Sara mengikuti arah jari Jefri. Dia menunduk menatap gaun tidurnya.Sewaktu masih menjadi kekasih Jefri, semua pakaian lama Sara dibuang dan Jefri akan mengirimkan Sara banyak pakaian mewah setiap dua minggu sekali.Lemari Sara pun penuh dengan pakaian, tas dan perhiasan bermerek yang dibelikan oleh Jefri.Karena barang-barang ini sangat berharga dan banyak, Sara yang terbiasa hidup hemat pun tidak tega membuangnya. Itu sebabnya dia terus mengenakannya.Sekarang jika dipikir-pikir lagi, sepertinya harusnya dia mengembalikan barang-barang pemberian mantannya, ya? Kenapa Sara tidak terpikirkan akan hal itu?Ekspresi Sara pun mendadak berubah."Nanti pas pulang, aku akan mengembalikan semua yang pernah kamu berikan kepadaku."Setelah itu, Sara bergegas hendak menutup pintu seolah-olah dia tidak ingin melihat Jefri lagi.Jefri menempelkan satu kakinya ke kusen pintu, lalu mendorong pintu terbuka dan berjalan masuk.Sara refleks mundur selangkah.Respons defensif itu membuat Jefri jadi mara
"Dokter Sandy, pasien tiba-tiba mengalami pendarahan perut ...."Tepat sebelum Sandy membuka pintu kamar mandi, suara dokter bedah pun terdengar dari earphone yang satu lagi.Sandy terpaksa duduk kembali dan mengenakan earphone yang dia lepas, lalu fokus menuntun lajunya operasi ....Jefri baru berhenti mencium Sara setelah wanita itu kesulitan bernapas.Tubuh Sara tampak gemetar menahan amarah.Sara ingin sekali menampar Jefri dengan kencang, tetapi dia tidak bisa bergerak.Jadi, Sara menggertakkan giginya dan memaki Jefri."Jefri, kamu tahu nggak sih aku ini sudah punya pacar! Kalau kamu memperlakukanku kayak gini, gimana aku harus menghadapinya!"Kata-kata "pacar" itu menyulut amarah Jefri lagi."Bukannya aku sudah menyuruhmu untuk putus darinya? Karena kamu nggak mau memutuskannya, bersiaplah tanggung akibatnya!"Sara sontak menatap Jefri dengan mata yang terbelalak kaget."Kayaknya otakmu nggak beres, ya!""Memang!"Jefri menunduk dan berkata sambil menggertakkan gigi, "Otakku mem
"Kamu mau ngapain?"Jefri menyeret Sara ke pintu kamar mandi dan mendorongnya ke pintu kamar mandi.Sara sangat panik sehingga dia segera menoleh ke belakang. Sosok Sandy dengan punggung menghadap mereka terpantul di kaca buram.Sandy, yang memakai headphone peredam bising, tidak melihatnya, tapi Sara takut dia akan mengetahuinya.Namun, Jefri sama sekali tidak peduli dengan kepanikan Sara. Dia memegang pergelangan tangan Sara dengan satu tangan dan meraih piamanya dengan tangan lainnya.Jefri sudah tahu bagian mana yang paling sensitif bagi Sara. Hanya dengan sentuhan ringannya, Sara bahkan tidak berani bergerak."Jefri, kamu ...."Sebelum kata-kata itu terucap, ada rasa dingin lagi di bibir merah yang menyergap.Bau tembakau dan alkohol menyerbu masuk dan bahkan udara di mulutnya pun hilang dalam sekejap.Pria itu seperti ingin menghukumnya, menciumnya dengan membabi buta dan memegang tangannya lebih keras lagi.Ini pertama kalinya Sara melihat Jefri seperti ini. Dia tampak gila, cer
Ketika mendengar bahwa Sara akan putus dengan Sandy, kekesalan Jefri pun sedikit mereda.Setelah menatap Sara beberapa saat, dia mengangkat tangannya dan memeluknya lagi.Kali ini seperti memegang harta yang hilang, dia memeluk Sara erat-erat, tidak mau melepaskannya."Kak Sara, setelah kamu putus dengannya, kita akan tetap bersama seperti sebelumnya.""Aku janji nggak akan pernah main-main dengan wanita lagi. Aku hanya akan baik padamu. Kalau kamu mau, aku akan mengajakmu menemui ...."Jefri hendak mengatakan akan melamar Sara di depan orang tua Jefri, tetapi Sara yang berada dalam pelukannya menggelengkan kepala dengan lembut."Nggak, aku nggak akan kembali bersamamu."Tangan yang memegang pinggangnya tiba-tiba menegang.Jefri menunduk dan menatap wanita di pelukannya."Apa maksudmu?""Apa kamu tuli?"Sara mengangkat matanya untuk menatapnya tanpa rasa takut."Aku, Sara, nggak akan kembali bersamamu atau punya pacar. Aku akan hidup sendiri selama sisa hidupku."Buat apa punya pria? D
