Wina menatap wajah tampan Jihan yang tidak ada tandingannya. Setelah ragu-ragu selama beberapa detik, dia berinisiatif melingkarkan lengannya di leher Jihan, seolah ingin menyenangkannya."Jihan, aku telepon Alvin, boleh?""Nggak boleh."Mendapat penolakan tegas, wajah Wina langsung tertunduk. "Kenapa?"Pria itu mengangkat dagu Wina dengan satu tangan dan berkata dengan tegas, "Mulai sekarang, kamu nggak boleh ketemu Alvin, nggak boleh bicara sama dia atau menghubunginya."Kalau begitu, bagaimana Wina bisa memberi tahu Alvin kalau kakaknya tidak pernah mengkhianatinya dan Gisel adalah putri kandungnya?Saat Wina tengah memikirkan akan hal ini, tangan Jihan bergerak mengambil ponsel dan mulai menelepon.Wina melirik nomor yang tertera di layar, lalu membandingkannya dengan nomor pada informasi. Seketika, sudut bibirnya perlahan terangkat.Jihan lebih suka menelepon Alvin sendiri daripada membiarkan Wina meneleponnya.Jihan menelepon dua kali, tetapi panggilan tidak dijawab. Jadi, dia te
"Alvin, lama nggak bertemu."Robert memegang bunga krisan di tangan dan datang bersama banyak pengawal. Dia berjalan menaiki tangga, mendekati Alvin perlahan.Pria yang berdiri di depan kuburan itu bahkan tidak menoleh ke belakang. Dia hanya memasukkan foto di tangannya ke dalam saku dekat jantungnya.Permasalahan antara Robert dan Alvin sudah terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu. Robert tahu kalau Alvin meremehkannya, jadi dia tidak peduli apakah Alvin mengabaikannya atau tidak.Dia berjalan mendekati Alvin, meletakkan bunga krisan yang dia bawa di depan makam. Lalu, dia melihat foto di batu nisan ...."Nona Wina?"Pantas saja selama ini dia tidak bisa menemukan makam Vera. Ternyata yang 'meninggal' Nona Wina, bukan Vera.Alvin benar-benar berusaha keras untuk memonopoli Vera. Namun, pada akhirnya Vera mengkhianatinya ....Robert tersenyum kecil, lalu berseru, "Alvin, waktu delapan bulan sudah tiba. Sudah waktunya kamu mengembalikan Gisel kepadaku."Alvin yang sejak tadi hanya diam
Robert mengeluarkan pistol dari pinggangnya dan memainkannya di tangannya."Alvin, kamu pasti enggan sekali melepaskan Gisel."Alvin mengangkat matanya yang tak berdasar dan menatap Robert."Kamu membiarkan Gisel tinggal bersamaku selama delapan bulan cuma karena ingin melihat keenggananku untuk melepaskannya?"Alvin bisa menebak tujuan Robert, tetapi tidak bisa menebak apa maksud dari tindakannya itu.Otak Robert pasti bermasalah karena mengancam Alvin dengan menggunakan anaknya!Robert tidak berpikir demikian. Dia merasa sudah menang dan menatap Alvin sambil tersenyum."Alvin, kamu tahu sendiri aku sudah menginginkan nyawamu selama bertahun-tahun."Alvin memutar matanya jengah."Kamu nggak bisa membunuhku."Keluarga Chris juga akan menguburkan Robert kalau pria itu sampai membunuhnya.Robert terkekeh sambil memasukkan pistolnya."Aku memang nggak bisa membunuhmu, tapi putrimu dan video yang ditinggalkan Vera bisa membunuhmu."Mata Alvin yang sejak tadi begitu suram langsung tertuju p
Robert tersenyum tipis saat melihat Alvin berlutut di depan batu nisan dengan ekspresi penuh penyesalan."Alvin, sudah kubilang. Kamu akan dikalahkan oleh mulutmu sendiri. Sekarang kamu sudah mengakuinya, 'kan?"Seandainya Alvin tidak munafik dan merasa paling benar, kenapa sampai sekarang dia tidak tahu kalau Gisel itu putrinya?Alvin adalah tuan muda dari Keluarga Chris. Ia selalu menunjukkan sikap murah hati dan berkuasa, seakan dia memiliki semua dunia ini dalam genggamannya.Saat itu, Robert yang dikurung di dalam sangkar kecil berpikir bahwa dialah anak tertua dari Keluarga Chris, kenapa dia harus dikurung dan tidak pernah melihat cahaya siang hari? Sedangkan Alvin bersinar terang, bersinar seperti bintang dan bulan. Apa ini karena ibunya yang seorang wanita penghibur?Robert tidak memahami hal ini saat masih kecil. Bahkan, sampai saat ini pun dia masih belum bisa memahaminya.Ia merasa semuanya salah, merasa bahwa kelahiran Alvin merenggut semua yang seharusnya dia miliki.Kalau
