Nomor internasional?Wina dan Jihan saling berpandangan. Ekspresi Jihan berubah menjadi dingin dan dia mengajak Wina kembali ke ruang kerja untuk mengangkat telepon itu."Halo, Nona Wina. Ini adalah panitia penyelenggara Kompetisi Arsitektur Internasional ke-17."Wina pikir Jeana yang meneleponnya untuk meminta Gisel lagi, tetapi ternyata panitia penyelenggara kompetisi. Wina sontak merasa lega."Halo. Ada apa, ya?""Nona Wina, karya Anda yang berjudul "Kantor Pusat Grup Lionel" sudah lolos final. Panitia penyelenggara sudah dengan suara bulat memutuskan untuk menganugerahkan gelar kehormatan kejuaraan tahun ini kepada Anda. Silakan datang ke Aula Pameran Arsitektur Internasional di Kota Ostia besok sore untuk menerima penghargaan dan berpidato."Dia ... memenangkan penghargaan?Wina memandang Jihan dengan tidak percaya.Jihan membangun kembali kantor pusat Grup Lionel untuk memulihkan identitas Wina, sekaligus memungkinkan Wina mengukir prestasi di bidang arsitektur atas namanya sendi
Wina menghampiri Jefri dan berkata dengan lembut, "Jefri, bisakah kamu mengambil gambar dari video yang ditinggalkan ibuku untukku? Aku ingin ... menyimpannya sebagai kenang-kenangan."Jefri menatap Wina sekilas sambil berkata, "Oke. Bahkan aku rela mengambilkan bulan di langit kalau Kak Wina memang mau ...."Jefri menenangkan amarahnya, lalu mengklik beberapa tombol untuk segera mengubah video itu menjadi foto. Dia menyalinnya, lalu mengirimkannya ke Wina.Wina menerima foto itu dan mengucapkan terima kasih. "Jefri, gimana kalau besok kita sama-sama ke Kota Ostia? Aku akan traktir kamu makan seafood."Kenapa Jihan ditawari susu kacang, sedangkan Jefri ditawari seafood? Masa susu kacang lebih berharga dan lebih enak daripada seafood?Jihan merasa kesal, tetapi dia tetap diam. Jefri pun mengibaskan tangannya. "Nggak usah, sudah sewajarnya aku membantu Kak Wina."Setelah mengatakan itu, Jefri melepas cip memori tersebut dan menyerahkannya kepada Wina. "Videonya dienkripsi. Tolong simpan
Dinda mengangkat tangannya dan menunjuk ke tempat boneka itu dibongkar, "Aku membeli kain dengan warna yang sama dan menjahitnya sedikit demi sedikit."Pantas saja jahitannya begitu sempurna. "Terima kasih, Dokter Dinda, ini pasti menghabiskan banyak waktu, 'kan?"Wina awalnya ingin menjahitnya sendiri, tetapi Daris mengatakan dia mengenal seorang dokter dan Daris akan meminta bantuan dokter itu.Awalnya Wina mengira yang Daris maksudnya adalah tukang membetulkan mainan, ternyata dokter spesialis bedah sungguhan.Dinda melambaikan tangannya. "Mau lama sekalipun tetap sepadan asalkan bisa membuat anak-anak bahagia."Kata-kata ini menghangatkan hati Wina. Ketika dia melihat ke arah Dinda lagi, dia merasa Dinda seperti memancarkan cahaya keemasan. "Dokter Dinda adalah orang yang sangat baik. Daris, kamu harus memperlakukannya dengan baik."Daris menggaruk bagian belakang kepalanya dengan malu. "Ya, aku akan menjadi suami yang baik seperti Pak Jihan ...."Jihan dikenal sebagai kekasih yang
Sore berikutnya, Wina muncul di Aula Pameran Arsitektur Internasional Kota Ostia dengan mengenakan gaun malam berwarna perak.Yang menemaninya adalah semua orang terpentingnya, yang datang dengan pakaian formal untuk menyaksikan pendakian pertamanya ke puncak industri konstruksi.Saat arsitek di atas panggung mengumumkan siapa juara umum ke-17, lampu di ruang penghargaan mengikuti Wina, yang duduk di barisan depan.Sinar cahaya yang menyilaukan, seperti cahaya bintang, tersebar sedikit demi sedikit dan menerpa wajahnya.Dia seperti seorang bintang yang sedang naik daun, muncul dari cahaya dan di antara banyak pesaing.Wina gugup, tapi saat dia melihat karyanya ditampilkan di layar bergulir di atas panggung, dia tiba-tiba menjadi santai.Jihan yang bersembunyi di belakang memberinya kepercayaan diri, teman-temannya yang bertepuk tangan memberinya energi, dan karya-karyanya memberinya keberanian.Dia berdiri sambil mengangkat gaunnya, lalu melangkah ke atas panggung di bawah kilatan caha