Karena pengawal itu tidak bisa melarang Jefri, dia pun menyalakan korek api dan menyodorkannya ke bibir Jefri yang sedang menggigit rokok ...."Tuan Muda Jefri, isapan pertamanya jangan dihirup dalam-dalam, nanti tersedak ....""Uhuk! Uhuk, uhuk ...."Sebelum pengawal itu sempat mengajari Jefri cara merokok, Jefri sudah keburu tersedak dan terbatuk-batuk karena mengisap rokoknya."Tuan Muda Jefri baik-baik saja?"Pengawal itu sangat ketakutan sehingga dia segera mengangkat tangannya yang besar hendak menepuk-nepuk punggung Jefri.Karena takut tepukannya justru melukai Jefri, pengawal itu pun ganti menggaruk-garuk punggung Jefri. Namun, itu sama sekali tidak memberikan efek apa-apa.Setelah Jefri kembali bernapas dengan normal, dia mengambil rokok itu lagi dan hendak memasukkannya ke dalam mulutnya.Kenapa Sara bisa merokok, tetapi dia tidak bisa?Sebelum dia sempat menggigit puntung rokoknya, sebuah tangan putih terulur dan merebut rokok itu."Kamu ini, ngapain belajar merokok?"Jefri
Sara berdiri di pintu kamar mandi dan menunggu sampai Sandy selesai berbicara dengan pihak rumah sakit sebelum dia mengumpulkan keberanian untuk membuka pintu kamar mandi.Ketika Sandy berbalik, dia melihat Sara berdiri di luar pintu dengan wajah serius.Dia mengernyit dan melepas earphone kedap suaranya, lalu berjalan menuju Sara."Kamu kenapa, Sara?"Saat Sandy berada cukup dekat, dia menyadari wajah Sara yang memerah. Bibirnya juga tampak bengkak seolah habis dicium dengan penuh gairah.Sara tidak tahu harus bagaimana menghadapi Sandy. Dia menundukkan kepalanya untuk menutupi penampilannya yang acak-acakkan, tetapi Sandy menahan bahunya."Sara, siapa yang melakukan ini kepadamu? Beri tahu aku, biar aku yang memberinya pelajaran!"Suara Sandy yang lembut menyiratkan amarah seolah-olah dia tidak keberatan dengan apa yang dilakukan Sara. Yang dia pedulikan hanyalah apakah Sara dipaksa atau tidak.Sara menjadi makin bersalah. Sandy benar-benar baik. Bagaimana Sara bisa layak menjadi pas
Tentu saja Jefri juga melihat mereka. Tubuhnya yang bersandar dengan malas di atas sofa bahkan langsung menjadi kaku karena melihat Sandy dan Sara saling bergandengan tangan.Amarah yang pada akhirnya berhasil dia redam pun mulai tersulut kembali. Matanya menyalang marah menatap kedua sejoli itu!Jelas-jelas Jefri sudah menyuruh Sara memutuskan Sandy, tetapi bukan hanya Sara tidak memutuskan Sandy, dia malah mendatangi Jefri bersama "kekasihnya" itu. Nyali Sara memang besar, ya!Sandy akhirnya melihat sosok Jefri yang sedang duduk di antara para pemuda kaya lainnya, persisnya di sofa yang terletak di sudut ruangan. Sosoknya tertutup oleh cahaya lampu."Tuan Muda Jefri."Sandy berjalan menghampiri Jefri sambil menggandeng Sara. Dia sama sekali tidak takut dengan identitas dan status Jefri ataupun para pemuda kaya lainnya di sini."Aku ke sini cuma untuk memberitahumu untuk jangan pernah mengusik pacarku lagi. Kalau nggak ....""Kalau nggak apa?"Jefri langsung menyela ucapan Sandy denga
Begitu melihat Sara berada di jalur pukulannya, tinju Jefri pun langsung terhenti di tengah udara.Sara sudah memejamkan matanya bersiap menerima pukulan Jefri dengan tubuh yang gemetar, tetapi dia tidak merasakan apa-apa.Sara tahu Jefri sudah menarik tangannya kembali, tetapi dia tidak menoleh ke belakang. Dia hanya menundukkan kepalanya untuk memeriksa luka di wajah Sandy."Kak Sandy nggak apa-apa?"Sandy termangu menatap Sara yang mengadang melindunginya. Dia baru tersadar kembali setelah Sara bertanya kepadanya."Aku ... nggak apa-apa."Sandy tidak menyangka Sara akan melindunginya seperti ini. Sandy pun menjadi makin yakin bahwa dia tidak melakukan kesalahan apa pun dengan membela Sara.Sara menatap Sandy yang masih sadar meskipun sudah terluka cukup parah, lalu berbalik menatap Jefri yang terlihat marah dan tidak percaya."Tuan Muda Jefri, kita ketemu lagi di kantor polisi saja. Aku akan lapor polisi karena kamu sudah melecehkanku dan menghajar pacarku."Setelah itu, Sara mendor