"Kok Vera bisa, tapi dia nggak? 'Kan mereka saudara kandung?" tanya Jodie dengan bingung."Begini, Tuan Muda, saudara kandung sekalipun bisa saja saling nggak cocok untuk menjadi pendonor sumsum tulang," ujar si dokter menjelaskan.Jodie melirik Wanda yang terlihat penuh harap, perasaannya sontak menjadi berkecamuk.Sekitar setahun yang lalu, Jodie menemukan sampel darah di bank darah yang cocok dengan gen milik Wanda. Setelah diselidiki, ternyata sampel darah tersebut berasal dari Vera yang disimpan setelah dia menandatangani perjanjian donasi organ.Siapa sangka Vera sudah tiada, tetapi berita kematiannya dirahasiakan oleh Alvin. Bahkan pihak rumah sakit juga tidak tahu. Awalnya mereka sudah putus asa, tetapi kemudian mereka mengetahui bahwa adik perempuan Vera masih hidup. Namun, sekarang dokter bilang bahwa sekalipun Vera dan Wina adalah saudara kandung, ada kemungkinan mereka juga tidak cocok untuk saling mendonorkan sumsum tulang?"Apa kata dokter?" tanya Wanda dengan gelisah. Ra
Wina ikut merasa kaget saat mendengar bahwa sumsum tulangnya tidak cocok dengan Wanda, tetapi dia lebih kaget lagi mendengar Wanda juga mengincar jantungnya. Ini sih sama saja dengan meminta Wina menyerahkan nyawanya.Untung saja genetik mereka tidak cocok. Jika tidak, Wina tidak mungkin bisa duduk di sini menyaksikan Wanda dan Jodie bertengkar memperdebatkan masalah transplantasi untuk Wanda.Karena pertengkaran antara ibu dan anak itu sudah berakhir, Wina pun berkata kepada Jodie, "Kalau sudah nggak ada apa-apa lagi, aku pergi dulu ...."Setelah itu, Wina pun hendak menarik Jihan bangkit berdiri. Namun, Jihan duduk bergeming di sampingnya.Jihan bersandar di kursi dan mengetuk-ngetukkan jemarinya yang ramping di atas lutut secara perlahan, sorot tatapannya yang dingin dan tajam menusuk terarah pada Wanda."Apa kamu pikir bisa mengintimidasiku sehingga kamu memperlakukan istriku dengan sesuka hatimu?"Ekspresi Wanda sontak menjadi kaku. Sorot tatapannya yang merasa sedih karena dunia
"Syarat apa?""Keluarga Naula harus segera menarik bisnis mereka dari pasar Kawasan Siana-Pasoa.""...""Hei, jangan seenaknya kamu!" tegur Jodie dengan kesal."Turuti saja aku kalau kamu masih mau melihat adikmu," cibir Jihan.Setelah itu, Jihan pun mengajak Wina bangkit berdiri. Namun, Jodie menghentikannya. "Apa maksudmu? Jangan bilang kamu menangkap adikku?"Jihan berhenti berjalan dan berbalik badan, lalu menatap Jodie dengan saksama. "Kamu pasti tahu kalau aku nggak pernah maju perang tanpa persiapan."Jodie langsung menyadari bahwa kemungkinan Jihan sudah menduga mereka membutuhkan organ Wina, jadi dia menculik adiknya terlebih dulu. Seandainya mereka melakukan apa pun terhadap Wina, Jihan akan menjadikan adik Jodie sebagai alat tukar.Sekarang, genetik Wina sudah terbukti tidak cocok, jadi Jodie tidak mungkin menahan mereka di sini. Namun, Jihan tidak mau pergi begitu saja. Dia menggunakan adik perempuan Jodie untuk melucuti kekuasaan Jodie sehingga waktunya tidak terbuang perc
Karena Jodie terlihat begitu terkejut, Wanda pun menarik pakaian putranya dengan tangannya yang keriput dan gemetar. "Nak, Ibu ingin bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu, jadi Ibu mau bertahan hidup. Kamu harus membantu Ibu. Ibu bisa melihat neraka saat bermimpi, tempat itu sangat mengerikan dan Ibu nggak mau ke sana ...."Lama sekali Jodie hanya diam menatap Wanda, lalu dia perlahan-lahan melepaskan genggaman ibunya. "Hanya mereka yang jahat yang bakal masuk neraka. Ibu 'kan orang baik, jadi Ibu nggak mungkin masuk neraka ...."Tangan Wanda yang hendak menarik pakaian Jodie lagi pun sontak berhenti bergerak.Memangnya Wanda baik?Tidak.Justru dia sudah banyak berbuat jahat.Dialah yang pertama kali jatuh cinta pada Reynaldi, tetapi Reynaldi menyukai wajah Veransa. Demi bisa menikahi Veransa, Reynaldi sampai berlutut tiga hari tiga malam di depan gerbang rumah Keluarga Naula dan akhirnya diizinkan bertunangan dengan Veransa. Wanda yang terbakar api cemburu pun sengaja mendek
