Ketika mendengar bahwa Sara akan putus dengan Sandy, kekesalan Jefri pun sedikit mereda.Setelah menatap Sara beberapa saat, dia mengangkat tangannya dan memeluknya lagi.Kali ini seperti memegang harta yang hilang, dia memeluk Sara erat-erat, tidak mau melepaskannya."Kak Sara, setelah kamu putus dengannya, kita akan tetap bersama seperti sebelumnya.""Aku janji nggak akan pernah main-main dengan wanita lagi. Aku hanya akan baik padamu. Kalau kamu mau, aku akan mengajakmu menemui ...."Jefri hendak mengatakan akan melamar Sara di depan orang tua Jefri, tetapi Sara yang berada dalam pelukannya menggelengkan kepala dengan lembut."Nggak, aku nggak akan kembali bersamamu."Tangan yang memegang pinggangnya tiba-tiba menegang.Jefri menunduk dan menatap wanita di pelukannya."Apa maksudmu?""Apa kamu tuli?"Sara mengangkat matanya untuk menatapnya tanpa rasa takut."Aku, Sara, nggak akan kembali bersamamu atau punya pacar. Aku akan hidup sendiri selama sisa hidupku."Buat apa punya pria? D
Karena pengawal itu tidak bisa melarang Jefri, dia pun menyalakan korek api dan menyodorkannya ke bibir Jefri yang sedang menggigit rokok ...."Tuan Muda Jefri, isapan pertamanya jangan dihirup dalam-dalam, nanti tersedak ....""Uhuk! Uhuk, uhuk ...."Sebelum pengawal itu sempat mengajari Jefri cara merokok, Jefri sudah keburu tersedak dan terbatuk-batuk karena mengisap rokoknya."Tuan Muda Jefri baik-baik saja?"Pengawal itu sangat ketakutan sehingga dia segera mengangkat tangannya yang besar hendak menepuk-nepuk punggung Jefri.Karena takut tepukannya justru melukai Jefri, pengawal itu pun ganti menggaruk-garuk punggung Jefri. Namun, itu sama sekali tidak memberikan efek apa-apa.Setelah Jefri kembali bernapas dengan normal, dia mengambil rokok itu lagi dan hendak memasukkannya ke dalam mulutnya.Kenapa Sara bisa merokok, tetapi dia tidak bisa?Sebelum dia sempat menggigit puntung rokoknya, sebuah tangan putih terulur dan merebut rokok itu."Kamu ini, ngapain belajar merokok?"Jefri
Sara berdiri di pintu kamar mandi dan menunggu sampai Sandy selesai berbicara dengan pihak rumah sakit sebelum dia mengumpulkan keberanian untuk membuka pintu kamar mandi.Ketika Sandy berbalik, dia melihat Sara berdiri di luar pintu dengan wajah serius.Dia mengernyit dan melepas earphone kedap suaranya, lalu berjalan menuju Sara."Kamu kenapa, Sara?"Saat Sandy berada cukup dekat, dia menyadari wajah Sara yang memerah. Bibirnya juga tampak bengkak seolah habis dicium dengan penuh gairah.Sara tidak tahu harus bagaimana menghadapi Sandy. Dia menundukkan kepalanya untuk menutupi penampilannya yang acak-acakkan, tetapi Sandy menahan bahunya."Sara, siapa yang melakukan ini kepadamu? Beri tahu aku, biar aku yang memberinya pelajaran!"Suara Sandy yang lembut menyiratkan amarah seolah-olah dia tidak keberatan dengan apa yang dilakukan Sara. Yang dia pedulikan hanyalah apakah Sara dipaksa atau tidak.Sara menjadi makin bersalah. Sandy benar-benar baik. Bagaimana Sara bisa layak menjadi pas
Tentu saja Jefri juga melihat mereka. Tubuhnya yang bersandar dengan malas di atas sofa bahkan langsung menjadi kaku karena melihat Sandy dan Sara saling bergandengan tangan.Amarah yang pada akhirnya berhasil dia redam pun mulai tersulut kembali. Matanya menyalang marah menatap kedua sejoli itu!Jelas-jelas Jefri sudah menyuruh Sara memutuskan Sandy, tetapi bukan hanya Sara tidak memutuskan Sandy, dia malah mendatangi Jefri bersama "kekasihnya" itu. Nyali Sara memang besar, ya!Sandy akhirnya melihat sosok Jefri yang sedang duduk di antara para pemuda kaya lainnya, persisnya di sofa yang terletak di sudut ruangan. Sosoknya tertutup oleh cahaya lampu."Tuan Muda Jefri."Sandy berjalan menghampiri Jefri sambil menggandeng Sara. Dia sama sekali tidak takut dengan identitas dan status Jefri ataupun para pemuda kaya lainnya di sini."Aku ke sini cuma untuk memberitahumu untuk jangan pernah mengusik pacarku lagi. Kalau nggak ....""Kalau nggak apa?"Jefri langsung menyela ucapan Sandy denga