Helikopter berhenti di depan sebuah vila. Robert memerintahkan pengawal untuk membawa Alvin ke ruang bawah tanah.Tidak ada cahaya yang masuk ke dalam ruang bawah tanah. Di dalam sana sangat gelap, lembap dan tidak ada sinyal.Alvin yang memiliki banyak kesempatan untuk melarikan diri, kali ini sepertinya sudah putus asa dan menyerah akan hidupnya. Dia hanya diam.George pun dibawa ke ruang bawah tanah dalam keadaan terikat. Matanya memerah saat melihat Alvin tergeletak dan meringkuk di lantai."Alvin ...."Mendengar suara George, Alvin yang tidak memberikan respons apa pun sejak tadi perlahan mengangkat matanya yang dalam dan menatap wajah pucat George."Kenapa?"Kenapa membohonginya dengan memberikan hasil tes palsu?Alvin sangat memercayai George, kenapa dia berbohong kepadanya seperti ini?George yang sudah mengetahui hasil tes itu pun langsung menggelengkan kepalanya saat melihat tatapan kecewa Alvin kepadanya."Alvin, aku nggak memanipulasi hasil tes itu, aku juga nggak berbohong
"Apa Gisel sesuka itu sama Paman Aneh?""Ya."Gisel mengangguk tanpa ragu.Robert mengangkat tangannya dan mengusap hidung Gisel."Baiklah kalau kamu menyukainya."Robert menurunkan Gisel dari gendongannya, lalu berkata, "Gisel, kamu dan paman pengawal tolong panggilkan dokter kemari, ya?"Gisel langsung sumringah saat ayahnya memintanya memanggil dokter kemari. Dia langsung berlari dengan kaki pendeknya.Alvin menatap punggung Gisel yang berlari menjauh, kecemasan di dalam hatinya perlahan menjadi rileks.Robert menghampirinya, menatapnya dengan sikap merendahkan dan menghancurkan harapannya."Apa kamu pikir aku meminta Gisel pergi karena nggak mau dia melihat adegan berdarah itu?"Robert mengangkat sepatu bot kulitnya, menginjak luka Alvin dan sedikit membungkuk."Alvin, habis nonton video itu, aku akan mengajakmu dan Gisel memainkan permainan hidup dan mati."Alvin pernah melihat cara kejam Robert, dia tidak ingin Gisel mengalaminya.Bagaimanapun, Gisel sudah hampir enam tahun meman
Vera dalam video itu mengenakan gaun merah dan sedang duduk di kursi goyang di teras. Angin sepoi-sepoi meniup rambut pendek sebahunya.Di bawah langit biru dan awan putih, sinar matahari menyinari wajahnya melalui celah dedaunan, membuat kecantikannya terlihat begitu damai ....Saat video diputar, dia tidak langsung berbicara, hanya menatap ke kamera.Seolah-olah dia sedang melihat kekasihnya melalui lensa, yang membuatnya sedikit bersemangat sekaligus bingung.Setelah menatap lensa untuk waktu yang lama, sudut bibir Vera perlahan membentuk senyuman elegan ...."Alvin."Ketika memanggil namanya, Vera selalu mengucapkannya dengan vibrato, seolah-olah dia sangat enggan untuk mengucapkan selamat tinggal.Mendengar Vera memanggilnya, air mata yang sedari tadi ditahannya tiba-tiba terjatuh.Vera ... dia adalah Vera-nya, Vera yang sudah menghilang dari dunia ini dan tidak akan pernah kembali lagi ....Mata Vera langsung memerah setelah memanggil namanya. Namun, dia tetap tersenyum sambil me
Saat itu, Alvin diikat ke kursi seperti ini, mengawasi dari kejauhan melalui jendela yang membentang dari lantai ke langit-langit dan tidak bisa berbuat apa-apa!Alvin merasa dirinya menjadi gila. Dia menjadi gila dan ingin melepaskan diri, tetapi ikatan yang menjerat tubuhnya tidak bisa terlepas.Dia hanya bisa tersungkur di sandaran kursi dengan putus asa, menatap Vera di layar dengan mata merah yang juga menangis tak terkendali."Alvin, antara kamu dan aku, akulah yang selalu jadi pihak yang mengejarmu.""Sejak umur empat belas tahun, aku sudah menyukaimu dan terus mengejarmu. Tindakanku ini pasti bikin kamu tertekan, ya?""Sekarang, aku mengidap ALS dan mungkin nggak akan bisa hidup lama. Setelah aku pergi, nggak akan ada yang ganggu kamu lagi ....""Kalau ... kalau kamu masih ingat aku, kamu bisa datang dan mengunjungi makamku."Vera menunduk, melihat tangannya yang menguning dan tersenyum lega."Aku ingat, pertama kali pegangan tangan denganmu, akulah yang mengambil inisiatif.""