Begitu melihat Jodie keluar, Jordan bergegas berlari menghampiri."Kak, tadi aku baru saja lihat Kak Wina pergi. Tapi, mukanya kelihatan kesal, jadi aku nggak berani mengajaknya bicara. Apa obrolannya dengan Bibi Wanda nggak berjalan lancar?"Setelah tersadar dari kekecewaannya, Jodie pun mengangkat tangannya hendak menampar Jordan dengan kencang, tetapi Jordan menghindar dengan gesit."Kak! Apa-apaan sih!"Jodie yang gagal menampar Jordan pun menarik tangannya dan mengepalkannya."Jordan, kenapa kamu nggak kasih tahu aku soal Veransa yang bukan merupakan anak Keluarga Dinsa?""Loh, bukannya Veransa memang anggota Keluarga Dinsa?""Kok Kakak bisa tahu dia bukan?" tanya Jordan sambil mengernyit kebingungan.Jodie menatap Jordan yang rambutnya tampak agak menipis itu, lalu berkata dengan dingin, "Hasil tes DNA antara Wina dengan rambutmu itu menyatakan kalau kalian nggak punya hubungan saudara."Jordan sontak menarik napas dalam-dalam. "Ternyata orang yang Kakek dan Nenek bicarakan waktu
Ternyata Jodie tidak terpancing oleh pertanyaannya. Jordan pun terpaksa bercerita dengan jujur."Ayahku bilang kalau anak haram itu hasil perselingkuhan Kakek dengan wanita lain di luar sana. Kakek takut Nenek tahu, jadi Kakek meminta Keluarga Soraya untuk membesarkannya.""Tapi, setelah itu Kakek mau membawa anak haram itu kembali dari Keluarga Soraya, jadi Kakek berbohong kepada Nenek. Kakek bilang anak haram itu punya peruntungan yang bagus. Kalau Kakek mengadopsi anak haram itu dan membesarkannya, kemakmuran Keluarga Dinsa akan tetap terjaga. Itu sebabnya Nenek setuju.""Ternyata anak haram itu adalah selingkuhannya ayahnya Jihan. Kakek diam-diam menambahkannya ke kartu keluarga tanpa memberi tahu Nenek, tapi gara-gara hubungan dengan ayah Jihan itu, anak haram itu dicoret dari kartu keluarga ....""Setelah itu, Nenek tahu juga bagaimana Keluarga Lionel menyiksa anak haram Keluarga Dinsa sampai mati. Nenek juga baru tahu kalau Yuri yang dibesarkan di Keluarga Soraya dan menjadi sau
Jodie benar-benar merasa marah. Dia sampai berpegangan pada dinding dengan wajah yang memerah dan napas yang tersengal-sengal. Jordan pun bertanya dengan hati-hati, "Kak, Kakak nggak apa-apa?"Jodie menengadah menatap tajam ke arah Jordan, "Pergi sana!""Jangan lupa ingatkan tuan mudamu untuk minum obat ...." ujar Jordan mengingatkan Desta sebelum buru-buru kabur.Desta pun mengeluarkan obat yang dia bawa dan mengambil air, lalu menyerahkannya kepada Jodie."Tu ... Tuan Muda, ayo obatnya diminum dulu biar Tuan Muda tenang dulu ...."Jodie berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan amarahnya, lalu mengambil obatnya dan menelannya.Setelah tenang, dia kembali menengadah dan kali ini sorot tatapannya tampak dingin.Dia mengambil ponselnya lagi dari atas lantai, lalu menelepon Killian ....Begitu mendengar penjelasan Jodie, Killian sontak tercengang. "A ... apa? Dia aslinya bukan anggota Keluarga Dinsa?""Kamu ini tuli atau bodoh sih!" maki Jodie dengan tidak sabar. "Nggak paham bahasa man
Zeno menelan ludah dan berjalan menghampiri, lalu berjongkok di depan Cessa dan meminta maaf,"Maaf, aku nggak bermaksud menculikmu."Cessa tidak bisa menjawab apa-apa karena mulutnya disumpal handuk.Namun, Zeno sontak bergidik melihat sorot tatapan Cessa yang penuh dengan kebencian."Aku akan melepaskanmu sekarang, jadi bisakah kamu berhenti menatapku begitu?"Begitu mendengarnya, Cessa pun menurunkan pandangannya agar sorot tatapannya yang penuh dengan kebencian itu tidak terlihat. Dia mengangguk sebagai balasan untuk Zeno, berpura-pura bersikap patuh dan menurut.Zeno baru pertama kali ini melihat Cessa yang tampak menyedihkan. Hatinya pun melembut, jadi dia melangkah maju dan melepas handuk yang menyumpal mulut Cessa.Cessa langsung mengambil napas dalam-dalam. Setelah irama pernapasannya kembali stabil, barulah dia menatap tali yang mengikat tubuhnya dengan dingin."Buka."Zeno mengikuti arah pandangan Cessa ke tali itu, lalu refleks menggelengkan kepalanya."Kalau kubuka, kamu p