Wina melihat melalui kaca ke arah Jihan yang memilih menunggu di bawah lampu jalan dan tidak mengusik mereka.Dia tersenyum kecil dan menatap Jihan dengan penuh cinta. "Sara, lihat Jihan. Dia kelihatan kesepian, ya?"Sara menoleh mengikuti pandangan Wina dan ikut tersenyum melihat Jihan yang menunggu di luar dengan kikuk. "Ya, sedikit."Wina meletakkan cangkir di tangannya dan berkata pada Sara dan Lilia, "Aku temui dia dulu, besok kita pulang sama-sama ke Kota Aster, ya."Tangan Sara yang memegang sendok menegang. "Wina, besok kamu pulang saja sendiri. Masih ada yang harus aku lakukan."Karena Sara sudah datang ke Kota Ostia, jadi tentu saja dia ingin melihat Ivan.Wina yang baru saja berdiri pun dan duduk kembali. Setelah ragu-ragu selama beberapa detik, dia bertanya, "Apa kamu ... akan menemui Ivan?"Sara menyadari Wina sudah tidak merasa begitu bersalah lagi, jadi dia mengangguk, "Aku sudah ke sini, jadi aku akan mampir menemuinya."Wina mengepalkan telapak tangannya, sorot tatapan
Mereka semua pun pulang ke Kota Aster. Jihan langsung mengajak Daris ke perusahaan, sementara Lilia ke rumah sakit. Sam pergi menemani Wina melihat rumah barunya.Setibanya di Bundaran Blue Bay, Wina mengajak Sam ke ruang kerjanya.Sam memperhatikan ruang kerja itu dengan saksama, lalu mengangguk dengan puas, "Pak Jihan hebat juga, dia tahu harus menyiapkan ruang kerja yang luas buatmu.""Sudah sewajarnya aku butuh ruang kerjaku sendiri. Setelah acara pernikahan dan bulan madunya selesai, aku harus segera menyelesaikan desain kakakku," jawab Wina sambil menuangkan kopi.Baik Jihan maupun Wina sama-sama memiliki pekerjaan masing-masing.Setelah menikah, terkadang ada baiknya suami dan istri sama-sama memiliki kesibukan sendiri untuk hidup dengan damai.Bukannya tidak perlu pusing memikirkan keuangan adalah salah satu bentuk keindahan dalam hidup?Wina pun memberikan kopi yang sudah selesai dia buat kepada Sam. "Waktu survei lokasi konstruksi sebelumnya, Pak Sam bilang pihak terakhir dar
"Bantuan apa?"Wina berjalan menuju gerbang besi yang berukuran besar, dia memandang Jodie di luar melalui pagar."Sini, keluar, biar kuberi tahu."Jodie berusaha "merayu" Wina dengan sabar.Wina memegang pagar dan sedikit mengangkat dagunya."Kenapa juga aku harus keluar?"Jodie sudah mencari Vera ke seluruh dunia, tetapi tidak dapat menemukannya. Karena sekarang Jodie menemui Wina lagi, Wina yakin pria itu berniat jahat. Itu sebabnya Wina tidak mau keluar."Ban mobilku kempes, kamu punya serepnya nggak? Aku mau pinjam satu."Alasan Jodie untuk mengelabui Wina benar-benar tidak masuk akal sampai-sampai pengawal yang berjaga di depan pintu ikut merasa konyol."Tuan Muda Jodie, menurutmu ini tempat apa? Kalau mau pinjam ban serep, sana ke bengkel."Mereka melihat mobil Jodie yang beberapa kali melaju di sekitar Bundaran Blue Bay dengan mencolok, bahkan Jodie sengaja mengempeskan ban mobilnya. Ternyata itu semua hanya akal bulus Jodie untuk mendekati istri presdir. Benar-benar cari mati.
