Setelah mobil berhenti di Bundaran Blue Bay, Wina menggendong Gisel dan membaringkannya di ruang tamu di lantai pertama. Gadis kecil itu tertidur dengan begitu pulas sampai tidak bisa dibangunkan, jadi Wina membiarkan Gisel tidur.Dia menutupi Gisel dengan selimut, lalu bangkit berdiri dan berjalan ke ruang kerja. Jihan tampak tampan karena sedang fokus memproses cip memori.Wina bersandar di pintu dan menatap Jihan selama beberapa saat, lalu meminta pelayan untuk memanaskan susu. Setelah dipanaskan, Wina mengambil susu itu dan meletakkannya dengan lembut di atas meja."Bagaimana? Berapa lama untuk membuka cip memorinya?"Jihan tampak fokus mengurus cip memori itu."Semalaman kayaknya."Semalaman?Bukankah Jihan selalu pandai melakukan segala sesuatunya?Kenapa membuka cip memori saja memakan waktu semalaman?"Sini, duduk di sebelahku."Di saat Wina masih terkejut, Jihan pun melirik ke sofa di sebelahnya dan mengisyaratkan Wina untuk duduk.Suaminya sudah membantu Wina membongkar kode
Setelah Jefri duduk, dia melihat kode itu dan mulai mengetik dengan cepat di keyboard.Cara dia beroperasi bahkan lebih fokus daripada Jihan.Memang seorang pria itu baru serius saat mengerjakan bidang keahliannya.Wina merasa agak lelah setelah bergadang semalaman, jadi Jihan menyuruhnya untuk tidur dulu. Nanti Jihan akan membangunkannya jika kode cip memori itu sudah terpecahkan.Wina meminta pelayan untuk menyiapkan sarapan bagi Jefri dan Jihan, lalu pergi ke kamar Gisel. Dia memejamkan matanya dan tertidur sambil memeluk Gisel.Meskipun Jefri adalah seorang ahli komputer, tetap saja dia membutuhkan waktu yang lama untuk membuka isi cip memori itu. Jefri menghabiskan sekitar dua jam sebelum akhirnya berhasil."Wah, kakaknya Kak Wina bukan orang sembarangan. Cip ini kayak diberikan kode sembilan lapis. Begitu satu lapis terpecahkan, ada lapis berikutnya. Kira-kira apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?"Jihan berdiri di belakang Jefri sambil melipat kedua tangannya di depan dada d
Jefri sudah selesai menyatukan videonya secara utuh dan mengonversi formatnya, jadi dia menekan tombol spasi.Layar komputer yang gelap pun langsung terlihat lebih terang ....Latar belakang video adalah tepi pantai yang dikelilingi perkampungan nelayan. Lingkungannya sangat asri dan tenang.Setelah menyorot keadaan sekeliling, kamera pun fokus ke arah pantai dan perlahan diperbesar. Ada sesosok tubuh kecil yang membungkuk untuk mengambil kerang."Vera, hati-hati, jangan terlalu dekat dengan laut ...."Tiba-tiba, terdengar suara yang lembut dan anggun dari dalam video. Vera yang masih kecil pun berbalik, menunjukkan wajahnya yang agak mirip dengan Gisel."Jangan khawatir, Bu ...."Ibu?Wina sontak terkejut. Jadi, orang yang merekam video ini adalah ibunya?Jari-jari kaki Wina sedikit melengkung, dia menatap layar komputer dengan gugup sekaligus bersemangat.Setelah Vera yang masih kecil selesai mengambil kerang dan berlari menghampiri, kamera pun beralih ke bayi yang terbaring di buaia
Veransa dalam video itu pun lanjut berbicara,"Waktu Ibu masih kecil, orang tua Ibu nggak begitu menyukai Ibu. Kakek buyut kalian menaruh rasa kasihan pada Ibu, jadi Ibu dibesarkan olehnya.""Mungkin itu sebabnya saat meninggal, kakek buyut kalian mewariskan semua hartanya kepada Ibu. Karena hanya Ibu yang tetap berbakti kepadanya sampai akhir hayatnya.""Ibu sebenarnya nggak menginginkan warisan itu, tapi orang tua Ibu serakah sekali sehingga rela menyakiti Ibu demi mendapatkan warisan itu.""Tapi, Ibu ini orang yang keras kepala. Makin mereka menginginkannya, makin Ibu nggak mau memberikannya. Hubungan kami pun menjadi makin tegang.""Saat itu, Ibu sudah bertunangan dengan seorang pria bernama Reynaldi Naula. Hubungan kami cukup baik dan kami juga saling mencintai, Ibu bahkan mengira akan menikah dengannya.""Tapi ...."Veransa menyentuh wajahnya, matanya yang lembut dipenuhi kesepian dan keputusasaan."Jeana Soraya adalah sahabat Ibu. Ibu nggak tahu kalau dia juga mencintai Reynaldi