Begitu melihat Sara berada di jalur pukulannya, tinju Jefri pun langsung terhenti di tengah udara.Sara sudah memejamkan matanya bersiap menerima pukulan Jefri dengan tubuh yang gemetar, tetapi dia tidak merasakan apa-apa.Sara tahu Jefri sudah menarik tangannya kembali, tetapi dia tidak menoleh ke belakang. Dia hanya menundukkan kepalanya untuk memeriksa luka di wajah Sandy."Kak Sandy nggak apa-apa?"Sandy termangu menatap Sara yang mengadang melindunginya. Dia baru tersadar kembali setelah Sara bertanya kepadanya."Aku ... nggak apa-apa."Sandy tidak menyangka Sara akan melindunginya seperti ini. Sandy pun menjadi makin yakin bahwa dia tidak melakukan kesalahan apa pun dengan membela Sara.Sara menatap Sandy yang masih sadar meskipun sudah terluka cukup parah, lalu berbalik menatap Jefri yang terlihat marah dan tidak percaya."Tuan Muda Jefri, kita ketemu lagi di kantor polisi saja. Aku akan lapor polisi karena kamu sudah melecehkanku dan menghajar pacarku."Setelah itu, Sara mendor
Setelah mengantar Sandy ke rumah sakit, Sara langsung melapor polisi tanpa rasa takut.Saat Jefri kembali ke vilanya di Kota Ostia, polisi pun menangkapnya dan menggiringnya ke kantor polisi.Jefri takut pihak kepolisian Kota Ostia akan memberi tahu Keluarga Lionel, jadi dia masuk ke mobil polisi dengan patuh untuk pertama kalinya.Begitu memasuki kantor polisi, Jefri melihat Sara sedang menempelkan sekantong es batu ke wajah Sandy.Dia mendengus marah dan menoleh ke samping, tetapi polisi mendorongnya menuju ruang interogasi.Lama sekali Jefri diinterogasi oleh polisi terkait kenapa Jefri memukuli Sandy. Jefri hanya menjawab dia ingin menelepon pengacaranya.Tengah malam, pihak kepolisian pun membangunkan Artha. Dia bahkan tidak sempat berganti pakaian. Dia langsung datang ke kantor polisi sambil mengenakan sandal.Setelahnya, dia menghabiskan beberapa saat bernegosiasi langsung dengan pihak kepolisian."Kalau Nona Sara menuntut Tuan Jefri atas pelecehan seksual, Tuan Jefri mungkin ha
"Nona Sara, Tuan Sandy."Artha menghampiri mereka berdua dan menyapa dengan sopan, lalu langsung menjelaskan tujuannya."Sebagai pengacara Tuan Muda Jefri, aku ke sini untuk mengajak kalian berdamai."Begitu mendengar bahwa Artha adalah pengacara Jefri, Sara dan Sandy pun saling berpandangan dan menjawab dengan serempak."Kami nggak mau berdamai."Setelah melapor polisi, mereka menggugat Jefri dengan pasal sengaja melukai orang dan ... pelecehan seksual.Ekspresi Artha tetap terlihat tenang, dia sudah sering sekali mendengar korban menolak berdamai."Aku paham perasaan kalian, tapi dalam kasus kali ini, Tuan Sandy duluan yang memprovokasi Tuan Muda Jefri secara lisan. Itu sebabnya Tuan Muda Jefri merespons secara impulsif.""Jelas-jelas dia dulu yang melecehkan pacarku. Aku menemuinya cuma demi memberikannya peringatan, tapi kenapa dia malah memukuliku? Punya hak apa dia memukuliku?"Sandy bangkit berdiri dengan marah, jadi Artha segera meletakkan tangannya di atas kedua bahu Sandy sam
Setelah Artha pergi, Sandy pun menggenggam tangan Sara sambil berkata, "Jangan termakan omongannya, Sara, dia cuma menakutimu."Sara hanya balas tersenyum dengan paksa tanpa mengatakan apa-apa. Dia justru paling khawatir menyakiti orang yang tidak bersalah.Artha segera mengantar Jefri pulang, jadi pada akhirnya Sara dan Sandy duduk di kantor polisi sambil menunggu taksi online yang mereka pesan datang.Sekembalinya di hotel, Sara membantu Sandy minum obat, lalu kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Namun, dia tidak bisa tidur meskipun sudah berguling ke sana dan kemari di atas tempat tidur.Pada akhirnya, Sara duduk di atas kasurnya sambil menekuk lututnya. Dia menatap selimutnya sebentar, lalu mengangkat teleponnya.Sara ingin menelepon Wina, tetapi dia tidak ingin mengusik bulan madu Wina dan Jihan.Setelah beberapa saat berdebat dengan dirinya sendiri, akhirnya Sara memutuskan untuk tidak menelepon Wina. Dia menyibakkan selimutnya, lalu turun dari tempat tidurnya untuk menemui Sa