Dari awal hingga akhir video yang ditinggalkan Vera, dia tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun untuk menyalahkan Alvin, malah terus meminta maaf padanya.Di antara hubungan mereka, selalu Alvin-lah yang memegang kendali, sementara Vera selalu menjadi pihak yang mengalah demi bisa memohon sedikit cinta darinya.Alvin teringat saat pertama kali bertemu Vera. Dia sedang duduk di dalam mobil dengan jendela setengah diturunkan. Matanya menunduk dengan acuh, memandang Vera dan Robert yang dikelilingi sekelompok tunawisma.Saat itu, mobil sedang diparkir di tengah jalan dan tengah menunggu lampu lalu lintas. Alvin merasa bosan. Sekilas, dia melihat Vera berjongkok di jalan dengan tangan menutupi kepalanya, meringkuk di antara kerumunan.Ketika melihat Vera menatapnya, sorot matanya memancarkan cahaya yang jernih dan terang. Kejernihan itu tidak cocok untuk lingkungan yang kotor dan berantakan seperti itu.Saat itu, dia tidak tahu kalau Robert yang melindungi Vera adalah anak tidak sah dar
Satu-satunya saat di mana Alvin mengambil inisiatif adalah ketika dia melihat Robert membawa anak-anak keluarga kerajaan untuk mengejar Vera, bahkan membawa Vera keluar stadion.Mereka berdua berlari di lapangan melawan sinar matahari terbenam dan semua orang bersorak untuk mereka, seolah-olah mereka sedang memutar film cinta abad ini ....Alvin memasukkan satu tangannya ke dalam saku dan mencibir dengan nada menghina. Dia merasa Vera tidak akan menerima Robert, jadi dia tidak memasukkan hal itu ke dalam hati.Lalu, George memberitahunya kalau Vera masih belum pulang.Saat itu, Vera menyewa rumah di luar kampus untuk mempermudah menggambar. Rumah yang dia sewa adalah milik George.Alvin khawatir tidak aman bagi Vera untuk tinggal sendirian. Karena itulah dia meminta George yang tinggal di sebelahnya untuk sering mengunjungi Vera.Kebetulan kali ini George kembali dan melihat lampu di kamar Vera tidak menyala, jadi dia menelepon Alvin.Ketika Alvin mendengar Vera tidak pulang, gerakan t
Alvin merasa ekspresi diam Vera bahkan lebih menarik dari sebelumnya. Jadi, dia terdorong untuk mencicipinya lebih dalam lagi.Ekspresi Vera saat itu terpatri dalam benak Alvin. Setiap kali memikirkannya, Alvin tidak bisa menahan senyumannya.Vera terbelalak tidak percaya. Butuh beberapa saat agar keterkejutan di matanya berubah menjadi kegembiraan.Akhirnya, ketika Alvin melepaskan ciuman itu, Vera mendongak dan mengalungkan lengannya di leher Alvin. Lalu, dia bertanya dengan malu-malu sambil tersenyum."Alvin, dibandingkan dengan Berlin, kamu pasti lebih menyukaiku, 'kan?"Alvin tidak menjawab pertanyaannya. Dia hanya memegang dagu Vera, mengangkat alisnya dan berkata, "Kalau kamu banyak tanya, aku bakal cium kamu lagi."Vera tidak malu-malu. Dia berjinjit dan mencondongkan tubuh ke telinga Alvin, berbisik pelan, "Alvin, aku suka ciumanmu."Napas hangat menerpa telinga Alvin, membuat Alvin sedikit menoleh.Mata dan bibirnya dipenuhi senyuman karena kata-kata Vera.Malam itu, entah si
Robert menendang pintu ruangan dan lampu langsung menyala.Dia menginjak sepatu bot militer dan menaiki tangga, mendekati Alvin selangkah demi selangkah.Tangannya yang menggunakan sarung tangan menekan tombol di kursi depan.Kursi pun berputar perlahan. Robert duduk di kursi dan menatap Alvin."Harusnya kamu sudah bisa menebak kalau akulah yang menjebloskanmu ke penjara."Alvin menarik kembali lamunannya, mendongakkan sorot redupnya untuk menatap Robert dengan dingin."Alan memperlakukanmu dengan baik sejak kamu masih kecil. Dia itu kakakmu. Kenapa kamu membunuhnya?""Siapa pun yang menghalangi jalanku akan mati, terlepas itu kakakku atau bukan. Selain itu, dia bukan kakak kandungku. Jadi, nggak perlu disesalkan."Robert sangat acuh dan tersenyum tipis. Sepertinya di matanya, hidup hanya untuk bersenang-senang."Apa menurutmu dengan membunuh Alan, keluarga kerajaan akan menyerahkan hak warisnya kepadamu?"Mana mungkin keluarga kerajaan membiarkan anak angkat yang tidak memiliki hubung