Hanya ada satu kesan Jodie terhadap Wina sejauh ini, yaitu "tidak berpendidikan".Katanya Wina dibesarkan di panti asuhan, ya? Demi menyelamatkan mantan kekasihnya,Wina sampai rela menjual dirinya kepada Jihan dan menjadi kekasihnya pria dingin itu selama lima tahun.Orang-orang yang bertindak bodoh seperti ini memang tidak mungkin berpendidikan tinggi.Namun, bukan berarti setelah menikah dengan orang kaya berarti bisa bersikap seenaknya, 'kan?Jodie meyakinkan dirinya sendiri bahwa adik sepupunya yang lama menghilang ini hanya sedikit cacat mental dan itu tidak jadi masalah."Aku yakin Jihan sudah menyelidiki sejarah hidupmu. Kalau dia belum pernah memberitahumu, tanyakan saja padanya. Dia pasti akan menjawab."Jihan memiliki informan dan sumber daya yang tersebar di mana-mana, tidak ada satu hal pun yang tidak mungkin tidak bisa diketahui oleh pria itu.Jodie yakin Jihan sudah lama mengetahui identitas Wina, hanya saja Jihan tidak pernah memberi tahu Wina.Namun, wajar saja. Jika Jo
Sebelum Wina dapat memikirkan alasan yang mungkin, Jordan maju selangkah dan berbicara dengannya dari kejauhan melalui pagar."Kak, kalau sebelumnya Kakak nggak membohongiku dengan alasan operasi plastik, mungkin sekarang aku bakal percaya Kakak nggak tahu sejarah hidup Kakak gimana.""Tapi, Kakak berbohong padaku dan juga melarangku memotret Kakak. Bahkan setelah itu Kakak sengaja mengenakan masker dan menutupi wajah Kakak supaya ayahku nggak bisa mengenali Kakak.""Itu berarti Kakak sudah tahu kalau wajah Kakak mirip dengan ibunya Kak Jodie pas masih muda. Itu sebabnya Kakak takut kami mengenalimu."Jordan langsung membongkar kebohongan Wina.Jodie yang awalnya berniat masuk ke dalam mobil dan membiarkan Jordan mengurus masalah ini pun sontak berhenti berjalan. Dia berbalik badan menatap Wina.Ekspresinya yang semula tampak sombong dan arogan pun berubah menjadi serius dan dingin, sebersit cahaya berkilat tajam dalam sorot tatapannya.Maksudnya ... adik sepupunya satu itu sudah tahu
"Kak, bibi pertamaku bilang dia ingin bertemu dengan keponakannya mumpung masih hidup, itu sebabnya kami ke sini menemuimu.""Ini satu-satunya keinginan bibi pertamaku. Ayo kita ke Britton bersama. Aku janji akan mengantar Kakak pulang setelah kalian bertemu."Jika Wina belum melihat video yang ditinggalkan ibunya, dia pasti merasa tersentuh oleh kata-kata Jordan saat ini.Bagaimanapun juga, seorang anak yatim piatu pasti ingin sekali bertemu dengan kerabatnya. Sayangnya, Wina sudah tahu segalanya ....Veransa diusir dari rumah oleh Keluarga Dinsa, sementara ibu Jodie, Wanda, menikah dengan mantan tunangan Veransa.Selain tindakan Jeana yang membuat wajah Veransa cacat, Wina yakin Wanda juga bermain kotor. Jika tidak, mana mungkin Wanda bisa menikahi mantan tunangan Veransa dengan begitu mulusnya?Ditambah lagi, setelah Wanda berhasil menikah dengan mantan tunangan Veransa, dia tidak mau membantu Veransa yang datang memohon bersama kedua anaknya.Puluhan tahun kemudian, tiba-tiba ada d
Wina kembali ke ruang tamu, lalu segera menelepon Jihan dan menceritakan segalanya tentang kedatangan Jodie.Jihan yang sudah mengetahui soal itu dari pengawalnya pun menghibur Wina dengan lembut, "Jangan khawatir, aku sudah mengurusnya."Begitu ditelepon oleh pengawalnya, Jihan langsung menelepon pengawalnya di Inmaon sana dan memerintahkan mereka untuk mengawasi Killian.Jika Jodie ingin mengungkap identitas Wina, orang pertama yang pasti akan Jodie cari adalah Killian. Jihan harus menahan Killian dulu, baru mengurus yang lain.Suara Jihan yang dingin, tetapi lembut itu pun membuat hati Wina yang panik perlahan-lahan menjadi tenang. "Syukurlah, aku sudah panik banget."Jihan yang sedang duduk di kantor presdir itu pun tersenyum. "Jangan khawatir, serahkan semuanya padaku."Apa pun yang terjadi, Jihan paling sering mengucapkan kalimat itu. Wina pun menjawab, "Oke, aku nggak akan mencemaskan apa pun selama ada kamu."Senyuman Jihan menjadi makin lebar, bahkan sorot tatapannya saja tamp
Jihan melihat jam tangannya, lalu melirik ke arah Jun. "Kok kamu masih di sini? Kamu mau makan siang di sini?""Nggak kok," jawab Jun sambil mengibaskan tangannya, "Nanti istriku akan membawakanku bekal. Aku mau duduk di sini sebentar lalu pergi."Sudut mata Jihan tampak sedikit berkedut. "Istrimu ... membawakanmu bekal makan siang setiap hari?""Ya. Istriku bilang jajan di luar itu nggak sehat, dia ngotot mau nganterin makanan buatku," jawab Jun sambil tersenyum.Tepat pada saat itu, seorang wanita yang anggun pun muncul di luar kantor presdir. Istri Jun sedang memegang kotak bekal sambil melambaikan tangannya pada Jun.Begitu melihat istrinya datang, Jun segera menurunkan kakinya dan berkata, "Kak Jihan, aku pergi dulu. Kakak jangan lupa makan, ya."Jihan memandang Jun mengambil kotak bekal itu, lalu berjalan ke lift sambil bergandengan tangan. Ekspresinya sedikit berubah.Dia mengambil ponselnya pribadi di atas meja, lalu setelah berpikir sejenak, akhirnya mengirimkan pesan kepada W