadiran Jihan. Tangannya yang terasa kasar dan gemetaran itu mengelus wajah Wina dengan perlahan."Menurutku Vera sudah mirip dengan ibumu, ternyata kamu lebih mirip lagi ...."Wina refleks menoleh saat ujung jari Wanda yang kasar mengelus wajahnya, dia meras
Wanda langsung menyibakkan selimutnya dan memperlihatkan kakinya yang terkulai lemah kepada Wina. "Sebelum ajal menjemput, Bibi ingin bisa berjalan-jalan di bawah sinar matahari, tapi Bibi nggak bisa bergerak karena saat ini kekurangan pasokan darah ...."Wanda terdiam sesaat, lalu melanjutkan sambil menatap Wina dengan ekspresi bersalah, "Waktu ibumu datang meminjam uang kepada Bibi, ibumu bilang kalau golongan darah Vera dan kamu sama-sama AB seperti Bibi. Ibumu bilang selama Bibi meminjamkannya uang, dia akan membantu Bibi apabila suatu hari nanti Bibi membutuhkan donor darah ....""Bibi minta maaf sekali waktu itu Bibi nggak bisa berpikir dengan jernih dan menolak meminjamkan uang kepada ibumu," kata Wanda dengan tulus. Sepertinya, dia tahu permintaannya ini tidak masuk akal, tetapi mau tidak mau dia harus tetap memohon kepada Wina. "Tapi, kalau kamu bersedia, tolong donorkan satu kantong saja buat Bibi, 400 cc juga sudah cukup. Yang penting Bibi bisa berdiri ...."Mungkin ucapan W
"Aku sudah bertemu dengan Jeana, dia bilang kamu juga yang mendukungnya untuk merusak wajah ibuku ..." ujar Wina memancing Wanda.Wajah Wanda langsung menjadi pucat, jantungnya terasa berhenti berdetak selama sepersekian detik. Meskipun begitu, dia menolak mengakuinya. "Nggak, itu nggak benar! Aku cuma bilang kepadanya kalau ibumu lebih cantik dari dia, tapi dia menjadi sangat cemburu hingga kehilangan akal sehat dan berbuat sekeji itu! Dia sendiri yang menyakiti Veransa, tapi berani-beraninya dia mengkambinghitamkan aku!"Wina tidak menyangka kebenarannya akan terungkap dengan semudah ini. "Kalau bukan karena kamu yang bilang begitu kepada Jeana, mana mungkin dia akan cemburu sampai menyiram wajah ibuku dengan air keras?""Bukan begitu! Aku nggak terlibat dalam masalah itu!" bantah Wanda dengan sedikit emosional."Kalau gitu, apa kamu juga nggak bersalah saat kamu menggunakan cara kotor untuk bisa menikahi Reynaldi?" desak Wina lagi."Aku cuma menemaninya di saat dia nggak bisa meneri
"Kok Vera bisa, tapi dia nggak? 'Kan mereka saudara kandung?" tanya Jodie dengan bingung."Begini, Tuan Muda, saudara kandung sekalipun bisa saja saling nggak cocok untuk menjadi pendonor sumsum tulang," ujar si dokter menjelaskan.Jodie melirik Wanda yang terlihat penuh harap, perasaannya sontak menjadi berkecamuk.Sekitar setahun yang lalu, Jodie menemukan sampel darah di bank darah yang cocok dengan gen milik Wanda. Setelah diselidiki, ternyata sampel darah tersebut berasal dari Vera yang disimpan setelah dia menandatangani perjanjian donasi organ.Siapa sangka Vera sudah tiada, tetapi berita kematiannya dirahasiakan oleh Alvin. Bahkan pihak rumah sakit juga tidak tahu. Awalnya mereka sudah putus asa, tetapi kemudian mereka mengetahui bahwa adik perempuan Vera masih hidup. Namun, sekarang dokter bilang bahwa sekalipun Vera dan Wina adalah saudara kandung, ada kemungkinan mereka juga tidak cocok untuk saling mendonorkan sumsum tulang?"Apa kata dokter?" tanya Wanda dengan gelisah. Ra