Melihat ekspresi penyesalan Alvin, Robert merasa sangat bahagia. Dia menyeletuk ringan, kembali memperkeruh suasana yang sudah memanas."Alvin, aku sangat tahu cara menghancurkan hatimu. Jadi setelah kamu keluar dari penjara, aku mengatur sebuah pertunjukan untukmu."Robert bertepuk tangan lagi dan layar beralih ke video lain ....Video itu menunjukkan adegan Vera dan Robert berhubungan seks di tempat tidur, sementara Alvin diikat ke kursi dan dipaksa untuk menonton!Pembuluh darah di punggung tangan Alvin langsung menyembul keluar. Dia mengepalkan tangannya, melangkah maju dan meninju wajah Robert dengan keras.Namun karena tubuhnya dirantai, dia hanya bisa menjambak rambut di dahi Robert, tidak bisa berbuat lebih jauh kepadanya.Dengan mata merahnya, dia menggertakkan gigi dan berteriak pada Robert, "Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu!"Robert mencibir dingin, "Alvin, kalau aku masih jadi tunawisma seperti dulu, akan sangat mudah kalau kamu ingin membunuhku. Sayangnya keberuntu
Robert menarik kembali pandangannya dari video Vera, menoleh dan menatap dingin ke arah Alvin, yang diikat di kursi dan tidak bisa bergerak."Aku menipunya biar dia mau menikah denganku, menipunya biar dia mau tidur denganku. Semua kulakukan karena ingin kamu marah!""Seperti yang aku duga. Kamu tertipu dan mulai menjadi gila. Kamu menyiksa Vera dan mengincarku ....""Saat itu aku tahu kalau kamu gila, tapi itu masih nggak cukup!""Biar bisa bikin kamu benar-benar gila, aku sengaja bawa Vera pergi ....""Saat Vera pergi, kamu benar-benar gila. Aku puas banget melihatmu menjadi gila!""Apalagi saat aku tahu kalau Keluarga Chris membuangmu dan mengangkat keponakan dalam keluarga sebagai ahli waris. Aku benar-benar sangat gembira!""Tapi aku nggak sangka Vera akan memilih untuk meninggal dalam damai ...."Ketika Robert mengucapkan kata-kata terakhir, ekspresi bahagia di wajahnya tiba-tiba hilang."Apa kamu tahu kenapa Vera memilih meninggal dalam damai?"Robert menegakkan tubuh, meraih wa
Hati Alvin terasa sakit saat mendengar ucapan Vera.Rasa sakit yang menyayat hati gagal membuatnya bergegas mendekat dan memeluknya dari belakang."Mereka yang pantas mati nggak pantas hidup di dunia ini."Vera tertegun di tempatnya sambil memegang embrio di tangannya.Agak tidak percaya dengan apa yang dia dengar, dia perlahan berbalik untuk menatapnya.Alvin tidak bisa mengingat ekspresi seperti apa yang dirinya tunjukkan saat itu.Dia mungkin bersikap dingin dan tidak berperasaan, berdiri di dekat Vera dan menatapnya dengan dingin.Bagaimanapun, setelah Vera melihat ekspresinya, keterkejutan di matanya berangsur-angsur berubah menjadi kekecewaan.Pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menundukkan kepalanya dan menatap embrio di tangannya dengan bingung.Saat Alvin berjalan menjauh, dia samar-samar bisa mendengar suara Vera dari belakang ...."Ternyata aku pantas mati."Alvin terdiam, berbalik dan melirik Vera yang berdiri di samping tempat sampah dengan wajah pucat.Dia
Gisel melihat Paman Aneh itu sedang terikat pada kursi, dengan keadaan kedua kaki tertembak dan berlumuran darah. Wujud pria itu saat ini benar-benar menakutkan.Gisel buru-buru melompat dari pelukan pengawal dan berlari ke arah Robert sembari menarik-narik bajunya."Ayah, kumohon panggilkan dokter. Biarkan dokter obati kakinya, kumohon Ayah."Gisel menatap wajah Paman Aneh yang sudah memucat dan tubuhnya gemetar. Entah apakah karena ayahnya itu marah pada Alvin atau wajahnya memucat akibat rasa sakit pada lukanya yang tak tertahankan.Namun, yang pasti, Gisel merasa sakit seolah hatinya tersayat melihat Paman Aneh itu menderita.Paman Aneh yang diingat Gisel selalu bersikap dingin, santai dan tidak pernah terlihat tidak berdaya seperti saat ini.Gisel berharap ayahnya bisa melepaskan Paman Aneh dan membiarkan dokter untuk segera merawat Alvin. Kalau terus dibiarkan seperti ini, Paman Aneh itu bisa-bisa mati karena kehabisan darah.Robert menundukkan kepala menatap lembut anak gadisnya