"Melepaskanmu?"Daris mendengus dingin dan dengan sengaja mendekati Sam dengan kesan mengintimidasi."Pak Jihan dan aku tumbuh bersama. Kami tidak mempelajari hal lain. Kami hanya mempelajari satu trik, yaitu memperlakukan orang lain dengan caranya sendiri!"Jantung Sam berdetak kencang, matanya melebar dia menatap Daris yang sedikit menundukkan kepalanya."Ah!""Tolong!""Kamu nggak berniat menciumku, 'kan!"Pada saat ini, seorang wartawan keluar untuk menggunakan toilet. Melihat pemandangan ini, dia sangat terkejut hingga dia berdiri termangu."Pak Sam ... ternyata Pak Sam ... sangat ... begini ...."Sejak itu, rumor beredar di dunia arsitektur bahwa Sam menyukai pria kuat yang bisa mengangkat bokongnya.Kenapa rumornya jadi seperti itu?Karena ketika Sam melihat wartawan itu, dia buru-buru mendorong Daris, tetapi dia tidak bisa berdiri mantap dan hampir terjatuh.Daris refleks mengangkat bokong Sam dan wartawan itu memotretnya ....Foto tersebut diberi nama "Angkat Bokong oleh Si Pr
Jodie merasa ibunya sedang linglung karena sakit. "Bu, Vera sudah meninggal."Jordan membuka pintu dan berjalan masuk. "Vera sudah meninggal, tapi putri kedua bibiku masih hidup."Jodie kembali menatapnya dan berkata dengan dingin, "Bukannya anak bungsu Bibi meninggal saat masih bayi?"Jordan berkata, "Kak, semua orang hanya mendengar Vera bilang adiknya meninggal, tapi mereka belum pernah melihat jasadnya. Bisa saja 'kan Vera berbohong kepada kita?"Wanda yang napasnya sudah menjadi berat pun memaksakan dirinya untuk bertahan dan mengangguk, "Jordan benar, kita pasti ditipu oleh Vera. Kita pikir anak yang terlahir dengan penyakit jantung nggak akan hidup lama ...."Dengan jari gemetar, dia menunjuk ke arah Wina di TV dan berkata, "Dia sangat mirip dengan Veransa, dia pasti putri kedua Veransa ...."Jodie tidak menjawab, tetapi memandang Jordan sambil berpikir, "Bagaimana kamu tahu dia adalah putri kedua bibimu?"Jordan langsung menjawab, "Aku pernah melihat foto bibiku waktu masih mud
Jihan bersandar di wastafel sambil memuntahkan isi perutnya.Pengawal yang menunggu di sebelahnya sangat simpatik dan terus memberikan tisu kepadanya.Setelah selesai muntah, Jihan membasuh wajahnya dan mengambil tisu dari pengawalnya, lalu menyeka tangannya dan menatap dirinya di cermin. Seulas senyuman kecil tersungging di bibirnya.Ternyata istrinya makin nakal. Sepertinya Jihan harus "menghukum" Wina dengan benar atau Wina akan besar kepala menggodanya terus-terusan.Jihan ingin kembali ke Wina untuk membalas perbuatan Wina, tetapi Zeno tiba-tiba meneleponnya.Jihan langsung menatap pengawalnya dengan dingin. "Keluar. Jangan biarkan siapa pun masuk."Pengawal itu mengangguk dengan hormat. "Baik."Setelah para pengawalnya pergi, Jihan membuka tombol buka kunci dan bertanya, "Sudah ketemu?"Zeno mengangguk, "Ya, Tuan, sudah. Winata belum mati. Dia pergi ke Medan Hitam bersama Tuan Alastor."Ekspresi Jihan tiba-tiba berubah dingin. "Zeno, ini sikapmu yang paling ceroboh semenjak kamu
Wina melihat melalui kaca ke arah Jihan yang memilih menunggu di bawah lampu jalan dan tidak mengusik mereka.Dia tersenyum kecil dan menatap Jihan dengan penuh cinta. "Sara, lihat Jihan. Dia kelihatan kesepian, ya?"Sara menoleh mengikuti pandangan Wina dan ikut tersenyum melihat Jihan yang menunggu di luar dengan kikuk. "Ya, sedikit."Wina meletakkan cangkir di tangannya dan berkata pada Sara dan Lilia, "Aku temui dia dulu, besok kita pulang sama-sama ke Kota Aster, ya."Tangan Sara yang memegang sendok menegang. "Wina, besok kamu pulang saja sendiri. Masih ada yang harus aku lakukan."Karena Sara sudah datang ke Kota Ostia, jadi tentu saja dia ingin melihat Ivan.Wina yang baru saja berdiri pun dan duduk kembali. Setelah ragu-ragu selama beberapa detik, dia bertanya, "Apa kamu ... akan menemui Ivan?"Sara menyadari Wina sudah tidak merasa begitu bersalah lagi, jadi dia mengangguk, "Aku sudah ke sini, jadi aku akan mampir menemuinya."Wina mengepalkan telapak tangannya, sorot tatapan