Setelah Veransa selesai berbicara, dia menunjuk ke lingkungan sekitar."Di sinilah para nelayan yang baik hati itu menyelamatkan Ibu.""Sudah lama Ibu membawa kalian ke sini. Karena Verina tersedak air dan menderita penyakit jantung bawaan, jadi Ibu terpaksa membawa kalian pergi.""Kehidupan Ibu memang malang, jadi semoga hidup kalian jauh lebih baik daripada hidup Ibu ....""Lalu, satu hal terakhir yang ingin Ibu beri tahu kepada kalian. Tentang siapa ayah kandung kalian.""Namanya Haris Nizari, dia adalah presdir Grup Nizari.""Kalau suatu saat kalian bertemu dengannya, semoga dia nggak pernah mengenali kalian.""Tapi, Ibu juga nggak mau kalian balas dendam kepadanya. Ibu hanya berdoa semoga anak-anak Ibu bisa tumbuh dengan damai dan sehat.""Biarkan orang-orang jahat yang sudah menyakiti Ibu membusuk selamanya dalam ingatan Ibu."Video itu pun berhenti dan berganti dengan video selanjutnya.Jihan yang sudah mengetahui semua ini pun menoleh melirik Wina di sebelahnya.Wina mengepalka
Permintaan maaf Veransa mengakhiri video itu.Kehidupan menyedihkan Veransa berakhir tanpa dendam atau kebencian, dia hanya merasa kasihan pada anak-anaknya.Jihan merasakan sesuatu yang dingin di punggung tangannya. Saat dia menunduk, ada tetesan air mata di sana ....Wina sama sekali tidak mengingat ibunya. Dia menangis karena merasa simpati dengan ketidakberdayaan Veransa.Itu adalah empati sebagai sesama wanita dan juga karena permintaan maaf Veransa yang begitu tidak berdaya.Jari hangat Jihan menyeka air mata Wina. Wajah tampan Jihan pun perlahan terlihat dari balik pandangan Wina yang mengabur."Jangan menangis."Jihan tidak pandai mengucapkan kata-kata penghiburan, tetapi sorot tatapannya juga terlihat sedih.Wina mengangguk kecil. Dia tahu kisah hidupnya ini adalah karena hubungan sebab akibat, tetapi tetap saja Wina merasa sangat pilu.Dia juga tidak peduli dengan dendam kesumat antara Keluarga Dinsa dan Keluarga Lionel. Keluarga Dinsa saja tidak menganggap ibunya sebagai ang
"Kak Jihan, kamu ditelepon sama seseorang bernama Z. Siapa ini? Kenapa pakai kode segala?"Jihan mengambil ponsel itu dengan ekspresi datar, lalu melepaskan genggamannya pada tangan Wina. Dia bangkit berdiri dan berjalan keluar ruang kerja.Karena Jihan terkesan menjawab telepon itu sambil menghindar, Jefri sontak merasa ada yang tidak beres. Dia pun menyodok pakaian Wina dengan pena."Kak Wina, apa Kakak nggak penasaran siapa orang bernama Z itu?"Wina tahu Zeno-lah yang menelepon Jihan, jadi dia balas menggelengkan kepalanya."Ya ampun, Kak Wina lapang dada sekali ...."Jefri tidak tahu soal identitas Jihan yang satu lagi, jadi dia menunjuk Jihan yang berdiri di luar ruang kerja sambil mengernyit mengangkat telepon."Tuh, lihat Kak Jihan. Dia itu 'kan ganteng dan menarik banget. Dia pasti bisa dengan mudah menarik perhatian para cewek di luar sana.""Kayaknya orang yang bernama Z itu cewek cantik deh! Kak Wina harus hati-hati!"Wanita cantik yang Jefri katakan itu sedang melakukan pa
Jihan berasumsi Winata belum mati, tetapi masih ada banyak hal yang tidak masuk akal.Jika berasumsi Winata sudah tewas, Jihan tidak mengerti kenapa orang-orang Medan Hitam rela menyelamatkan Haris.Saat Jihan sedang berpikir, Zeno berbicara lagi."Tuan, orang yang menjaga Winata sebelumnya adalah Tuan Alastor. Karena mereka selalu bersama, apa mungkin Tuan Alastor jadi suka pada Winata?"Maksud Zeno adalah karena Alastor menyukai Winata, jadi dia mengampuni nyawa wanita itu dan bahkan mengkhianati Organisasi Shallon untuk pergi ke Medan Hitam bersama Winata.Namun, Jihan saja baru tahu soal Medan Hitam hanya setelah Tuan Jovan memberitahunya dan mengajaknya menyaksikannya dengan matanya sendiri. Bagaimana Alastor mengetahui soal Medan Hitam?Jihan benar-benar tidak mengerti. Satu-satunya hal yang dia khawatirkan sekarang adalah Alastor dan Winata tahu siapa dia. Keberadaan mereka adalah ancaman terbesar baginya."Zeno, suruh Evan segera mencari tahu apakah Winata sudah mati atau belum