Wina ikut merasa kaget saat mendengar bahwa sumsum tulangnya tidak cocok dengan Wanda, tetapi dia lebih kaget lagi mendengar Wanda juga mengincar jantungnya. Ini sih sama saja dengan meminta Wina menyerahkan nyawanya.Untung saja genetik mereka tidak cocok. Jika tidak, Wina tidak mungkin bisa duduk di sini menyaksikan Wanda dan Jodie bertengkar memperdebatkan masalah transplantasi untuk Wanda.Karena pertengkaran antara ibu dan anak itu sudah berakhir, Wina pun berkata kepada Jodie, "Kalau sudah nggak ada apa-apa lagi, aku pergi dulu ...."Setelah itu, Wina pun hendak menarik Jihan bangkit berdiri. Namun, Jihan duduk bergeming di sampingnya.Jihan bersandar di kursi dan mengetuk-ngetukkan jemarinya yang ramping di atas lutut secara perlahan, sorot tatapannya yang dingin dan tajam menusuk terarah pada Wanda."Apa kamu pikir bisa mengintimidasiku sehingga kamu memperlakukan istriku dengan sesuka hatimu?"Ekspresi Wanda sontak menjadi kaku. Sorot tatapannya yang merasa sedih karena dunia
"Syarat apa?""Keluarga Naula harus segera menarik bisnis mereka dari pasar Kawasan Siana-Pasoa.""...""Hei, jangan seenaknya kamu!" tegur Jodie dengan kesal."Turuti saja aku kalau kamu masih mau melihat adikmu," cibir Jihan.Setelah itu, Jihan pun mengajak Wina bangkit berdiri. Namun, Jodie menghentikannya. "Apa maksudmu? Jangan bilang kamu menangkap adikku?"Jihan berhenti berjalan dan berbalik badan, lalu menatap Jodie dengan saksama. "Kamu pasti tahu kalau aku nggak pernah maju perang tanpa persiapan."Jodie langsung menyadari bahwa kemungkinan Jihan sudah menduga mereka membutuhkan organ Wina, jadi dia menculik adiknya terlebih dulu. Seandainya mereka melakukan apa pun terhadap Wina, Jihan akan menjadikan adik Jodie sebagai alat tukar.Sekarang, genetik Wina sudah terbukti tidak cocok, jadi Jodie tidak mungkin menahan mereka di sini. Namun, Jihan tidak mau pergi begitu saja. Dia menggunakan adik perempuan Jodie untuk melucuti kekuasaan Jodie sehingga waktunya tidak terbuang perc
Karena Jodie terlihat begitu terkejut, Wanda pun menarik pakaian putranya dengan tangannya yang keriput dan gemetar. "Nak, Ibu ingin bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu, jadi Ibu mau bertahan hidup. Kamu harus membantu Ibu. Ibu bisa melihat neraka saat bermimpi, tempat itu sangat mengerikan dan Ibu nggak mau ke sana ...."Lama sekali Jodie hanya diam menatap Wanda, lalu dia perlahan-lahan melepaskan genggaman ibunya. "Hanya mereka yang jahat yang bakal masuk neraka. Ibu 'kan orang baik, jadi Ibu nggak mungkin masuk neraka ...."Tangan Wanda yang hendak menarik pakaian Jodie lagi pun sontak berhenti bergerak.Memangnya Wanda baik?Tidak.Justru dia sudah banyak berbuat jahat.Dialah yang pertama kali jatuh cinta pada Reynaldi, tetapi Reynaldi menyukai wajah Veransa. Demi bisa menikahi Veransa, Reynaldi sampai berlutut tiga hari tiga malam di depan gerbang rumah Keluarga Naula dan akhirnya diizinkan bertunangan dengan Veransa. Wanda yang terbakar api cemburu pun sengaja mendek